Part 33 Masalah Baru

1199 Words
Sean merasa tidak tenang setelah dia meninggalkan Queen sendirian karena mengejar Greysie. Sean sengaja hari ini berangkat lebih dulu ke perusahaan. Dia ingin meminta maaf pada Queen karena kesalahannya. “Apa yang harus aku lakukan untuk meminta maaf kepada Steffi? Baru kemarin suasana hatinya membaik. Sekarang aku membuatnya kesal lagi,” ucap Sean bermonolog sendiri. Sean memegangi kepalanya yang tiba-tiba terasa pusing. Memikirkan Queen benar-benar menguras pikir Sean. Sean mondar-mandir di ruangannya sambil memikirkan cara untuk mendapatkan hati Queen kembali. Tiba-tiba ponsel Sean bergetar. Saat melihat siapa yang menghubunginya, Sean langsung mengangkat panggilan itu. Yang tidak lain yang menelphonenya adalah Livedor. Kaki tangannya yang ia tugaskan untuk mengurus cabang perusahaannya. “Ada apa?” tanya Sean. “Tuan, apa anda bisa menyempatkan ke Milan? Karena cabang perusahaan sedang dalam masalah besar,” ucap Livedor. Sean bertanya-tanya dalam benaknya. Siapa yang sedang bermain-main dengannya saat ini? Kenapa sampai berimbas dengan perusahaan. “Baiklah, aku akan kesana,” ucap Sean pada Livedor. Sean menutup panggilannya dan langsung menghubungi tangan kanannya Fedric. Untuk mempersiapkan keberangkatannya ke Milan. Tidak berselang lama panggilan pun tersambung. “Fedric, siapkan Jet pribadiku. Aku akan meninjau perusahaanku yang ada di Milan,” perintah Sean pada Fedric. “Baik, Bos,” ucap Fedric pada Sean. Panggilan pun diakhiri oleh Sean. Sean mencoba melacak siapa yang sedang bermain-main dengannya. Sean kembali fokus pada perusahaannya. Sean langsung marah saat tahu siapa orang yang menjadi dalang dari semua ini. Sean menggebrak mejanya. “Reyhan Pradipta Adiputra,” teriak Sean yang terdengar oleh Queen. Queen masuk ke ruangan Sean. Queen melihat tangan Sean yang berlumur darah karena terkena pecahan kaca meja kerjanya. Queen menghampiri Sean yang sedang tertunduk menahan geram. “Apa yang sedang kamu lakukan,” ucap Queen sambil meraih tangan Sean yang berlumuran darah. Sean menatap Queen dengan tatapan yang sulit diartikan. Queen menatap Sean. Queen seperti melihat sisi Sean yang berbeda dari biasanya. “Maaf,” ucap Sean singkat. Queen tanpa berbicara mulai membersihkan tangan Sean yang terluka. Queen mengambil serpihan kaca yang menancap pada telapak tangan Sean. “Ada masalah apa sampai kamu melakukan hal ini,” ucap Queen pada Sean. Queen menatap Sean. Queen melihat sisi lain dari diri Sean yang tidak pernah terlihat oleh siapa pun. “Siap-siaplah. Aku ingin mengajakmu ke Milan untuk membereskan masalah perusahaanku disana. Aku percaya dengan kemampuanmu,” ucap Sean serius. Queen menatap dalam ke mata Sean yang terlihat menahan marah. Queen mencoba untuk menuruti perintah Sean kepadanya. Dia merasa memang benar Sean sedang membutuhkan bantuannya. “Baiklah kalau begitu. Aku akan bersiap-siap terlebih dahulu,” ucap Queen. Sean menganggukkan kepalanya. Queen meninggalkan Sean setelah dia selesai mengoleskan salep di luka yang ada di telapak tangannya. Sean menatap diam kepergian Queen. “Perasaan apa ini yang aku rasakan. Entah kenapa aku merasa kalau dirimu bisa memahami sisi gelapku tanpa aku harus berbicara kepadamu,” ucap Sean. Sean menyandarkan kepalanya di sandaran sofa yang ada di ruangannya. Sean mencoba memejamkan matanya sambil memikirkan langkah apa yang akan ia ambil untuk menyelesaikan masalahnya kali ini. Karena awal muasalnya masalah ini berasal dari dendam orang tuanya. Queen yang berada di ruangannya tiba-tiba ikut memikirkan masalah yang sedang dihadapi oleh Sean saat ini. Queen mengeluarkan Macbook miliknya. Dia mencoba menembus sistem keamanan perusahaan Sean yang berada di Milan. Queen berdecak kagum dengan pengoprasian sistem keamanan perusahaan Sean yang tergolong sangat rapi. Queen mencoba mencari tahu dari data-data perusahaan. Queen juga merasa kesal saat melihat banyak penghianat dalam perusahaan Sean yang berada di Milan saat ini. “Apa sebenarnya yang terjadi? Kenapa aku ngerasa seperti ada dendam dalam permainan perusahaan Sean kali ini?” banyak pertanyaan yang bersarang dalam otak Queen kali ini. Queen mencoba menyambungkan sistem yang dia miliki dengan sistem milik Sean. Queen benar-benar ingin mencari tahu asal muasal perusahaan Sean sampai seperti saat ini. Setelah sistemnya tersambung, Queen mulai menyambungkan dengan ponselnya. Jadi sewaktu-waktu dia bisa memantaunya. Setelah terhubung, Queen mulai membereskan barang-barang bawahannya untuk dia bawa ke Milan untuk menemani Sean. Meskipun Queen kesal kepada Sean, tapi melihat Sean seperti sekarang ini, Queen tetap saja tidak tega. Queen sendiri merasa kalau dirinya saat berada di samping Sean menjadi pribadi yang lemah. Queen masuk ke ruangan Sean. Queen melihat Sean yang sedang berbaring di sofa dengan tatapan kosong cuma bisa menghela nafas. “Jam berapa kita akan berangkat?” tanya Queen pada Sean. Sean menatap Queen dalam diam. “Sekarang kita berangkat,” ucap Sean sambil bangkit dari rebahannya. Sean mengajak Queen melewati pintu rahasia yang ada di dalam ruangannya. “Kita mau lewat mana?” tanya Queen pada Sean. “Ikuti saja aku. Nanti kamu pasti tahu,” ucap Sean. Sean menempelkan telapak tangannya pada dinding. Tiba-tiba dinding yang ada di depan Sean terbuka. Queen benar-benar takjub dibuatnya. Sean masuk terlebih dahulu dan diikuti Queen di belakangnya. “Lift ini akan membawa kita langsung menuju parkiran bawah tanah,” ucap Sean pada Queen. Tidak berselang lama lift pun terbuka. Berjajar mobil keluaran terbaru di parkiran bawah tanah milik Sean. Sean keluar dari lift dan diikuti oleh Queen. Sean memilih memakai mobil Lamborgini hitam yang akan ia kendarai sendiri menuju landasan pribadi miliknya. Queen masuk ke dalam mobil dan Sean langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Sean benar-benar tidak ingin membuang-buang waktu kali ini. Dia ingin segera menyelesaikan semua masalah yang datang di dalam perusahaannya. Queen benar-benar takjub dengan apa yang ada di depannya saat ini. Dia tidak menyangka kalau parkiran bawah tanah Sean bisa menembus ke landasan pribadi milik Sean. “Ini gila,” ucap Queen penuh kekaguman. Sean menatap Queen dari spion kaca. Kemarahan Sean sedikit terkendali dengan adanya Queen di sampingnya saat ini. Sean menghentikan mobilnya saat sudah berada di landasan pribadi miliknya. Jet pribadi milik Sean sudah terlihat siap untuk membawa Sean dan Queen terbang ke Milan. Sean mematikan mobilnya dan berjalan keluar dengan diikuti oleh Queen. Sean naik ke atas Jet pribadinya dengan disambut oleh kaki tangannya Fedric yang sudah menunggunya. “Apa semuanya sudah siap?” tanya Sean pada Fedric. “Sudah, Bos. Semuanya sudah saya siapkan. Livedor juga sudah menunggu anda di Milan,” ucap Fedric pada Sean. “Kerja bagus. Terima kasih,” ucap Sean sambil berlalu pergi masuk ke dalam Jet pribadi miliknya. Queen menatap punggung Sean dengan tatapan kagum. Dia tidak heran kalau di usianya yang masih tergolong masih muda sudah memegang predikat Billionare. Setelah melihat dengan mata kepalanya sendiri. Bagaimana Sean dalam menghadapi sebuah persoalan tentang perusahaannya. Interior Jet pribadi milik Sean benar-benar terlihat sangat maskulin dengan interior perpaduan warna hitam dan putih. Sean mengajak Queen memasuki ruangan pribadinya. “Kenapa saya bapak ajak ke ruangan ini?” tanya Queen penuh curiga. “Istirahatlah. Lebih baik kamu di sini menemaniku. Meskipun kamu cuma tiduran. Karena aku akan memeriksa data-data perusahaan,” ucap Sean dengan raut wajah datar. Queen menganggukkan kepala tanpa bertanya lagi pada Sean. Karena dia bisa menangkap kalau mood Sean sekarang sedang kurang baik. Tidak bisa diajak untuk berbicara dengan baik-baik untuk saat ini. Queen merebahkan tubuhnya di atas ranjang yang ada di ruangan kerja Sean. Queen meregangkan tubuhnya yang terasa sangat capek beberapa waktu ini. Pekerjaan yang benar menguras tenaga dan otaknya kali ini. Queen menatap Sean yang sedang fokus dengan dokumen-dokumen perusahaannya. Queen menatap dalam diam sambil tiduran.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD