Part 29 Mencoba Berdamai

1058 Words
Queen menghindar Queen memasuki ruangannya dan mulai menyiapkan berkas-berkas yang akan dia periksa sebelum dia berikan kepada Sean. Queen mencoba untuk tetap fokus dengan pekerjaannya. Supaya tidak ada yang mengganggu, Queen dengan sengaja memasang earphone di telinganya. Queen mulai mengerjakan pekerjaannya dengan teliti. Tiba-tiba ponsel Queen bergetar. Queen mengambil ponselnya yang dia taruh di atas meja kerjanya. Ada pesan masuk dari Gabriel. Queen langsung membuka pesan tersebut. Gabriel : “Aku sudah di apartemen. Sekarang sedang bersama Hayden. Beberapa bulan tidak bertemu Hayden, sekarang Hayden tambah pintar saja,” Queen : “Ya sudah. Jaga putraku baik-baik. Mamanya sekarang sedang kerja cari uang buat beli s**u,” Gabriel : “Kamu ini seperti orang susah saja. Pewaris tunggal perusahaan berlian dan perusahaan Anderson buat beli s**u saja harus banting tulang,” Queen : ???? Gabriel : “Dasar gila malah ketawa. Sudah saatnya kamu cari pasangan, Queen. Supaya otakmu yang belok bisa lurus lagi,” Queen : “Kamu menyuruhku cari pasangan. Kamu sendiri saja jomblo akut,” Gabriel : “Jomblo akut, tega bener sama sahabat sendiri, Queen ?,” Queen : “Wkwkwkwkwk???,” Gabriel : “Sahabat jahannam,” Queen : “Bodoh amat. Ketua mafia takut jatuh cinta???,” Gabriel : ???? Queen : ????? Obrolan pun berakhir. Queen tidak bisa menahan tawanya dengan ulah sahabatnya yang satu itu. Buat Queen Gabriel sudah seperti saudara untuknya. Meskipun dia sering gonta ganti cewek, Gabriel benar-benar sangat menjaga Queen. Persahabatan mereka cuma sebagian orang yang tahu. Karena mejaga kenyamanan masing-masing. Dan saat Queen hamil pun, orang yang pertama kali tahu adalah Gabriel. Meskipun Queen tidak memberitahu Gabriel siapa laki-laki yang sudah menghamilinya. “Terima kasih sudah ada dalam hidupku, Geb,” batin Queen. Queen mulai melanjutkan pekerjaannya kembali. ???? “Apa aku sudah keterlaluan sama Steffi tadi? Tapi dia juga salah. Berbicara gak pakai mikir dua kali. Entah ucapannya nyakitin orang atau tidak dia masa bodoh,” ucap Sean bermonolog sendiri. Sean menghela nafas kasar. Tiba-tiba dia merasa tidak enak hati dengan Queen. Soal perkataannya tadi pagi. Meskipun Queen juga salah. Entah kenapa Sean merasa nyaman saat berada di dekat Queen. Meskipun mulutnya bagai cabai saat berbicara kepadanya. Sean mencoba konsentrasi lagi dengan berkas-berkas yang perlu dia tanda tangani. Tiba-tiba Sean mengerutkan dahi saat ada notes yang ada di dalam salah satu berkas yang ada di mejanya. “Coba teliti lagi berkasnya. Lihat angket-angket yang ada di berkas ini. Banyak yang salah. Kalau kerjasama ini tetap diteruskan, maka perusahaan akan rugi besar” “Tulisan Steffi,” ucap Sean. Sean langsung memeriksa semua data-data yang ada di berkas pengajuan kerjasama salah satu perusahaan. Setelah Sean teliti dan membandingkan hasil perhitungannya, ternyata memang benar apa yang dikatakan Steffi. Perusahaan akan rugi besar kalau kerjasama ini sampai berjalan. Dan imbasnya adalah karyawan-karyawannya yang tidak bersalah. Sean begitu kagum dengan cara kerja Queen. Dia bukan cuma sekedar sekretaris saja. Melainkan bisa jadi apa saja. Perhitungan Queen juga tepat setelah dia bandingkan dengan penghitungannya. Sean tersenyum simpul. Dia berdiri dari duduknya dan berjalan keluar menuju ke ruangan Queen yang ada di depan ruangannya. Saat berada tepat di depan ruangan Queen, Sean melihat Queen yang sedang serius dalam pekerjaannya. “Kelihatannya dia sedang sibuk,” ucap Sean. Sean menatap Queen yang lagi serius dalam pekerjaannya. Sampai-sampai saat Sean masuk ke ruangan Queen saja, Queen tidak sadar. “Akhirnya selesai juga. Laporan dan berkasnya. Tinggal nanti diberikan ke bos jahannam,” ucap Queen. Sean yang mendengarnya cuma geleng-geleng kepala. Dengan seenak jidatnya sendiri atasannya di bilang bos jahannam. Ehemmm.... Sean berdehem menyadarkan Queen yang tidak melihat keberadaannya. Queen menutup mulutnya melihat Sean yang ada di depannya saat ini. Dari tadi dia berbicara, ternyata Sean mendengar semuanya. “Kenapa bapak ada di ruangan saya,” ucap Queen. “Aku mau membahas sesuatu denganmu,” ucap Sean yang membuat bingung Queen. Queen menerka-nerka akan apa yang mau dibicarakan oleh Sean dengannya. “Maksud bapak masalah perusahaan itu apa yah? Saya benar-benar tidak paham,” ucap Queen pada Sean. Sean duduk di depan meja Queen. Sambil tetap menatap mata Queen. “Terima kasih kamu sudah mengingatkanku untuk meneliti berkas kerjasama yang di ajukan salah satu perusahaan. Kalau tidak kamu ingatkan, mungkin perusahaan akan mengalami kerugian,” ucap Sean pada Queen. Queen yang mendengarnya tersenyum hangat untuk yang pertama kalinya pada Sean. “Sudah kewajiban saya, Pak. Karena saya bekerja di perusahaan ini. Jadi saya punya kewajiban untuk memberitahu bapak,” ucap Queen dengan lembut. Sean semakin heran mendengar Queen berbicara lembut kepadanya. Biasanya dia selalu ketus kalau sedang berbicara kepada dirinya. “Nanti siang apa aku ada rapat?” tanya Sean pada Queen. Queen langsung melihat agendanya. Melihat jadwal Sean untuk hari ini. “Tidak ada, Pak,” ucap Queen pada Sean. “Baiklah kalau gitu. Nanti siang ayo ikut aku,” ucap Sean seperti perintah. “Kemana, Pak?” tanya Queen pada Sean. “Sudah diamlah. Yang terpenting tempatnya bagus. Kau pasti suka nanti di tempat itu,” ucap Sean pada Queen. Queen menghela nafas kasar mendengar permintaan Sean kepadanya. Jika boleh menolak, Queen tidak ingin pergi bersama Sean. Karena menurut Queen, bersama Sean malahan akan menjadi masalah untuknya. "Apakah saya boleh menolak," ucap Queen pada Sean. "Sayangnya aku tidak ingin ada penolakan," ucap Sean. "Anda terlalu memaksa saya. Untuk saat ini saya tidak ingin ke mana-mana," ucap Queen. "Baiklah kalau begitu. Nanti siang temani aku makan di ruanganku. Aku menunggumu," ucap Sean. "Baiklah kalau begitu," ucap Queen. Sean pun keluar dari ruangan Queen. Dia tidak menyangka kalau Queen begitu susah untuk dia ajak keluar. Sean berjalan menuju ke ruangannya. Yang letaknya berada tepat didepan ruangan Queen. Sean duduk kembali ke kursi kebesarannya. Sambil memikirkan cara untuk mengajak Queen keluar bersamanya. Sean merasa kalau Queen berbeda dengan yang lain. Yang dengan mudah menerima ajakannya. Keunikan Queen mempunyai daya tarik tersendiri untuk Sean. Queen termasuk salah satu wanita yang susah untuk didapatkan. Untuk saat ini entah kenapa di otak Sean hanya memikirkan Queen. Sekretaris barunya yang apa adanya. Yang tanpa ada kepura-puraan dalam dirinya. Sifat apa adanya Queen, membuat Sean nyaman berada di dekat Queen. Sean ingin dekat dengan Queen. Paling tidak bisa menjadi teman untuk Queen. "Kenapa ya begitu susah untuk dekat dan bisa ngobrol dengan Queen. Melihat dia tersenyum tadi, ada perasaan berbeda untuk Queen. Padahal Queen juga tidak cantik. Malah terlihat biasa-biasa saja. Tapi kenapa dia terlihat berbeda?" ucap Sean. Banyak pertanyaan yang ada di benak Sean saat ini tentang Queen. Sekretaris barunya yang sudah mencuri perhatiannya. "Aku akan mencari tahu dengan berjalannya waktu. Siapa sebenarnya dia? Aku merasa ada yang ditutup-tutupi Steffi padaku. Seperti aku pernah mengenalnya sebelum aku bertemu dengannya," banyak pertanyaan di benak Sean saat ini.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD