Part 18

1116 Words
Sudah waktunya Sean dan Greysie pamit untuk balik lagi ke Manhattan. Sean menggandeng tangan Greysie untuk berpamitan kepada kedua orang tuanya. "Apa Jadi balik sekarang kamu, Boy?" tanya Naraya pada Sean. Sean menganggukkan kepalanya. "Iya, Mam. Sean harus balik sekarang karena mau ada rapat penting dengan semua divisi," ucap Sean pada Naraya. "Padahal mama masih kangen sama kamu. Setelah ini sering-seringlah pulang. Mama ingin ada Quality time dengan putra dan menantu mama," ucap Naraya penuh harap pada sang putra. "Akan diusahakan Sean, Ma. Kalau Sean tidak sibuk, Sean pasti akan pulang. Sean minta maaf. Karena masih belum bisa memberikan waktu kumpul bersama dengan mama dan papa," ucap Sean penuh rasa bersalah. "Is Oke, Boy. Mama dan papa ngerti bagaimana kesibukan kamu. Papa dan Mama sangat bangga dengan kesuksesanmu. Mama dan papa berharap kamu tetap menjaga kesehatan meskipun kamu posisinya sedang sibuk dan jadwal kamu padat," ucap Naraya pada sang putra. Sean semakin merasa bersalah melihat sang mama. Buat Sean mamanya adalah segalanya. Satu-satunya wanita yang mengajari Sean dalam segala hal. "Mama dan Papa juga harus jaga kesehatan," ucap Sean. "Jangan khawatir dengan mamamu. Karena mamamu sudah ada yang mengurusnya yaitu papa. Untuk saat ini pikirin saja kebahagiaanmu dengan istrimu," ucap Arsenio pada sang putra. "Pasti itu, Pa. Sean pasti mengingat pesan papa itu," ucap Sean penuh keyakinan. Naraya yang melihat sang putra bicara seperti itu, dia tidak bisa menutupi kebahagiaannya. Naraya tidak menyangka kalau putranya sekarang sudah dewasa yang mempunyai tanggung jawab untuk membahagiakan istrinya. Dia cuma berharap semoga putranya bisa bahagia untuk selamanya Tanpa harus merasakan rasa sakit karena cinta. Seperti dirinya dulu yang pernah merasakan kegetiran akan cinta. "Good, boy. Semoga selamanya akan tetap seperti itu," ucap Arsenio. Setelah bercengkrama lama, akhirnya Sean dan Greysie pamit untuk berangkat. "Ma, Pa, Sean berangkat dulu," pamit Sean. Sean Dan Greysie mencium tangan papa dan Mamanya. Dan mereka pun pergi menuju landasan pribadi milik Naraya. "Hati-hati di jalan. Nanti kalau sudah sampai kabari mama," ucap Naraya. Sean menganggukkan kepalanya pada sang mama. Dengan senyum tersungging di wajah tampannya. ???? "Apa sudah ketemu anaknya Gerald?" tanya Carlos pada anak buahnya. "Belum, Bos. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mencari Greysie. Tapi yang saya heran seperti ada yang melindungi Greysie. Sampai anak buah saya, saya kerahkan semuanya tetap tidak bisa menembus keberadaan Greysie. "Aku tidak mau tahu, kalian harus mendapatkan Greysie. Kalau sampai dia sudah menikah, Tahta ini akan dia ambil alih. Aku tidak rela kalau keturunan Greysie yang akan menempati tahta ini," ucap Carlos menahan geram. "Saya ada rencana, Bos. Jika memang Greysie sudah menikah, kita bisa mencelakai dia sekaligus anaknya. Kalau tidak seperti itu, kita hancurkan saja rahimnya supaya dia tidak bisa mendapatkan keturunan," ucap Erwin kaki tangan Carlos. Carlos tersenyum mendengar rencana dari Erwin yang menurut dia sangat cemerlang dengan menghancurkan rahim Greysie, maka dia akan dengan mudah mendapatkan tahta yang akan diwariskan untuk Greysie oleh orang tuanya. "Rencana yang bagus, Erwin. Aku sudah tidak sabar untuk menemukan anak Gerald dan melihat kehancuran anak Gerald dengan tanganku sendiri," ucap Carlos tersenyum sinis. Carlos benar-benar sangat membenci Greysie. Karena Greysie akan mengancam harta dan kekuasaannya. Sebelum semuanya terlambat, Carlos akan melakukan apapun juga demi mempertahankan kekuasaannya tidak diambil alih oleh Greysie. Carlos duduk di kursi kebangsaannya sambil menatap foto dirinya dan kakaknya yang sudah dia bunuh dengan kecelakaan buatan yang dia rencanakan. Karena keserakahan Carlos membutakan hati nuraninya. Dia tega membunuh kakak kandungnya sendiri cuma karena kekuasaan dan tahta. Sampai-sampai kedua orang tuanya dia asingkan supaya tidak mencampuri urusannya. Carlos tidak ingin sampai ada yang menghancurkan apa yang selama ini dia harapkan. ???? Sean menatap wajah sang istri dengan penuh cinta. Sean benar-benar merasa bahagia. Karena bisa memiliki wanita yang sangat dicintai dengan sepenuh hati. Sean berharap rumah tangganya selalu dalam lindungan Tuhan. Sean tidak bisa membayangkan jika harus kehilangan Greysie dalam hidupnya. "Jangan menatapku seperti itu. Tatapanmu seperti kamu tidak pernah menatapku saja. Tatapanmu membuatku salah tingkah," ucap Greysie pada Sean. Sean yang mendengarnya tidak bisa menahan senyumnya. “Ap salah aku menatap istriku sendiri? tidak ada yang melarang aku tidak boleh menatap istriku sendiri," ucap Sean. Greysie yang mendengarnya mau tidak mau cuma bisa diam. Karena menurut Greysie kalau diteruskan pasti tidak akan ada ujungnya kalau sudah berdebat dengan Sean. Greysie menatap langit yang mulai petang dari jendela pesawat. Entah kenapa tiba-tiba Greysie merindukan kakek dan neneknya yang sekarang entah di mana keberadaannya. Semenjak kedua orang tuanya meninggal, Greysie benar-benar tidak tahu lagi kabar dari keluarganya. “Apa yang sedang kamu pikirkan?” tanya Sean mengagetkan Greysie yang asik dengan pikirannya sendiri. “Tidak ada,” ucap Greysie berbohong. Sean menghela nafas kasar saat mulai mendengar Greysie yang masih belum bisa percaya kepadanya. “Istirahatlah,” ucap Sean pada Greysie. Greysie menganggukkan kepalanya sambil tersenyum hangat ke arah Sean yang sedang menatapnya. Tatapan kecewa yang kali ini di perlihatkan Sean padanya. Bukan tatapan penuh cinta yang biasanya terlihat dari mata Sean untuk dirinya. “Maafkan aku masih belum bisa jujur kepadamu. Aku butuh waktu untuk mulai menceritakan semuanya kepadamu. Mulai mempercayaimu untuk berbagi beban yang sedang aku rasakan selama ini,” batin Greysie. Greysie mencoba untuk memejamkan matanya. Tidur sejenak untuk menenangkan pikirannya yang mulai berkecambuk. Meskipun Greysie belum sepenuhnya bisa mencintai Sean dengan sepenuh hati. Namun Greysie mulai merasa nyaman pada Sean ada di sampingnya. Menjadi tempat bersandar untuknya. Berbagi suka dan duka bersama. “Sampai kapan kamu belum bisa mempercayaimu, Greysie? Apa aku tidak terlalu penting bagimu untuk saat ini. Sampai-sampai aku merasa kalau kamu tidak menganggapku penting bagi hidupmu. Apakah aku tidak ada tempat lagi dalam hatimu?” batin Sean. Sean tidak ingin menyakiti hati Graysie. Meskipun itu cuma sedikit. Karena buat Sean senyum Greysie sangatlah berharga untuk diri Sean. Sean berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menuju ke ruang kerjanya. Dia mencoba untuk mengalihkan pikirannya dan mencoba menyibukkan diri dengan pekerjaannya. Setelah Sean sampai ke ruang kerjanya, Sean duduk di kursi kebesarannya dan memulai sibuk dengan berkas-berkas kontraknya. Sean mulai memeriksa satu persatu berkas yang sudah disiapkan oleh Livendor untuknya. Berkas berkas kontrak yang perlu dia tandatangani. Sebelum Sean menandatangani kontrak kontraknya, Sean membacanya terlebih dahulu. karena dia tidak ingin sampai salah langkah Karena kelalaiannya untuk memahami isi kontrak kerjasama yang akan dia jalin dengan para kliennya. Sean sedikit janggal saat membaca salah satu kontrak salah satu klien yang ingin bekerjasama dengan dirinya. Penawaran yang tidak biasanya dilakukan oleh para kliennya yang lain yang menggunakan jasanya dalam hal teknologi informatika. Baik dari keamanan program ataupun untuk teknik jaringan yang biasanya digunakan Sean untuk para klien-kliennya. “Froxe Corporation, perusahaan yang berkembang dalam bidang berlian dan batu mulia. Perusahaan yang bertempat di Inggris. Apa yang sebenarnya diinginkan pemilik perusahaan itu? Sampai-sampai dia berani membayar mahal perusahaanku,” ucap Sean bermonolog sendiri. Sambil memikirkan perusahaan Froxe.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD