Part 30 Makan Siang Bersama

1095 Words
Sean memesan makanan untuk makan siang bersama dengan Queen. Dengan jasa pengiriman online membuat Sean dengan mudah mempersiapkannya. Karena tidak tahu makanan kesukaan Queen, akhirnya Sean memesan berbagai macam makanan. Sean melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 12 siang. Tapi Queen masih belum datang juga ke ruangan Sean. Tidak berselang lama pintu ruangan Sean ada yang mengetuk. Sean berjalan menuju pintu dan membukanya. "Lama kali kau ini. Aku sudah menunggumu lama," ucap Sean pada Queen. "Buat apa juga bapak menungguku. Seperti tidak ada kerjaan lain saja," ucap Queen cuek. Sean menghela nafas kasar. Dia tidak habis pikir dengan jalan pikir Queen. Tidak ada berkesan sama sekali setelah Sean mempersiapkan semua ini untuk dirinya. "Queen lama-lama aku kesal padamu. Aku ini sudah mempersiapkan bener-bener Queen. Tapi kamu tidak menghargaiku sama sekali. Apa tidak ada ucapan terima kasih untuk ku. Setelah aku mempersiapkannya seperti ini. Aku itu salah apa sih sama kamu. Terlihat sekali kalau kamu sangat membenciku," ucap Sean panjang lebar. Queen cuma melonggo mendengar perkataan Sean barusan. Queen sedikit merasa bersalah pada Sean. Dia tidak menyangka kalau dia sejahat itu. "Maaf," ucap Queen pada Sean. "Aku itu bingung Steff. Padahal niatanku ingin berterima kasih kepadamu. Tapi tetap saja salah di matamu," ucap Sean. Queen mau tidak mau luluh dengan perkataan Sean kepadanya. Dan Queen pun akhirnya memutuskan untuk berdamai dengan Sean. Coba melupakan masa lalu yang sudah terjadi dengannya dan Sean. "Tidak ada salahnya untuk mencoba untuk memaafkan Sean," batin Queen. Queen menatap Sean yang duduk menyandar di sofa yang ada di ruangannya. "Katanya mau makan siang, ayo sekarang kita makan," ucap Queen sambil tersenyum hangat ke arah Sean. Sean menoleh ke arah Queen. Queen tersenyum dan menganggukkan kepala. Sean pun juga ikutan tersenyum. Queen mengambilkan makanan untuk Sean. "Mau makan lauk apa?" tanya Queen dengan lembut. "Terserah. Aku tidak terlalu memilah-milah makanan. Semua makanan bisa aku makan," ucap Sean. Queen mengambilkan berbagai macam masakan di piring Sean. Queen memberikan piring yang berisi makanan kepada Sean. "Terima kasih," ucap Sean pada Queen. Queen menganggukkan kepala sambil tersenyum. "Tetaplah seperti ini. Aku suka melihatmu tersenyum," ucap Sean. Queen menatap Sean dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Queen mencoba untuk mengalihkan pembicaraan mereka dengan melanjutkan acara makan siangnya. "Masakannya memanjakan lidah. Enak-enak semua," ucap Queen dengan jujur. Sean senang mendengarnya. Karena Queen suka dengan apa yang dia pesan. "Habiskan semua kalau begitu," ucap Sean pada Queen. "Jangan ngaco. Bagaimana mungkin aku menghabiskan makanan sebanyak ini. Bapak juga aneh-aneh saja mesan makanan sebanyak ini. Padahal yang makan cuma kita berdua," ucap Queen pada Sean. "Aku kan tidak tahu makanan kesukaan kamu, Steff. Jadi aku pesankan semua ini," ucap Sean. "Tapi terima kasih banyak sebelumnya. Karena sudah mempersiapkan semua ini untukku," ucap Queen dengan tulus. “Setelah ini ayo ikut aku,” ucap Sean. “Mau kemana memangnya?” tanya Queen pada Sean. “Aku ingin mengajakmu jalan-jalan. Lebih tepatnya temani aku jalan-jalan,” ucap Sean sambil tersenyum ke arah Queen. “Baiklah kalau begitu. Aku mau,” ucap Queen pada Sean. Sean yang mendengarnya sangat senang. Sean berharap semoga Queen bisa menikmati waktu bersama dengannya untuk kali ini. Sean berdiri dari duduknya dan menarik tangan Queen untuk mengikutinya. Queen mau tidak mau akhirnya cuma bisa pasrah mengikuti kemauan Sean. Sean dan Queen masuk ke dalam lift yang akan membawa mereka ke lantai dasar. Saat mereka berdua keluar, semua mata memandang Queen dengan tatapan membunuh. Karena bergandengan tangan dengan atasan yang mereka idolakan. “Lepaskan genggaman tangannya, Pak. Lihat para karyawan itu melihat kita sekarang,” ucap Queen dengan lirih. Sean menatap Queen dengan tersenyum hangat ke arah Queen. “Biarkan saja. Mereka aku gaji bukan untuk ikut campur ke masalah pribadiku. Terserah mereka melihatku seperti itu. Aku tidak peduli,” ucap Sean pada Queen. Queen tersenyum mendengar perkataan Sean barusan. “Jangan seperti itu. Ingat mereka bekerja dengan bapak. Tanpa mereka, perusahaan bapak tidak bisa maju seperti sekarang ini,” ucap Queen pada Sean. “Tapi kan tidak harus ikut campur kehidupan atasan,” ucap Sean penuh penekanan. Queen geleng-geleng kepala dengan jalan pikir atasannya kali ini. “Begini bapak Sean yang terhormat. Mereka itu bukan ikut campur kehidupan bapak. Mereka cuma sangat mengidolakan bapak saja,” ucap Queen pada Sean. “Iya sudah kalau gitu. Masuk ke dalam mobil sekarang,” ucap Sean pada Queen yang masih belum sadar kalau sudah sampai di parkiran. “Eh, udah sampai parkiran,” ucap Queen sambil menutupi rasa malunya. Sean tersenyum melihatnya. Queen masuk ke dalam mobil Sean. Sean memasangkan sabuk pengaman di badan Queen. Bau maskulin tubuh Sean tercium di hidung Queen. Queen menutup matanya. Di otak kotor Queen untuk saat ini dia menginginkan Sean untuk dirinya. Queen mencoba mengendalikan dirinya. Sean tahu dengan gerak gerik Queen. Sean sengaja berlama-lama memasangkan sabuk pengaman di tubuh Queen. “Aku bisa memakainya sendiri pak,” ucap Queen. Secara singkat Sean mencium bibir Queen yang entah sejak kapan menjadi candunya. Wajah Queen langsung bersemu merah. “Bibirmu manis. Aku suka,” bisik Sean di telinga Queen. Badan Queen tiba-tiba seperti tersengat. Queen langsung salah tingkah karena ulah Sean. Sean menutup pintu Queen dan dia berjalan menuju bangku kemudian. Setelah memasang sabuk pengaman dan menutup pintu mobilnya, Sean mulai menjalankan mobilnya keluar dari parkiran perusahaan. Mobil Sean mulai melaju di jalanan kota New York. Queen menatap jendela mobil. Dengan pemikiran-pemikiran yang ada di benaknya saat ini. Semakin Sean mendekat kepadanya, Queen semakin susah untuk menghindar darinya. Daya tarik Sean membuat diri Queen melemah. “Apa yang sedang kamu pikirkan?” tanya Sean pada Queen. “Tidak ada,” ucap Queen pada Sean. “Apa yang sebenarnya kamu sembunyikan dariku, Steff. Karena aku merasa seperti aku pernah mengenalmu. Perasaanku tidak bisa dibohongi kalau aku merasa nyaman saat dekat denganmu. Seperti yang aku rasakan pada gadis itu. Andai kalau kamu memang gadis itu, Steff. Pasti aku sangat bahagia,” ucap Sean dalam hati. “Ya sudah kalau begitu. Perjalanannya lumayan yang akan kita tempuh,” ucap Sean pada Queen. Queen mengerutkan dahi mendengar apa yang barusan di katakan Sean barusan. “Memang kita mau kemana?” tanya Queen pada Sean. Sean tersenyum misterius. “Rahasia,” ucap Sean dengan singkat. “Untuk kali ini aku ingin bersamamu. Bercengkrama bersamamu. Entah kenapa aku ingin mengenalmu lebih dekat,” batin Sean. Sean fokus untuk mengendarai mobilnya ke arah jembatan Brooklyn. Jembatan Brooklyn merupakan jembatan suspensi yang berada di New York, menghubungkan wilayah Manhattan dan Brooklyn, menyeberangi Sungai East. Jembatan Brooklyn mulai dibangun pada 1869 dan selesai dibangun empat belas tahun kemudian pada tahun 1883. Jembatan terkenal ini mempunyai panjang 486,3 meter dan ketinggian 84,3 meter di atas air. Untuk wisatawan bisa menikmati pemandangan di sekitar jembatan ini dengan berjalan kaki maupun dengan menggunakan kendaraan. Jangan lupa untuk mengabadikan kenangan saat liburan di Jembatan indah ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD