Part 16

1302 Words
Pagi yang indah untuk Sean, karena bisa melihat wanita yang ia cintai berada disampingnya. Sean menatap Greysie yang sedang menggunakan gaun selutut yang sudah di siapkan oleh Mamanya. Gaun berwarna peach dengan motif bunga-bunga kecil, sangat cocok di pakai oleh Greysie. Untungnya lagi Sean tidak memberikan tanda kepemilikan di area leher Greysie, jadi masih aman untuk Greysie menggunakan gaun yang memperlihatkan leher jenjang Greysie. Greysie menjelma layaknya seorang putri yang sangat cantik. Greysie terlihat sangat cantik memakai gaun yang disiapkan oleh Naraya, rambut di cepol keatas dan makeup tipis. Makin terlihat sempurna. “Jangan cantik-cantik, aku tidak suka ada yang mengagumi kecantikanmu,” ucap Sean datar. Greysie menoleh kearah Sean, memicingkan mata. Ia tak habis pikir dengan ucapan yang barusan keluar dari bibir Sean. “Kau ini seharusnya bersyukur, kalau istrimu terlihat cantik. Tidak sampai membuatmu malu,” ucap Greysie dengan lembut. Sean menghampiri Greysie yang masih bersiap-siap. Sean memeluk Greysie dari belakang dan mencium leher jenjang Greysie. Greysie tersenyum hangat pada Sean. “Kau terlihat sangat cantik Nyonya Sean, ingin rasanya aku mengurungmu di kamar saja. Dan bercinta seharian, mendengarmu mendesah di dalam kuasaku,” ucap Sean di teliga Greysie. “Apa kamu ingin membuatku tidak bisa jalan, sekarang saja masih terasa sakit punyaku karna ulahmu yang tidak pernah puas memasuki punyaku,” ucap Greysie dengan ketus. “Tapi kau menikmatinya, Sayang,” goda Sean sambil meremas kedua gundukan kenyal milik Greysie. “Apa mau seperti ini terus, semua keluarga sudah menunggu kita di bawah,” ucap Greysie dengan lembut. “Morning kiss dulu, Sayang,” ucap Sean merajuk. Greysie menghela napas panjang sama kelakuan suaminya. Greysie membalikkan badan dan melingkarkan tangannya di leher Sean. Sean mengangkat tubuh Greysie duduk di meja rias. Sean mendekatkan wajahnya dan mulai mencium bibir Greysie, bibir yang sudah mulai menjadi candu untuk Sean. Sean melumat bibir Greysie, lumatan panjang yang saling membalas. Setelah puas berciuman, Sean menghentikan ciumannya dan menatap mata Greysie. Sean mencium puncak kepala Greysie penuh sayang. “Aku mencintaimu,” ucap Sean sambil tersenyum hangat pada Greysie. Greysie memeluk Sean dengan erat. “Aku akan belajar mencintaimu dan menerimamu sebagai suamiku,” ucap Greysie dengan lembut. Sean menurunkan Greysie dan mengajaknya keluar menuju ke ruang makan. Karena semua keluarga besarnya sekarang sedang berkumpul sebelum mereka balik ke negaranya masing-masing. Sean berjalan berdampingan dengan Greysie menuju ruang makan. Keluarga besar sudah berkumpul dan menikmati sarapan mereka. “Pagi semua,” ucap Sean dengan ceria. “Pagi Boy,” ucap Naraya pada putranya. Naraya menyunggingkan senyum saat Greysie memakai baju yang sudah ia siapkan. Terlihat cantik dan pas di badan Greysie. Sean menarik kursi untuk Greysie, dan ia duduk di samping Greysie. Greysie mengambilkan sarapan untuk Sean. Cream sup ayam dengan roti panggang keju garlic. Sean menerima piring yang berisi makanan dari tangan Greysie. Greysie pun juga sama mengambil cream sup dengan roti panggang keju garlic. Greysie dan Sean memakannya dengan lahap. Karena malam panas mereka kemarin, mereka berdua kelaparan. “Sepertinya kamu tadi malam terlalu bersemangat Boy, memberikan Mama dan Papa cucu,” goda Naraya. Greysie yang mendengar perkataan Naraya, tiba-tiba tersedak makanannya. Sean yang melihat istrinya tersedak makanan langsung mengambilkan minum. “Pelan-pelan Sayang,” ucap Sean dengan lembut. Sebenarnya ia tahu kalau istrinya tersedak karena perkataan Mamanya barusan. Greysie melanjutkan makannya dengan wajah bersemu merah. Sean yang melihatnya tidak bisa menahan senyumnya. Sean mengusap puncak kepala Greysie penuh sayang. Sean merasa bahagia bisa hidup bersama dengan Greysie seperti sekarang ini. Naraya yang melihat cinta yang tulus pada putranya, hatinya menghangat. Ia cuma bisa berdoa pada Tuhan untuk kebahagiaan sang putra tersayang. “Semoga Tuhan selalu memberimu kebahagiaan, Boy. Mama cuma ingin melihatmu hidup bahagia dengan wanita yang kamu cintai. Mama cuma bisa berharap Greysie secepatnya bisa mencintaimu, seperti kamu yang mencintainya dengan tulus,” batin Naraya. “Ma, nanti sore aku sama Greysie balik ke Manhattan,” ucap Sean pada Naraya. “Kok tergesa-gesa, Boy. Baru kemarin sampai, sekarang sudah mau balik,” ucap Naraya tidak senang. “Sean ada pertemuan bisnis dengan perusahaan dari Jerman, Ma. Pertemuannya tidak bisa diwakilkan,” ucap Sean merasa bersalah. Ia tahu kalau mamanya masih ingin mengobrol banyak dengan istrinya. Namun bagaimana lagi, ia harus tetap pulang karena sebuah tanggung jawab yang harus ia penuhi. “Apa pertemuanmu benar-benar tidak bisa ditunda, Boy. Mama masih ingin lebih lama bisa bercengkrama dengan Greysie,” ucap Naraya. “Tidak bisa, Ma. Karena yang datang langsung bukan perwakilan perusahaannya, tapi pemilik perusahaannya langsung. Mama pasti kenal dengan Mr. Pashan,” ucap Sean. “Iya, mama mengenalknya. Dia salah satu klien mama juga di Nc. Corporation. Dia sangat menjunjung tinggi sebuah kedisiplinan,” tutur Naraya pada Sean. “Karena itu, Ma. Harus aku sendiri yang turun tangan. Kalau aku menyuruh anak buahku yang bertemu dengannya. Kontrak kerjasama ini tidak akan bisa terwujud,” ucap Sean dengan serius. “Baiklah kalau begitu, Boy. Nanti kalau papamu tidak sibuk, Mama akan menyusulmu ke Manhattan. Jadi pindah di rumah barumu, Boy?” tanya Naraya pada Sean. “Jadi, Ma. Sean sudah menyuruh Matias untuk mengurus semuanya. Kami nanti langsung menuju kerumah baru yang sudah aku persiapkan,” ucap Sean. “Berikan yang terbaik untuk Greysie, jangan sampai Greysie susah setelah menikah denganmu, Boy,” ucap Naraya. “Tidak akan terjadi, aku akan memastikan kalau Greysie tidak akan sampai kesusahan setelah menikah denganku,” ucap Sean dengan penuh kesungguhan. “Jangan cuma omong kosong, Boy. Buktikan ucapanmu itu, jangan sampai kau nantinya menyesal karena kebodohanmu sendiri,” ucap Gabriel dari belakang tubuh Sean. Sean yang mendengar perkataan saudara laki-lakinya itu ingin sekali ia menutup mulutnya. Ia tidak ingin sampai Greysie memikirkan hal yang tidak-tidak di kepalanya karena ucapan Gabriel yang asal. “Jangan memulai peperangan denganku, mau rahasiamu aku buka sekarang pada mama,” ancam Sean pada Gabriel. Ucapan Sean sukses menutup mulut Gabriel yang mau menggoda Sean lagi. “Jangan macam-macam, Boy. Aku tidak ingin Ibu Naraya marah padaku gara-gara ucapanmu,” ancam Gabriel di telinga Sean. “Mangkanya jangan macam-macam denganku, semua rahasiamu ada di tanganku,” ucap Sean merasa menang. Gabriel tidak habis pikir dengan jalan pikiran saudara laki-lakinya yang satu itu, yang sangat membuatnya penasaran, kenapa Sean bisa mengetahui rahasia terkecil sampai rahasia terbesarnya. Padahal ia sendiri adalah seorang mafia yang di takuti. Namun kalau sudah berurusan dengan Sean, Gabriel tidak bisa berkutik sama sekali. “Apa yang kalian sembunyikan dari Mama, Gabriel, Sean,” ucap Naraya penuh selidik. Sean tersenyum senang saat melihat Gabriel tidak bisa berkutik seperti sekarang ini. Ia tahu kalau orang yang paling ditakuti Gabriel adalah sang Mama. Gabriel sangat menyayangi Naraya seperti mamanya sendiri. Sifat keibuan Naraya, mampu membuat Gabriel menjadi anak yang penurut kalau bersama dengan Naraya. “Tidak ada apa-apa, aku cuma ingin mengoda Sean saja, Bu,” ucap Gabriel mencoba tenang. “Ibu terlalu mengenalmu, Geb. Sepertinya ada yang kamu sembunyikan dari ibu kelihatannya,” ucap Naraya penuh selidik. “Benar tidak ada apa-apa, Bu. Aku cuma bercanda dengan Sean,” ucap Gabriel dengan tenang. “Baiklah kalau begitu, untuk kali ini ibu percaya kepadamu,” ucap Naraya sambil tersenyum hangat pada Gabriel. “Makanlah sekarang, Ibu sudah masak kesukaanmu dan Sean,” ucap Naraya sambil mengambilkan makan untuk Gabriel. Gabriel duduk di kursi kosong di sebelah Sean. Ia menerima piring yang disodorkan oleh Naraya dengan mata berbinar saat melihat makanan yang ada dipiringnya. “Wow... ini makanan yang paling aku rindukan, Bu. Udah lama aku tidak menikmati masakan ibu,” ucap Gabriel sambil memakan makanannya. Setiap suapan demi suapan, benar-benar Gabriel nikmati. “Kalau kamu sering mengunjungi ibu, ibu pasti selalu masak makanan kesukaanmu. Kamu sama saja seperti Sean, kalau bukan ibu yang mengunjungi kalian, kalian tidak akan mengunjungi ibu. Terlebih lagi kamu sekarang lebih disibukkan dengan wanita-wanitamu,” ucap Sean. Gabriel yang mendengar perkataan Naraya tiba-tiba tersedak makanan yang sedang ia makan, Sean yang melihatnya langsung memberikannya minum. “Pelan-pelan kau ini kalau makan,” ucap Sean yang tidak menahan tawanya melihat wajah gugup Gabriel. “Ibu ini ngomong apa, aku kan sibuk dengan perusahaanku, bukan main perempuan,” ucap Gabriel. “Berarti informan ibu salah lihat kalau begitu,” ucap Naraya. “Salah kelihatannya bu, karena aku tidak pernah keluar sama sekali setelah pulang dari perusahaan,” ucap Gabriel berbohong.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD