Part 20

1291 Words
Apartemen Gabriel, Spanyol Setelah menempuh perjalanan yang sedikit menyita waktu, akhirnya Sean sampai juga di apartemen Gabriel. Sean memasuki Gabriel tanpa harus permisi dulu dengan yang punya. Sean masuk ke dalam apartemen Gabriel dan merebahkan tubuhnya di atas sofa panjang yang berada di ruang tamu apartemen Gabriel. Sean untuk saat ini benar-benar ingin melampiaskan kegundahan yang sedang dia rasakan untuk saat ini. Salah satunya seperti yang sekarang dia lakukan. Berbohong kepada istrinya untuk pergi ke Spanyol untuk menemui Gabriel. “Maafkan aku sudah berbohong kepadamu dengan alasan pertemuan bisnis,” ucap Sean bermonolog sendiri. "Apa yang sebenarnya terjadi kepadamu?" tanya Gabriel mengagetkan Sean yang sedang berbaring di sofa. Sean menoleh ke asal suara yang tidak lain adalah Gabriel. "Hubunganku dengan Greysie terasa hambar sekarang. Entah kenapa aku sendiri merasa tidak nyaman dengan hubungan ini. Aku kesini salah satunya untuk introspeksi hubunganku dengan Greysie untuk selanjutnya. Aku tidak ingin rasa ketidak nyamananku akan berimbas dengan pernikahanku," ucap Sean pada Gabriel. Gabriel yang mendengarnya, cuma bisa menghela nafas kasar. Dia tidak bisa berkata apa-apa. Karena dia pribadi belum pernah menikah. Dia tidak menyangka kalau pernikahan itu serumit ini. Gabriel duduk dihadapan Sean. Gabriel menatap saudaranya yang terlihat sangat kacau. Gabriel mengira kalau hubungan Sean selama ini baik-baik saja. Ternyata dugaannya salah. Melihat keadaan Sean saat ini, dia sangat prihatin. "Terus langkahmu selanjutnya bagaimana?" tanya Gabriel pada Sean. "Entahlah aku juga bingung," jawab Sean singkat. "Apa ibu Naraya sudah tahu soal persoalanmu kali ini?" tanya Gabriel pada Sean. "Mama sudah tahu. Mama memintaku untuk mencoba bertahan. Menyuruhku memulainya lagi mulai awal dan mengingat-ingat masa sulit aku mendapatkan Greysie. Dan aku melakukan semua saran mama. Yang terjadi kepadaku malahan sebaliknya," ucap Sean pada Gabriel. Gabriel menatap Sean penuh iba. Dia tidak menyangka kalau masalah saudaranya kali ini begitu rumit. Dia pun sampai bingung untuk menanggapinya. Meskipun Gabriel saudara tua, tapi pemikiran Sean lebih dewasa darinya terlebih lagi untuk menyikapi sebuah masalah. "Sudah bersiap-siaplah, kita senang-senang hari ini," ucap Gabriel pada Sean. Sean yang mendengar perkataan Gabriel, Sean langsung bangun dari tidurnya. Untuk saat ini Sean benar-benar ingin melepaskan kegundahan hatinya. Entah kenapa Sean merasa ada yang ditutup-tutupi dari rumah tangganya kali ini. Sampai dia merasa tidak nyaman dalam hubungannya kali ini. Sean berdiri dari duduknya dan berganti pakaian dengan pakaian yang kasual. Untuk kali ini Sean memilih memakai kaos berwarna hitam yang ia tutupi dengan hoodie yang berwarna Senada. Setelah Sean siap, Gabriel langsung mengajak Sean berangkat menuju klub terbesar yang ada di Spanyol. Gabriel dan Sean berjalan bersama menuju lift yang membawa mereka menuju parkiran apartemen. Setelah sampai ke lantai bawah, yang tidak lain adalah parkiran apartemen, Sean dan Gabriel langsung memasuki mobil. Untuk kali ini yang mengendarainya adalah Sean. "Sudah siap," ucap Sean antusias. Gabriel yang melihat ekspresi Sean, dia tidak bisa menahan tawanya. "Siap, Bos," ucap Gabriel dengan semangat juga. Mobil pun melaju di jalanan kota Spanyol yang terlihat ramai. Sean dengan lihainya mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi. Kegilaan Sean pun dimulai. Gabriel ikut menikmati perjalanannya kali ini dengan menghidupkan musik yang ada di mobilnya. "Kita mulai kegilaan kita hari ini," ucap Sean penuh semangat. "Kenapa tidak," ucap Gabriel. ???? Setelah kepergian Sean, Greysie merasa kesakitan lagi di area rahimnya. Tanpa berpikir panjang, Greysie langsung menuju ke rumah sakit untuk memeriksakan di area rahimnya yang terasa sakit. Setelah mengendarai mobil sekitar dua puluh menit, akhirnya Greysie sampai ke rumah sakit. Dia langsung menuju ke ruang spesialis kandungan yang sebelumnya sudah dihubungi terlebih dahulu oleh Greysie. Setelah sampai di depan ruang spesialis kandungan, seorang perawat yang berjaga yang sudah mengenal baik Greysie, dia langsung menyuruh Greysie masuk ke dalam ruangan. Karena sang dokter sudah menunggunya. Greysie masuk ke dalam ruangan dokter Amran. Dokter Amran yang melihat Greysie masuk ke dalam ruangannya, dia tersenyum hangat kearah Greysie. "Bagaimana kabarmu, Greysie? Sepertinya kamu terlihat kurang baik," ucap dokter Amran pada Greysie. "Aku merasa kesakitan di area rahimku. Tidak tahu karena apa. Aku merasa seperti area rahimku seperti ditusuk-tusuk sama pisau," ucap Greysie pada dokter Amran. Dokter Amran mengerutkan dahi saat mendengar perkataan Greysie padanya. Dokter Amran langsung menyuruh Greysie berbaring di tempat tidur untuk dilakukan pemeriksaan USG di area rahimnya. Dia merasa aneh dengan gejala yang dirasakan Greysie saat ini. Greysie membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Dokter Amran pun langsung memeriksa Greysie. Saat alat USG sudah ditempelkan di perut Greysie, dokter Amran langsung terkejut saat melihat keadaan rahim Greysie. Dokter Amran memeriksa rahim Greysie dengan teliti. Dokter Amran menghela nafas berat sambil menatap Greysie. Greysie yang melihat ekspresi berbeda dari dokter Amran, dia langsung bertanya pada dokter Amran apa yang terjadi pada dirinya. "Apa yang terjadi denganku? Tolong jelaskan," tanya Greysie pada dokter Amran. Dokter Amran mencoba mengumpulkan keberaniannya untuk mengatakan kepada Greysie tentang apa yang sekarang dialami. Mulai dari gejala yang dirasakan Greysie, sampai kebenaran yang barusan diketahui oleh dokter Amran tentang keadaan rahim Greysie. "Sebelumnya coba ingat-ingat minuman apa yang pernah kamu minum diluaran rumahmu. Setelah kamu datang kesini kemarin," ucap dokter Amran. Greysie mencoba memikirkan perkataan dokter Amran. Dia mengingat-ingat minuman yang dia minum setelah dari rumah sakit kemarin. Tiba-tiba Greysie teringat akan minuman yang dia minum di kafe saat bertemu dengan sang paman. "Aku meminum lemon tea yang aku pesan di cafe," ucap Greysie pada dokter Amran. Dokter Amran menghela nafas mendengar perkataan Greysie. "Setelah meminum minuman itu, reaksi apa yang kamu rasakan?" tanya Dokter Amran. "Saat siang aku merasa perutku mulai sakit," ucap Greysie dengan jujur. "Mungkin ini terdengar sangat menyakitkan saat kamu mendengarnya. Karena ini berhubungan dengan rahimmu," ucap dokter Amran. Dokter Amran mengajak Greysie duduk kembali di ruang kerjanya. Karena dia ingin menyampaikan sesuatu yang sangat penting pada Greysie. "Ada apa sebenarnya?" tanya Greysie pada dokter Amran. "Mungkin ini terdengar sangat menyakitkan. Tapi aku harus mengatakannya. Keadaan rahimmu saat ini sedang tidak baik-baik saja. Setelah aku lihat tadi dengan pemeriksaan USG, terlihat ada kerusakan dalam rahimmu. Yang aku simpulkan itu karena racun yang masuk ke dalam tubuhmu. Dan tujuannya memang untuk merusak rahimmu. Yang lebih parahnya lagi, kalau rahimmu tidak diangkat, akan membahayakan nyawamu," ucap dokter Amran penuh penyesalan. Greysie seperti tersambar petir pada saat itu juga. Hatinya benar-benar hancur. Keinginanya untuk mempunyai keturunan pun langsung sirna. Greysie tidak bisa menahan tangisnya. Untuk saat ini dia benar-benar rapuh sebagai seorang wanita. Dirinya telah hancur. Dia sudah merasa gagal menjadi seorang wanita. Harapannya untuk menjadi seorang ibu pun cuma bisa menjadi kenangan. Dokter Amran yang melihat keadaan Greysie pun ikut merasakan kesedihan yang mendalam. "Suamimu harus tahu keadaanmu saat ini. Jangan ditutupi lagi dari suamimu. Dia berhak tahu tentang keadaanmu saat ini," ucap dokter Amran. "Aku tidak bisa mengatakannya. Bagaimana hancurnya dia saat mengetahui kalau aku tidak bisa memberinya keturunan. Dia sangat merindukan seorang anak di tengah-tengah kami," ucap Greysie di sela-sela air matanya. "Terus apa yang akan kamu lakukan?" tanya Dokter Amran pada Greysie. "Aku akan menyembunyikan keadaanku saat ini dari siapapun. Lebih baik tidak ada yang tahu tentang keadaanku ini. Karena aku tidak ingin ada yang mengasihani aku. Biarkan ini menjadi kemalangan yang menimpa aku saat ini. Aku meminta kepadamu tolong rahasiakan tentang keadaanku ini pada siapapun," ucap Greysie pada dokter Amran. Dokter Amran menganggukkan kepalanya. "Pengangkatan rahim adalah jalan satu-satunya untuk menyelamatkan nyawamu dari racun itu," ucap dokter Amran dengan hati-hati. Dia tidak ingin menambah rasa sakit dalam diri Greysie. "Kalau memang itu yang terbaik, ya sudah lakukan saja," ucap Greysie mencoba untuk tetap tegar. Dokter Amran merasa sangat salut dengan ketegaran yang dimiliki oleh Greysie. Rencana operasi pun akhirnya sudah diputuskan oleh Greysie. Greysie sudah merasa benar-benar sudah hancur. Dan dia sudah tahu siapa dalang dari semua yang menimpanya saat ini. Greysie sudah bertekad untuk membalas dendam kepada pamannya yang dengan sengaja membuat dirinya seperti sekarang ini. ????
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD