Part 09

1588 Words
"Bapak juga mau ke cafe ini," ucap Greysie. "Seperti yang kau lihat. Aku berhenti disini dan mau turun juga dari mobil. Aku juga ada perlu disini," ucap Sean. "Baiklah pak. Terserah Bapak saja lah, kan itu urusan Bapak," ucap Greysie sambil terkekeh. Sean yang melihatnya ikut tersenyum. "Mulai besok, berangkat kerjanya sama aku saja. Itung-itung kamu menghemat ongkos buat berangkat ke kantor. Uangnya bisa kamu tabung buat biaya kuliah kamu," ucap Sean sebelum ia turun dari mobil diikuti oleh Greysie. Greysie dan Sean turun dari mobil dan berjalan berdampingan menuju ke dalam cafe. Semua mata memandang heran saat Greysie dan Sean berjalan berdampingan. Terlebih lagi para karyawan cafe. "Saya duluan ya Pak," ucap Greysie. Sean menganggukkan kepala pada Greysie. Tanpa Greysie sadari, Sean dari tadi masih memandangnya, sampai ia tak terlihat. Setelah itu Sean langsung menuju ke ruangan sang Mama. Sean membuka pintu ruangan sang Mama yang tidak terkunci. Ia melihat sang Mama berbicara serius dengan sang Papa. "Lagi bicara apa sih Ma, serius banget kelihatannya. Apa ada masalah di perusahaan?" tanya Sean ikut penasaran. Sean duduk di samping sang Mama. "Ada hal penting yang ingin Mama beritahu, Boy," ucap Naraya pada Sean. "Ada apa sih Ma, aku jadi penasaran," ucap Sean. "Kamu suka nggak sama Greysie, Boy?" tanya Naraya pada Sean. "Kenapa Mama tanya-tanya hal yang seperti itu, apa ada sesuatu yang akan terjadi, yang akan membahayakan nyawa Greysie?" tanya Sean. "Bisa dibilang seperti itu Boy, karena adik Papanya Greysie, sekarang lagi menyuruh anak buahnya untuk mencari Greysie. Mata-mata Mama memberitahu kalau sekarang anak buah Paman Greysie sudah mulai berpencar mencari Greysie. Mama Tidak mau kalau keteledoran kita membahayakan nyawa Greysie," ucap Naraya penuh penekanan dalam nada bicaranya. Sean memikirkan apa yang dikatakan sang Mama tentang Greysie. Ia tak ingin mengambil resiko tentang keselamatan Greysie. Mau tidak mau, Greysie harus selalu di dekatnya. Kalau perlu Sean akan menikahi Greysie. Mungkin itu jalan yang terbaik. Meskipun nantinya Greysie menolak. "Apa aku menikah saja Ma dengan Greysie," ucap Sean tiba-tiba. Naraya dan Arsenio sangat terkejut dengan perkataan sang putra secara tiba-tiba. "Jangan bercanda Sean, bukan waktunya bercanda saat ini," ucap Naraya pada Sean. "Siapa yang bercanda sih Ma, aku serius, lebih baik aku menikah dengan Greysie," ucap Sean sungguh-sungguh. Naraya dan Arsenio terdiam dengan perkataan Sean. Mereka berdua memikirkan solusi yang terbaik untuk kebaikan bersama. "Biar Mama mikir dulu Boy, bagaimana baiknya. Karena pasti Greysie menolak menikah denganmu tanpa ada cinta dan terlihat memaksa," ucap Naraya pada Sean. Sean cuma bisa menghela nafas kasar. Karena yang dikatakan sang Mama ada benarnya. Greysie pasti tidak akan mau menikah dengannya. "Kita jodohin aja Sayang putra kita dengan Greysie. Nanti kamu yang bicara kepada Greysie, seolah-olah putra kita tidak tahu apa-apa kalau mau dijodohkan dengannya," ucap Arsenio memberi saran. Naraya tersenyum simpul mendengar perkataan suaminya. Naraya tak menduga suaminya memikirkan rencana konyol di otak jeniusnya. "Boleh juga Mas saran kamu, aku nanti coba bicara dengan Greysie empat mata, semoga saja dia mau menuruti kemauanku," ucap Naraya penuh semangat. Sean yang mendengar rencana sang Mama cuma bisa geleng-geleng kepala. Sean cuma berharap yang terbaik untuknya dan untuk Greysie. Meskipun jalan satu-satunya ia harus menikahi Greysie. Apapun akan ia lakukan, yang terpenting Greysie aman di sampingnya. Membayangkan saja membuat hati Sean bergetar. "Mama ingin menjadikan Grey menantu Mama," ucap Naraya dengan semangat. "Jangan terlalu memaksakan kehendak, Ma," ucap Sean. "Laki-laki terbaik yang pantas buat Greysie, cuma anak Mama. Gak ada yang lain," ucap Naraya. "Ya pastinya Mama bilang kayak gitu, Sean anak mama, kalau Sean bukan anak Mama, nggak mungkin Mama bakalan bilang seperti itu," ucap Sean sambil tertawa. "Pinter kalau gitu kamu sudah tahu, buat apa Mama bangga-banggain anak orang, anak Mama saja sudah yang paling baik," ujar Naraya sambil tersenyum. "Lakukan apa yang menurut Mama benar, Sean cuma ikut saja, bagaimana baiknya," ucap Sean pasrah. *** "Grey, kamu tadi kok bisa berjalan bersama Tuan Sean," ucap Alex penasaran. Greysie terkejut dengan apa yang ia dengar. "Jangan bercanda, aku tadi itu berjalan bersama bosku tempat aku magang, bukan dengan Tuan Sean," ucap Greysie. "Dasar bodoh, yang berjalan bersamamu itu Tuan Sean," ucap Alex balik. Greysie menutup mulutnya yang ingin berteriak. Ia tak menyangka kalau Bosnya adalah anak pemilik cafe tempat ia kerja. "Jujur aku nggak tahu Lex, dianya gak ngomong. Cuma tadi dia kesini mau bertemu dengan seseorang yang penting untuknya," ucap Greysie. "Pasti ada janji bertemu dengan Nyonya, karena Nyonya posisinya sekarang ada di cafe bersama Tuan Arsenio," jelas Alex pada Greysie. "Lagi bahas apa sih kalian, sepertinya serius sekali," ucap Rav ikut nimbrung. "Si Greysie tadi datang bersama Tuan Sean ke cafe. Taunya dia gak tahu yang berjalan dengannya adalah Tuan Sean," ucap Alex. Rav yang mendengar perkataan Alex juga sedikit terkejut dan ingin tertawa dengan kekonyolan Greysie. Sudah lama bekerja di kafe ini, sama anak yang punya cafe belum tahu wajahnya seperti apa. "Kamu sendiri juga konyol Grey, sama anak yang punya cafe gak tahu wajahnya. Eh tau-taunya jalan bareng," ucap Rav menahan tawa melihat kepolosan Grey. "Mana kutahu kalau itu Tuan Sean," ucap Greysie tanpa dosa. Para karyawan cafe yang mendengar perkataan Greysie tidak bisa menahan tawa. "Ya Tuhan Grey, kerja udah lama, masih saja gak tahu wajah tampan Tuan Sean," ucap Rav sambil terkekeh. "Ketawa saja terus, sampai mulut kalian berbusa," ucap Grey asal. Tiba-tiba manajer cafe datang, dan menyuruh para karyawan berkumpul. "Ada apa Pak, tumben dikumpulkan semua," ucap salah satu karyawan cafe. "Ibu Naraya ingin mengadakan meeting bersama tentang perkembangan cafe dalam tahun ini," tutur manager cafe. "Apa cafe sedang ada masalah?" tanya Greysie penasaran. Karena tidak biasanya Ibu Naraya mengumpulkan para karyawan seperti sekarang ini. Ia berharap semoga cafe dalam keadaan baik-baik saja. Tidak ada masalah serius yang terjadi. Naraya berjalan keluar dari ruangannya menuju dapur Cafe. Ia tiba-tiba ingin memasak makanan untuk suami dan putranya. Semua mata pada memandang Naraya, meskipun umurnya mau menginjak kepala lima, Naraya tetap terlihat cantik dan awet muda. "Nyonya, apa bisa saya bantu?" tanya salah satu karyawan cafe yang melihat Naraya berjalan menuju dapur cafe. "Tidak usah, lanjutkan saja pekerjaanmu," ucap Naraya sambil tersenyum hangat. Naraya menuju dapur dan mulai menyiapkan bahan-bahan yang akan ia masak, semua Chef terdiam memandang Naraya yang sedang mempersiapkan bahan-bahan yang akan ia masak. "Apa bisa saya bantu," ucap Greysie penuh hormat. "Boleh Grey, tolong potongkan ayam yang sudah saya siapkan itu," ucap Naraya. "Baik, Bu," ucap Greysie dengan sopan. Greysie mulai memotong ayam yang akan dimasak oleh Naraya. "Kalau boleh tahu, ini mau masak apa Bu?" tanya Naraya penasaran. Karena setahu dia, resep Cafe gak ada yang seperti bahan yang sedang disiapkan Naraya. "Resep baru, yang baru kepikiran saat masuk ke dapur ini tadi, tiba-tiba pengen masak chicken creamy kuah s**u sama pasta garlic dengan ditambah daging cincang panggang di atasnya," ucap Naraya sambil tersenyum hangat. "Pasti lezat itu, Bu," ucap Greysie semangat. Naraya yang melihatnya tidak bisa menahan tawa. Naraya menyukai Greysie, karena sifatnya yang apa adanya dan tanpa kepura-puraan di dalam dirinya. "Kalau makanan ini berhasil, bisa dimasukkan ke dalam list menu baru cafe," ucap Naraya. "Baik Bu, pasti masakan ibu Naraya Pasti enak dan lezat, kan dulu pernah kita dikasih masakan ibu pas pertama bikin menu baru dan hasilnya sangat menakjubkan. Kita-kita saja sampai heran, Ibu bisa masak seenak itu," ucap Greysie. "Kamu bisa saja, Grey. Ibu yang bangga dengan kamu, kamu dengan muda bisa belajar dari chef-chef profesional yang ada di cafe ini. Oh, iya, bagaimana kuliahmu, lancar?" tanya Naraya. "Lancar Bu, sekarang lagi magang buat persyaratan ikut wisuda, skripsi juga sudah rampung," ucap Greysie dengan sopan. "Syukur kalau begitu, saya ikut senang mendengarnya. Kerja kerasmu selama ini membuahkan hasil dan tidak sia-sia. Kamu bisa membuktikan sama semua orang selagi mempunyai keinginan dan kemauan pasti bisa mencapai apa yang dicita-citakan," ucap Naraya dengan tulus. Ia tahu bagaimana perjalanan Grey sampai sekarang ini, demi ingin melanjutkan sekolah dan menggapai cita-citanya, dia tidak kenal lelah dalam bekerja. "Semua ini, tidak ada apa-apanya Bu, kalau saya dulu tidak di tolong sama Ibu, Ibu Naraya, seperti malaikat yang dikirim Tuhan untuk saya," ucap Greysie dengan tulus. Naraya yang mendengarnya ikut tersentuh hatinya. "Itu sudah rencana Tuhan Grey, sekarang tinggal ibu ingin melihatmu sukses kedepannya, mendapatkan gelar sarjana terbaik," ucap Naraya sambil tetap memasak. Bau harum masakan Naraya membuat siapapun merasa lapar. "Wah, baunya harum masakan Ibu," ucap Greysie penuh takjub. "Coba cicipi Grey, rasanya," perintah Naraya. Greysie mengambil sendok dan mulai mencicipi masakan Naraya, mata Greysie langsung terpejam menikmati masakan Naraya. "Ya Tuhan Bu, ini Lezat banget. Perfecto," ucap Greysie. Naraya tersenyum hangat melihat tingkah Greysie. "Berarti berhasil Grey, masakan Ibu," ucap Naraya. "Sangat berhasil Bu, sangat lezat malah," ucap Greysie yang masih belum move on dengan rasa masakan Naraya yang memanjakan lidahnya, meskipun cuma satu sendok. "Baiklah tolong plating, siapkan meja untuk makan kami. Dan itu Ibu bikin banyak, bisa kamu bagi untuk yang lain yang ingin merasakan menu baru cafe kita," ucap Naraya sebelum meninggalkan dapur cafe. "Baik Bu," ucap Greysie dengan sopan. Setelah Naraya keluar dari dapur cafe, para chef menghampiri Greysie, melihat apa yang telah dimasak sang pemilik cafe. "Ibu Naraya masak apa Grey?" tanya Rav. "Chicken creamy kuah s**u, sama pasta garlic daging panggang, gila rasanya lezat banget," ucap Naraya. "Ibu Naraya dari dulu kan gitu Grey, tangannya kayak tangan dewa, setiap bahan makanan yang ia olah pasti jadi makanan yang sangat lezat," ucap Rav. "Tenang, kita-kita juga merasakannya. Karena ibu Naraya bikin banyak," ucap Greysie. "Akhirnya," ucap para karyawan cafe bersamaan. ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD