Part 12

1335 Words
Tuhan menakdirkan seseorang dalam hidupnya, tidak akan ada yang tahu kapan dan siapa seseorang itu. Seperti Greysie pun juga seperti itu, ia tak menyangka Tuhan mendatangkan Sean dalam hidupnya. “Kenapa melamun,” ucap Sean dengan halus. Greysie masih tetap memandang keluar jendela, menatap hamparan awan putih dengan pemandangan alam yang indah. “Aku masih tidak menyangka saja dengan apa yang terjadi dalam hidupku saat ini,” ucap Greysie lirih. “Kenapa tidak menyangka dengan semua ini, ini bukan mimpi, ini sebuah kenyataan. Dan memang aku ingin menikahimu, sesampai kita di San Fransisco,” ucap Sean penuh dengan kesungguhan. Sean menarik Greysie kedalam pelukannya, memberikan rasa nyaman dan ketenangan untuk Greysie. Ia tahu kalau Greysie saat ini sedang bimbang dengan keputusan yang sedang ia ambil. Sean tidak akan memberitahukan alasan Sean sebenarnya mempercepat pernikahannya. Karena semua ini ia lakukan untuk kebaikan Greysie, karena menyangkut nyawa Greysie yang terancam. Sean ingin melindungi wanita yang ia cintai. Memberikan keamanan untuk Greysie. Sean memeluk Greysie dengan erat dan memcium puncak kepala Greysie dengan penuh rasa sayang. “Entahlah aku merasa seperti mimpi saat ini, seorang upi abu mau menikah dengan seorang pria tampan yang sangat sukses,” ucap Greysie. Sean yang mendengarnya tidak bisa menahan tawanya. “Kau ini koyol sekali pemikiranmu itu, jika Tuhan sudah mentakdirkan semuanya, manusia cuma bisa menjalaninya, dan aku menjalaninya dengan penuh kebahagiaan untuk saat. Bisa memilikimu adalah sebuah anugerah untukku,” ucap Sean sambil mengacak-acak rambut Greysie penuh sayang. “Aku kan berpikiran dengan jalan pikirku, jadi yah wajarlah aku mempunyai pemikiran seperti itu, aku saja tidak pernah mempunyai pikiran dan impian bisa menikah dengan seseorang pria yang hebat sepertimu, membayangkannya saja aku tidak pernah,” ucap Greysie. “Ya sudah kalau begitu, yang terpenting sekarang kenyataannya, kau akan menikah denganku, laki-laki yang tanpa sadar menyukai seorang chef yang bekerja dengan mamanya. Yang anehnya lagi, laki-laki ini sudah mencintai masakan calon istrinya terlebih dahulu,” ucap Sean sambil tersenyum simpul pada Greysie. Greysie yang mendengar perkataan Sean, wajahnya langsung bersemu merah. “Wajahmu merah, apa kau sekarang sedang malu,” goda Sean pada Greysie. Greysie mencubit perut Sean. Sean yang terkena cubitan maut Greysie, menahan sakit di perutnya. “Cubitanmu sungguh menyakitkan, mengalahkan gigitan semut,” ucap Sean sambil mengusap perutnya yang habis di cubit Greysie. “Salah sendiri menggodaku, mau aku cubit lagi,” ucap Greysie dengan ketus dan memanyunkan bibirnya. Sean yang melihat Greysie memanyunkan bibir, semakin gemas melihatnya. Sean sangat bahagia bisa sedekat ini dengan Greysie. Dulu membayangkan saja Sean tidak pernah. Ia bersyukur sama Tuhan, Tuhan memberikannya kesempatan untuk mengutarakan rasa cintanya pada wanita yang ia cintai, terlebih lagi untuk saat ini bisa memiliki dan menjadikannya pendamping hidupnya. “Kau ini sangat menggemaskan sekali,” ucap Sean. “Bagaimana nanti aku harus berbicara dengan Ibu Naraya, aku takut. Aku seperti orang yang tidak tahu balas budi kepada beliau. Ibu Naraya dulu yang menolongku, tapi sekarang aku mau menikah dengan putranya,” ucap Greysie dengan raut muka sedih. “Jangan terlalu banyak berpikir hal yang tidak-tidak. Cukup jadilah dirimu sendiri di hadapan kedua orang tuaku. Mungkin itu lebih baik,” ucap Sean. “Apa kita batalin saja pernikahan ini,” ucap Greysie dengan asal. “Jangan macam-macam Grey, aku tidak akan membiarkan pernikahan ini sampai batal karena pikiran konyol yang ada di otak cantikmu itu,” ucap Sean penuh penekanan. Greysie yang mendengar perkataan Sean cuma bisa terdiam, ia tak menyangka kalau Sean sampai bereaksi seperti itu setelah mendengar perkataannya. Greysie Cuma merasa tidak pantas bersanding dengan Sean. Buat Greysie, Sean begitu sempurna untuk dibayangkan menjadi suaminya. Membayangkannya saja, Greysie tidak pernah. Sean memegang tangan Greysie, dan mencium tangan Greysie dengan lembut. “Untuk saat ini kau adalah prioritas dan kebahagiaanku, kebahagiaanmu adalah sumber kebahagiaanku, jika kau tidak bahagia, bagaimana aku bisa bahagia juga, aku tak memaksamu saat ini harus langsung mencintaiku, aku akan menunggu waktu itu tiba, saat-saat seorang Greysie mencintai Sean, laki-laki yang sudah tergila-gila dengannya,” ucap Sean dengan lembut. Greysie menatap mata Sean yang penuh dengan kejujuran. Perkataan Sean sukses membuat Greysie tersentuh. Hatinya menghangat dengan apa yang baru saja diutarakan oleh Sean kepadanya. Greysie tiba-tiba meneteskan air mata, hidupnya yang selama ini ia jalani seorang diri, sekarang sudah tidak lagi, Sean ada disampingnya sekarang ini, menjajikan kenyamanan dan cinta untuknya, meskipun ia akan berusaha untuk membuka hati dan mulai belajar mencintai Sean. Satu-satunya pria yang sangat mencintainya dan menerima dia apa adanya, tanpa memandang status dan latar belakangnya siapa. Greysie sangat bersyukur dengan apa yang terjadi dalam hidupnya, meskipun ia harus menjalaninya dengan penuh perjuangan. Sean yang melihat Greysie meneteskan air mata, hatinya terasa tercubit. Ia paham kenapa Greysie tadi berbicara seperti itu. Greysie merasa tidak pantas bersanding dengannya. “Hapus air matamu. Aku tak ingin melihatmu meneteskan air mata lagi,” ucap Sean dengan datar. Greysie mengusap air matanya dan duduk membelakangi Sean. **** “Sebentar lagi Greysie dan Sean sudah mau sampai. Aku ingin semuanya terlihat sempurna,” ucap Naraya pada para maid di mansionnya. “Baik Nyonya,” ucap para maid serempak. “Lanjutkan pekerjaan kalian semua,” ucap Naraya dengan semangat. Semua maid menganggukkan kepala dan mulai melanjutkan pekerjaan masing-masing. Naraya memandang setiap sudut mansionnya. Terlihat sangat indah dan elegant. Perpaduan warna putih dan gold. Dengan hiasan bunga-bunga di setiap sudut mansion. “Sepertinya kau sangat bahagia, Sayang,” ucap Arsenio pada Naraya. Naraya menyunggingkan senyumnya. “Aku sangat bahagia, Mas. Putra kita mau menikah dengan perempuan yang ia cintai. Terlebih lagi perempuan yang di cintai putra kita adalah perempuan yang sudah aku anggap seperti putriku sendiri,” ucap Naraya pada Arsenio. “Aku juga tak menyangka kalau Sean secepat ini akan menikah dengan Greysie. Putraku benar-benar hebat bisa meyakinkan gadis keras kepala itu,” ucap Arsenio penuh kagum dengan putranya itu. “Tapi aku sedikit curiga Mas, dengan rencana mendadak Sean ini. Apa mereka berdua sudah melakukannya?” tanya Naraya pada Arsenio. “Kita tanyakan nanti pada putra kita Sayang, apa benar seperti yang kamu pikirkan kejadiannya. Sampai akhirnya Greysie mau menikah dengan Sean,” ucap Arsenio. Naraya tidak ingin sampai putranya merusak Greysie terlebih dahulu, karena sebuah keinginan yang harus terpenuhi. Karena Naraya tidak pernah mengajarkan putranya menjadi seorang pria yang pengecut. Naraya mencoba menghilangkan pikiran negatif dari benaknya. Ia tidak ingin berandai-andai dari hal yang belum tentu terjadi. “Semoga saja apa yang aku pikirikan tidak pernah dilakukan putra kita,” ucap Naraya penuh harap. “Apa semua keluarga yang di Indonesia sudah terbang semua kesini, Mas?” tanya Naraya. “Sudah Sayang, mereka sangat antusias saat mendengar Sean mau menikah. Terlebih lagi si kembar yang selalu marah kalau melihat Sean tidak mengandeng wanita,” ucap Arsenio sambil tersenyum lembut pada Naraya. “Aku juga sudah menghubungi Arabelle dan Gabriel untuk datang ke San Fransisco, meskipun Gabriel sedang berada di Swiss, aku suruh pulang untuk menghadiri pernikahan Sean dengan Greysie,” ucap Naraya dengan bahagia. Arsenio yang melihat wajah bahagia Naraya, hatinya ikut menghangat. Melihat wanita yang selama ini ia cintai dengan sepenuh hati bisa tertawa lepas seperti sekarang ini. “Kebahagiaanmu adalah kebahagiaanku, sedihmu adalah sedihku,” batin Arsenio. Tak berselang lama, para keluarga yang dari Indonesia datang. Naraya dan Arsenio menyambut kedatangan mereka dengan senyuman yang tak pernah hilang diwajah mereka berdua. “Bagaimana kabar Papi sama Mami,” ucap Naraya dengan sopan. “Kami baik sekali, terlebih lagi mendengar cucuku mau menikah, tidak ada alasan lagi untuk tidak bahagia,” ucap Lessham pada Naraya. Naraya yang mendengarnyan menyunggingkan senyum. “Dimana Sean sekarang?” tanya Ibu Ratu pada Naraya dan Arsenio. Karena ia tidak melihat Sean. “Dia masih di perjalanan Ma, mungkin habis ini dia sampai,” ucap Naraya. “Aku sudah tidak sabar melihat wajah calon istri cucu kesayanganku,” ucap Ibu Ratu dengan semangat. “Dia gadis yang baik Mam dan juga sangat cantik, dia juga pekerja keras,” ucap Naraya. “Sepertinya kau sangat mengenalnya Sayang,” ucap Ibu Ratu pada Naraya. “Aku sangat mengenalnya Mam, karena dia mulai umur 14 tahun sudah dalam pengawasanku setelah kedua orang tuanya meninggal dunia. Dia dibuang oleh keluarganya, hidup sendiri tanpa tujuan. Sampai akhirnya Tuhan menakdirkannya bertemu denganku,” jelas Naraya. Ibu Ratu menutup mulutnya karena sangat terkejut dengan cerita calon istri cucunya. Ibu ratu merasa sedih dengan nasib yang menimpa calon istri Sean. Tapi ia sangat bersyukur, karena calon istri Sean bertemu dengan menantunya yang berhati malaikat. Yang tidak bisa melihat orang disekitarnya kesusahan. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD