Part 25 Masuk Kerja

1044 Words
Hari yang ditunggu-tunggu Queen akhirnya datang juga. Queen bersiap-siap untuk ke perusahaan baru tempat dia bekerja. Queen mulai melakukan penyamaran supaya identitasnya tidak terbongkar. Mulai dari menggunakan poni tebal, sampai menggunakan kacamata yang bertengger di hidungnya. Dan untuk menutupi warna matanya, Queen menggunakan lensa berwarna hitam. Kiandra menatap sang putri dengan perasaan aneh. Karena tidak biasanya putrinya menyamar seperti sekarang ini. Seperti ada yang ditutup-tutupi dari sang putri. "Kenapa penampilan kamu seperti ini, Sayang?" tanya Kiandra penasaran. "Queen tidak ingin ada yang tahu siapa Queen, Ma. Queen ingin orang melihat Queen sama seperti orang biasa. Bukan putri dari pemilik brand berlian ternama ataupun pewaris dari perusahaan besar," ucap Queen pada sama mama. Kiandra tidak habis pikir dengan jalan pikir sang putri. Kiandra memang sengaja ikut putrinya pindah apartemen di tempat kerjanya yang baru. Alasan satu satunya yaitu Hayden tidak ada yang menjaga. Karena sampai sekarang Queen masih belum mendapatkan pengasuh untuk Hayden. Kiandra tidak ingin cucunya sembarangan orang yang mengasuh. Dia benar-benar menyeleksi pengasuh yang akan menjaga sang cucu. "Pikiran yang konyol, Queen. Sampai-sampai kamu harus merubah Penampilanmu seperti sekarang ini. Mama saja hampir tidak mengenalimu. Penampilanmu terlihat kolot dan jadul. Bukan anak mama banget," ucap Kiandra sambil tertawa. Queen yang mendengarnya cuma geleng-geleng kepala. Sudah tidak aneh dengan kelakuan sang mama yang kadang absurd. "Ini penampilan yang terbaik, Ma," ucap Queen membela diri. "Memang kamu mau ke perusahaan apa sih, Sayang?" tanya Kiandra pada sang putri. "Ke perusahaan Zenobex Corporation, Ma. Perusahaan berbasis teknologi yang lagi in saat ini," ucap Queen dengan bangga. "Bukannya itu perusahaan milik anaknya Naraya," batin Kiandra. "Ya sudah semangat untuk kerjanya," ucap Kiandra menyemangati sang putri. Kiandra sedikit tahu tentang perkembangan perusahaan anak temannya itu. Karena sering Arabelle menceritakan tentang Sean kepadanya. Bagaimana bangganya Arabelle kepada anak dari adiknya itu. "Mama tidak apa-apa ditinggal Queen sendiri di apartemen?" tanya Queen pada sang mama. "Kamu ini seperti tidak tahu Mama saja, Queen. Di New York ini seperti tempat bermain untuk mama. Jadi jangan khawatir mama. Paling-paling nanti Hayden di ajak mama jalan-jalan dan bertemu teman mama yang ada di sini," ucap Kiandra pada sang putri. "Ya sudah kalau begitu, Ma. Hati-hati di jalan nanti kalau mama pergi bersama Hayden," ucap Queen. Queen berjalan menghampiri sang putra yang sedang bermain sambil tiduran. Queen menggendong sang putra sambil menciumi pipi gembul sang putra. "Hai anak mama, Sayang. Mama mau kerja dulu yah. Hayden baik-baik sama nenek," ucap Queen pada sang putra. Hayden menatap Queen sambil tersenyum lucu. Queen memeluk putranya penuh rasa sayang. Meskipun putranya lahir dari buah kesalahannya, Queen tidak ingin putranya sampai bersedih karena mengetahui asal-usulnya. Queen ingin putranya tetap bahagia meskipun cuma ada dirinya dalam hidup sang putra. Setelah puas dengan sang putra, Queen memberikan sang putra kepada sang mama. Dia pun pamit untuk berangkat bekerja. "Ma, Queen berangkat," pamit Queen pada Kiandra. "Hati-hati di jalan, Sayang," ucap Kiandra. Queen menganggukkan kepala kearah Kiandra. Dan Queen pun berangkat kerja menggunakan taksi. ???? Seperti biasanya, Sean sudah sampai ke perusahaannya. Semenjak Livedor ia pindahkan ke cabang perusahaannya, Sean untuk beberapa saat menghandle pekerjaannya sendiri. Sean dapat kabar dari Livedor kalau sekretaris barunya hari ini akan datang, Sean sedikit lega. Karena paling tidak dia tidak pusing lagi mengurusi jadwalnya. Entah kenapa tiba-tiba Sean teringat kembali dengan gadis yang dia tiduri satu tahun yang lalu. Semenjak saat itu dia tidak pernah lagi bertemu dengan gadis itu. "Bagaimana kabarnya saat ini? Kenapa aku begitu susah untuk mencari tahu tentang dia? Siapa sebenarnya dia?" ucap Sean bermonolog sendiri. ???? Queen tergesa-gesa masuk ke dalam perusahaan. Dia takut hari pertama kerjanya dia membuat masalah karena datang telat. "Permisi, saya mau tanya ruang CEO sebelah mana ya?" tanya Queen pada resepsionis perusahaan. "Apa anda sekretaris baru yang ditunjuk Pak Livedor untuk menggantikan dia?" tanya sang resepsionis. "Benar sekali. Saya sekretaris baru yang akan menggantikan pekerjaan Pak Livedor," ucap Queen dengan sopan. "Langsung saja ke lantai dua puluh enam. Bapak juga sudah datang," ucap sang resepsionis. Queen langsung menuju ke lift dengan sedikit berlari. Karena dia mendengar tadi dari resepsionis kalau sang CEO sudah datang. Queen masuk ke dalam lift dan menekan tombol lantai 26. Lift pun tertutup dan membawa Queen menuju lantai 26. Setelah lift terbuka, koin langsung keluar dan menuju ke ruang CEO. Queen menarik nafas panjang sebelum dia masuk ke ruang CEO yang ada di depannya saat ini. Tok... tok... tok... Queen mengetuk pintu ruang CEO. Tak berselang lama, terdengar suara yang mempersilahkannya masuk. Queen membuka pintu tersebut dan masuk ke dalam ruangan. Sean yang melihat sekertaris barunya masuk ke dalam ruangannya, Sean menatap setiap inci tubuh sekertaris barunya. Dia merasa seperti pernah bertemu dengannya. "Jangan tundukan kepalamu," ucap Sean dengan suara Bariton. Queen mengangkat kepalanya. Dia begitu kaget saat melihat Sean ada di depannya. "Ya Tuhan, kesialan apalagi ini. Aku mencoba menghindarinya, malah sekarang aku berada di depannya saat ini. Ya Tuhan rencana apalagi ini," batin Queen. "Maaf, Pak," ucap Queen pada Sean. Sean membelalakkan mata saat mendengar suara Queen yang sangat mirip dengan suara gadis yang pernah dia tiduri dulu. Tapi Sean mencoba untuk tetap profesional. Dia tidak ingin masalah pribadinya masuk ke dalam ranah pekerjaannya. "Apa saya bisa melihat berkas-berkas mu?" tanya Sean. Queen memberikan berkas-berkasnya kepada Sean. Dan Sean pun menerimanya. Sean membaca dengan detail tentang data pribadi Queen. "Duduklah," ucap Sean kepada Queen. Queen duduk dihadapan Sean dengan hati yang tidak karuan. Entah kenapa Queen takut kalau sampai Sean mengetahui tentang dirinya. Terlebih lagi tentang Hayden sang putra. Queen sudah bahagia dengan sang putra. Meskipun tanpa Sean ada di sampingnya. Buat Queen itu tidak masalah. Selagi dia mampu untuk mencukupi kebutuhan Hayden. "Apa kau tahu pekerjaanmu sekarang apa?" tanya Sean. Queen menganggukkan kepalanya. "Saya tahu, Pak. Tugas saya yaitu mengatur semua jadwal bapak. Mulai dari meeting, peninjauan lapangan sampai mengurus laporan dan berkas-berkas yang perlu bapak tandatangani," ucap Queen pada Sean. Sean tersenyum simpul mendengar perkataan Queen. "Aku suka jawabanmu. Aku berharap kamu tidak akan mengecewakanku," ucap Sean pada Queen. Queen menghela nafas kasar mendengar perkataan Sean kepadanya. ingin rasanya dia membunuh pria yang ada di depannya saat ini. Pria gila yang sudah merenggut mahkota berharganya. ???? Cinta datang tidak ada yang tahu Sakit, pedih dirasa jadi satu Luka tertoreh Sakit menyiksa kalbu ????
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD