Part 27 Queen Mencoba Menjauh

1044 Words
Queen benar-benar merutuki kebodohannya. Karena menikmati ciumanya bersama Sean. Mau tidak mau Queen harus jauh dari Sean. Lebih tepatnya meminimalisir pertemuannya dengan Sean. Queen tidak ingin terbuai lagi dengan Sean untuk yang kedua kalinya. Queen berjalan tanpa semangat memasuki apartemennya. Sebelum dia masuk ke kamarnya, dia ke kamar sang putra terlebih dahulu. Karena seharian ini putranya ditinggal dengan sang mama. Saat Queen membuka kamar Hayden, Queen melihat pemandangan manis antara Hayden dengan sang mama. Dia tidak ingin mengganggu tidur sang putra. Queen menutup kembali pintu kamar Hayden dan berjalan menuju kamarnya sendiri untuk beristirahat. Dia benar-benar capek untuk hari ini. Mulai dari memeras otaknya sampai dia harus berurusan dengan Sean lagi. "Apa yang harus aku lakukan setelah ini? Tidak mudah untuk menghindari Sean. Ya Tuhan apa sebenarnya rencanamu untukku. Kesengajaan apa ini, Tuhan?" banyak pertanyaan yang ada dibenak Queen saat ini. Queen merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Tubuhnya sudah benar-benar capek seharian bekerja. Tidak berselang lama mata Queen pun terpejam. ???? "Siapa sebenarnya dia? Kenapa aku merasakan seperti berciuman dengan gadis itu. Tidak mungkin kalau dia adalah gadis itu. Penampilannya saja sangat berbeda. Penampilan Steffi begitu kuno. Sedangkan Pagi yang cerah untuk memulai aktivitas. Sean sudah bersiap-siap untuk berangkat menuju ke perusahaannya. Untuk kali ini dia memang sengaja berangkat lebih awal. Salah satu alasannya yaitu, Sean ingin ke tempatnya Queen terlebih dahulu. Sean melajukan mobilnya dengan kecepatan standar. Dengan senyum yang tidak pernah lepas dari wajahnya. Tidak berselang lama mobil pun berhenti di depan apartemen Queen. Tidak begitu sulit untuk Sean mengetahui tempat tinggal Queen. Sean memarkirkan mobilnya di parkiran apartemen. Setelah mesin mati saat keluar dari dalam mobil, Sean berjalan menuju ke dalam apartemen. Sean masuk ke dalam lift dan menekan tombol angka enam belas. Lift pun tertutup dan membawa Sean ke lantai enam belas. Tidak berselang lama lift pun terbuka dan Sean keluar dari lift. Sean berjalan menuju ke depan pintu apartemen Queen. Sean memencet bel apartemen Queen. Dan tidak berselang lama pintu pun dibuka dari dalam. Sean begitu kaget melihat wajah yang membuka apartemen Queen. Yang tidak lain adalah Queen sendiri. “Kenapa anda kesini? Dan bagaimana anda tahu tentang apartemen saya,” ucap Queen dengan ketus. Sean tetap diam tanpa berbicara. Entah kenapa Sean sudah mulai terbiasa dengan nada ketus dari Queen. “Sekalian saja aku mampir. Karena jarak apartemenku dengan apartemenmu tidak terlalu jauh," ucap Sean. Queen menghela nafas kasar mendengar jawaban dari Sean. gadis itu penampilannya begitu modis. Tapi kenapa aku merasakan seperti dekat dengan gadis itu. Masih terekam jelas bagaimana malam panas itu yang aku lalui bersama dengan dirinya," ucap Sean. Tanpa sepengetahuan Queen, Sean mengikutinya dari belakang. Sean begitu penasaran dengan sosok sekretarisnya kali ini. Sean merasa sekretarisnya kali ini sangat berbeda. Tiba-tiba ponsel Sean bergetar. Saat melihat kiriman pesan dari Gabriel, Sean begitu terkejut dan senang. Karena Gabriel mengirimkan foto mantan istrinya dulu yang tidak lain adalah Greysie. Sean membaca pesan yang dikirim oleh Gabriel. "Dia sekarang sedang berada di New York," ucap Gabriel. "Ok!!! akan aku lacak keberadaannya. Terima kasih," balas Sean. "Besok aku mau ke New York bertemu dengan sahabatku. Nanti aku mampir ke tempatmu," ucap Gabriel. "Ok!!! aku tunggu kedatanganmu," balas Sean. Sean benar-benar merasa sangat bahagia. Sudah satu tahun lebih dia tidak bertemu dengan Greysie. Saat menatap foto Greysie yang ada di ponselnya, Sean tersenyum. "Kau tetap terlihat sangat cantik, Sayang. Meskipun kita sudah bercerai, tapi perasaanku kepadamu masih tetap sama. Rasa cintaku masih tetap ada untuk dirimu. Aku akan berusaha untuk mendapatkanmu kembali. Menjadikanmu istriku untuk selamanya," ucap Sean penuh semangat. Sean menjalankan mobilnya menuju apartemen pribadinya. Yang tidak terlalu jauh dari apartemen Queen. ???? Pagi yang cerah untuk memulai aktivitas. Sean sudah bersiap-siap untuk berangkat menuju ke perusahaannya. Untuk kali ini dia memang sengaja berangkat lebih awal. Salah satu alasannya yaitu, Sean ingin ke tempatnya Queen terlebih dahulu. Sean melajukan mobilnya dengan kecepatan standar. Dengan senyum yang tidak pernah lepas dari wajahnya. Tidak berselang lama mobil pun berhenti di depan apartemen Queen. Tidak begitu sulit untuk Sean mengetahui tempat tinggal Queen. Sean memarkirkan mobilnya di parkiran apartemen. Setelah mesin mati saat keluar dari dalam mobil, Sean berjalan menuju ke dalam apartemen. Sean masuk ke dalam lift dan menekan tombol angka enam belas. Lift pun tertutup dan membawa Sean ke lantai enam belas. Tidak berselang lama lift pun terbuka dan Sean keluar dari lift. Sean berjalan menuju ke depan pintu apartemen Queen. Sean memencet bel apartemen Queen. Dan tidak berselang lama pintu pun dibuka dari dalam. Sean begitu kaget melihat wajah yang membuka apartemen Queen. Yang tidak lain adalah Queen sendiri. "Kenapa anda kesini? Dan bagaimana anda tahu tentang apartemen saya," ucap Queen dengan ketus. Sean tetap diam tanpa berbicara. Entah kenapa Sean sudah mulai terbiasa dengan nada ketus dari Queen. "Sekalian saja aku mampir. Karena jarak apartemenku dengan apartemenmu tidak terlalu jauh," ucap Sean. Queen menghela nafas kasar mendengar jawaban dari Sean. “Ya Tuhan, mood langsung jelek karena kedatangan tamu yang tidak diundang pagi-pagi,” ucap Queen dengan kesal. Sean yang mendengarnya malahan tertawa. Seperti ada hiburan tersendiri untuk Sean. “Apa seperti ini kamu menyambut atasanmu? Dasar sekretaris tidak sopan,” ucap Sean pada Queen. Queen masa bodoh dengan perkataan Sean. Dia tidak mempersilahkan Sean masuk ke dalam apartemennya. “Kalau mau kesini ingin mengajakku pergi bareng ke perusahaan, kita berangkat sekarang. Gak usah pakai pingin masuk ke dalam rumahku,” ucap Queen penuh perintah. Sean yang mendengar Queen memerintahnya, dia geleng-geleng tidak percaya. Karena baru kali ini dia di perintah oleh seseorang seperti saat ini. Queen menutup pintu apartemennya dan membiarkan Sean tetap berdiri di depan pintu apartemennya. Setelah menutup pintu, Queen dengan tergesa-gesa mengambil tas kerjanya. Dia tidak ingin sampai Sean masuk ke dalam apartemennya dan bertemu dengan Hayden. “Kenapa kamu berlari-lari, Sayang?” tanya Kiandra pada Queen. “Tidak ada apa-apa, Ma,” jawab Queen pada sangat mama. Queen tidak ingin sampai sang mama tahu. Karena buat Queen, ini adalah rahasianya. Cukup dia sendiri dan Tuhan yang tahu. Tidak ada yang lain. Mamanya bisa menerima sang putra saja itu sudah cukup untuk Queen. Dia sudah tidak menginginkan apa-apa lagi. Queen menikmati hidupnya bersama sang putra. menjadi single mother yang bisa dibanggakan oleh sang putra di kemudian hari. Ini saja juga sudah cukup membuat Queen bahagia. Terlebih lagi dengan melihat sang putra tumbuh dengan sehat. ????
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD