Part 24

1145 Words
Semenjak kepergian Greysie dan perceraian sepihaknya, Sean menjadi pribadi yang pendiam dan tidak terlalu banyak omong. Hari-harinya sekarang dia gunakan untuk fokus ke perusahaannya. Tidak ada lagi senyum ceria di wajah Sean. Yang ada hanya tatapan dingin yang terpancar dari matanya. Sosok yang berbeda dari Sean yang dulu. Sean seperti hidup dalam dunianya sendiri. Meskipun sekarang Naraya sering berkunjung ke tempat Sean. Melihat bagaimana keadaan sang putra. Sean menatap keluar gedung perusahaannya. Terlihat dengan jelas megahnya gedung pencakar langit yang dia lihat saat ini. Sudah hampir setahun Greysie meninggalkannya. Dan tidak ada kabar sama sekali. Semenjak Greysie meninggalkannya, Sean lebih memilih tinggal di apartemen dan fokus pada perusahaannya yang berbasis teknologi. Yang tidak lain adalah Zenobex Corporation. Perusahaannya yang dia bangun sendiri dari kerja kerasnya. "Permisi, Boss," ucap Livedor pada Sean. Saya menatap Livedor yang ada di depannya saat ini. "Duduklah, aku ingin berbicara denganmu hal yang sangat penting," ucap Sean pada Livedor. Livedor duduk dihadapan Sean penuh rasa hormat. "Livedor, aku memanggilmu kali ini, Aku mau memberikan tanggung jawab besar kepadamu," ucap Sean pada Livedor. "Maksud anda, Bos. Saya tidak paham akan perkataan anda barusan. Maksud anda tanggung jawab besar itu apa ya?" tanya Livedor pada Sean. "Aku memegangimu salah satu cabang perusahaanku kepadamu. Kau akan menjabat sebagai seorang CEO di perusahaanku," ucap Sean pada Livedor. Livedor begitu kaget mendengar perkataan Sean kepadanya. Dia tidak menyangka kalau Sean akan memberi tanggung jawab yang sangat besar kepada dirinya. "Kenapa harus saya, Bos?" tanya Livedor pada Sean. Sean tersenyum simpul mendengar perkataan Livedor. "Karena aku mempercayaimu," ucap Sean dengan singkat. Livedor benar-benar masih shock dengan apa yang barusan dia dengar. Dia masih benar-benar tidak menyangka. Keputusan besar ini diambil tanpa berpikir panjang oleh Sean. Itu pemikiran Livedor. Padahal Sean sudah memikirkannya dari jauh-jauh hari. Sean ingin kehidupan Livedor terjamin dengan istrinya. Dia tahu kalau Livedor adalah tulang punggung untuk keluarganya. Sean berharap Livedor bisa bertanggung jawab penuh pada perkembangan perusahaannya kelak. Sean tahu bagaimana etos kerja Livedor selama ini. Meskipun Sean setelah ini harus mencari sekretaris baru untuk dirinya. "Jangan terlalu banyak berpikir. Pegang tanggung jawab itu. Aku sangat percaya kepadamu. Sudah saatnya kamu untuk maju demi kehidupanmu dan keluargamu. Kembangkan perusahaanku dengan cara berpikirmu yang maju. Aku akan tetap memantau mu dari sini," ucap Sean pada Livedor. Livedor berkaca-kaca mendengar perkataan Sean barusan kepada dirinya. "Saya akan berusaha dengan sebaik mungkin, Bos. Terima kasih sebelumnya, Bos. Karena anda sudah percaya kepada saya. Saya akan menjaga kepercayaan anda dengan sebaik mungkin," ucap Livedor dengan tulus. "Tugasmu kali ini sebelum kau pindah ke perusahaanmu yang akan kamu pegang, carikan aku sekretaris baru untuk membantuku dalam mengurus jadwal-jadwalku seperti dirimu," ucap Sean pada Livedor. "Baik, Bos. Perintah anda akan saya lakukan. Saya permisi undur diri dulu," pamit Livedor. Sean menganggukkan kepala pada Livedor. Livedor keluar dari ruangan Sean dan kembali ke ruangannya. ???? "Siapa anak bayi ini, Queen?" tanya Kiandra pada sang putri. Sudah hampir setahun Queen bersembunyi dari keluarganya. Dan akhirnya dia ditemukan oleh sang mama tanpa disengaja. Queen melarikan diri ke Sydney saat dia tahu kalau dia sedang berbadan dua. Kesalahan yang berimbas pada bayi yang tidak berdosa yang sudah dia lahirkan. Tanpa adanya yang mendampingi dirinya. Queen tersenyum kecut pada sang mama. "Bayi ini adalah putraku. Anak yang aku lahirkan tanpa adanya dampingan kedua orang tuaku," ucap Queen dengan getir. Kiandra begitu kaget saat mendengar sang putri mempunyai seorang anak. "Siapa bapaknya, Queen?" tanya Kiandra pada Queen. "Dia tidak mempunyai seorang bapak. Aku adalah mama sekaligus papa untuk putraku," ucap Queen penuh dengan tekad yang kuat. Kiandra seperti tidak bisa bernafas saat mendengar perkataan sang putri. Hatinya begitu sakit melihat keadaan sang putri yang sudah mempunyai anak tanpa seorang ayah. "Putramu masih mempunyai nenek, Sayang. Meskipun mama awal mulanya kaget, tapi setelah mama melihat cucu mama, mama langsung jatuh cinta dengan cucu mama," ucap Kiandra dengan jujur kepada sang putri. Queen berkaca-kaca mendengar perkataan sang mama. Dia tidak menyangka kalau sang mama menerima putranya. "Apa boleh mama menggendong cucu mama?" tanya Kiandra pada sang putri. Queen menganggukkan kepala dan memberikan sang putra pada sang mama. "Siapa nama cucu mama?" tanya Kiandra pada sang putri. "Hayden Alfresto Kenzie," ucap Queen dengan bangga. Kiandra tersenyum bahagia mendengar nama sang cucu. "Bagus sekali, Sayang. Tapi kenapa tidak diberi nama belakang keluarga kita?" tanya Kiandra. "Bagaimana aku memberi nama belakang keluarga kita, kalau papa dan mama tidak tahu tentang asal-usul anakku," ucap Queen. "Pulanglah ke rumah, Sayang. Papamu sangat merindukanmu," ucap Kiandra berharap sang putri mau pulang bersama dengannya. "Tidak bisa, Ma. Karena Queen sudah mendapatkan pekerjaan. Yang mengharuskan Queen untuk pindah ke negara itu," ucap Queen pada sang mama. Kiandra menghela nafas mendengar perkataan sang putri yang sangat keras kepala. "Keluarga kita bukan keluarga yang kekurangan, Sayang. Perusahaan kita nantinya kamu yang memilikinya. Kenapa kamu harus tetap mencari pekerjaan di luaran sana," ucap Kiandra pada sang putri. "Aku sudah menandatangani kontrak di perusahaan cabang yang ada di sini, Ma. Jadi aku sudah terikat kontrak, Ma. Tolong untuk kali ini, biarkan Queen menjalaninya terlebih dahulu. Kalau Mama ingin bertemu dengan putraku, mama bisa mendatanginya. Aku akan memberikan alamatku nanti kepada mama," ucap Queen pada sang mama. Kiandra menatap cucunya penuh rasa sayang. Baru saja dia bertemu dengan sang cucu, setelah ini dia akan berpisah. Entah kenapa Kiandra begitu berat meninggalkan cucunya. Ada perasaan tidak rela dalam hatinya. "Hayden, Sayang. Cucu nenek yang paling tampan. Hayden mau ninggalin nenek? Nenek pasti merindukan Hayden. Jangan jauh-jauh sama nenek, Hayden!" ucap Kiandra sambil menciumi wajah cucunya yang terlihat sangat menggemaskan. Queen menatap sang mama penuh haru. Bukan maksud Queen untuk menjauhkan putranya dengan sang mama. Tapi dia sudah menandatangani kontrak dengan sebuah perusahaan. “Kalau begitu untuk hari ini mama ingin menginap di tempat kamu, Sayang. Mama ingin bersama Hayden dulu,” ucap Kiandra pada sang putri. Queen menganggukkan kepalanya. Queen mengajak sang mama menuju apartemennya yang tidak terlalu jauh dengan cafe yang sedang ia berada sekarang ini. Queen berdiri dari duduknya dan berjalan menuju ke apartemennya. Kiandra menggendong sang cucu dengan penuh rasa sayang. Dengan sekali-kali memotret sang cucu bersama dengannya. Kiandra iseng mengirimi sang sahabat yang sedang kesal dengan sang putra yang tidak kunjung mau nikah. “Bel, Lihat cucuku. Tampankan??” Kiandra mengirimi Arabelle fotonya dengan sang cucu yang terlihat sangat menggemaskan. Tak berselang lama Arabelle membalas pesannya dengan emoticon marah. “??? Jangan membuatku keluar tanduk,” balas Arabelle pada Kiandra. “Hahaha, aku sudah punya cucu dan kau belum,” ejek Kiandra pada Arabelle. “Dasar sahabat jahannam,” balas Arabelle pada Kiandra. Kiandra tidak bisa menahan tawanya melihat balasan dari sahabatnya. “Mama kenapa ketawa sendiri,” ucap Queen melihat mamanya tertawa sendiri melihat ponselnya. “Mama mengirimi tante Arabelle fotonya Hayden sama mama. Dianya marah,” ucap Kiandra pada sang putri. Queen geleng-geleng kepala dengan apa yang dilakukan sang mama. “Mama, ada-ada saja. Suka bener lihat tante Arabelle marah-marah,” ucap Queen pada sang mama. Kiandra menjawabnya dengan senyuman. ????
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD