Part 22

1057 Words
Dengan berjalannya waktu, semuanya mulai berubah. Manusia yang menjalankan, Tuhan yang menentukkan. Seperti halny Sean dan Greysie. Sean dengan dilemanya dan Greysie dengan kehancuran hatinya karena harapannya menjadi seorang ibu sudah sirna. Tanpa sepengetahuan Sean, Greysie melakukan operasi pengangkatan rahim. Keputusan berat yang harus dia ambil sendiri. Dia tidak ingin sampai Sean tahu apa yang terjadi dalam dirinya saat ini. “Bagaimana keadaanmu sekarang?” tanya dokter Amran pada Greysie. “Seperti yang kamu lihat. Aku baik-baik saja,” ucap Greysie pada dokter Amran. Dokter Amran duduk di depan Greysie. Menatap penuh kagum dengan wanita yang ada di depannya saat ini. Wanita kuat yang baru pertama kali dia temui. “Sepertinya aku akan menceraikan suamiku,” ucap Greysie pada dokter Amran. “Jangan gila. Itu bukan sebuah keputusan bijak yang kamu ambil. Bagaimana perasaan suamimu?” tanya dokter Amran pada Greysie. “Lebih baik seperti itu. Aku tidak ingin memberikan dia harapan palsu kalau aku bisa memberikannya keturunan. Kamu tahu sendiri apa yang sedang terjadi kepadaku saat ini. Aku sudah bukan wanita yang sempurna yang bisa dielu-elukan semua pria. Bagi seorang wanita mempunyai keturunan adalah sebuah hal yang sangat membahagiakan. Bukan sepertiku saat ini,” ucap Greysie pada dokter Amran. Sejak dua bulan yang lalu Greysie sudah menemukan keberadaan sang nenek dan kakeknya. Mungkin untuk selanjutnya langkah yang akan dia ambil adalah menemui mereka di Sydney. Setelah dia membereskan masalahnya di Manhattan. Terlebih lagi dia akan mengurus surat cerainya dengan Sean terlebih dahulu. Keputusan berat yang harus dia ambil. Melepaskan pria yang sangat dia cintai dengan sepenuh hati. “Lakukan apa yang menurutmu benar. Aku akan mendukungmu,” ucap dokter Amran pada Greysie. Greysie tersenyum hangat kepada dokter Amran. ***** Di lain tempat Sean sedang mengingat malam panasnya dengan seorang gadis yang baru dia temui. Yang lebih sialnya lagi, saat Sean bangun dari tidurnya, Sean sudah kehilangan gadis bermata coklat itu. Dia pergi tanpa ada yang tahu dan tanpa memberikan pesan terakhir untuknya. Sean sedikit merasa kehilangan akan gadis itu. Dia benar-benar merasa bersalah dengan apa yang sudah dia lakukan pada gadis itu. Terlebih lagi gadis itu masih perawan. “Apa yang sedang kau lamunkan,” ucap Gabriel mengagetkan Sean yang sedang melamun. “Aku teringat gadis itu. Aku benar-benar sudah gila saat ini. Aku menginginkannya lagi,” ucap Sean. Gabriel yang mendengarnya cuma bisa menggelengkan kepalanya. Dia tidak menyangka kalau Sean akan melakukan hal yang konyol seperti sekarang ini. “Apa kau sudah gila, Sean,” ucap Gabriel pada Sean. “Sepertinya aku memang sudah gila karena gadis itu,” ucap Sean tanpa ada rasa bersalah dalam perkataannya. “Anggap saja kau saat itu sedang tidur dengan seorang wanita bayaran,” ucap Gabriel. Sean menatap tajam ke arah Gabriel yang berkata sembarangan tentang gadis itu di depannya. “Kenapa kau marah padaku. Buktinya saja kau tidak tahu nama gadis itu, rumahnya dia dimana pun kau juga tidak tahu. Yang parahnya lagi kau saat itu sedang mabuk,” ucap Gabriel pada Sean. Sean menutup kepalanya dengan kedua telapak tangannya. Kepalanya tiba-tiba terasa pusing karena memikirkan masalahnya saat ini. “Kau ini bodoh apa bagaimana, Sean. Sebutanmu King Shadow yang bisa menembus semua jaringan mana saja. Kenapa sama seorang wanita saja kamu tidak bisa melacaknya,” ucap Gabriel. Sean langsung berdiri dari duduknya setelah mendengar perkataan Gabriel barusan kepadanya. Sean tidak kepikiran sama sekali akan hal itu. Sean masuk ke dalam kamar yang sudah disiapkan untuknya. Dia mengambil Macbooknya dan mulai meretas sistem keamanan kota Spanyol. Sean mulai masuk ke dalam sistem keamanan dalam hotelnya. Sean mulai dari kamar hotel yang dia pakai. Mulai dari tanggal dan harinya Sean mencoba mencari. Namun hasilnya nihil. Sean tidak mendapatkan rekaman apa-apa. Sean benar-benar sangat heran. Karena tidak menemukan informasi apa-apa tentang gadis itu. Sean melemparkan Macbooknya sembarangan. Sean mencoba memejamkan matanya. Kepalanya tiba-tiba pusing karena memikirkan gadis itu. “Siapa sebenarnya dirimu? Kenapa aku begitu susah untuk mendapatkan informasi tentangmu,” ucap Sean. Sean seperti orang gila memikirkan hal yang tidak pasti. Pengaruh gadis itu benar-benar membuatnya gila. Sampai-sampai Sean mengalihkan perhatiannya kepada sang istri, tetap tidak bisa. Sean terbayang-bayang tatapan gadis itu saat berada dalam kendalinya. Sean benar-benar menginginkannya. Tiba-tiba Sean mendengar ponselnya bergetar. Sean mengerutkan dahi melihat nomor sang mama menghubunginya. Sean langsung mengangkatnya. "Cepatlah pulang! Persiapan penerbanganmu sekarang. Mama menunggumu di Manhattan," ucap sang mama penuh perintah pada Sean. "Sean masih ada urusan di Spanyol, Ma," ucap Sean pada sang mama. "Mama tidak ingin ada penolakan, Sean," ucap Naraya penuh perintah. Panggilan pun diakhiri oleh Naraya. Sean benar-benar merasa bingung dengan apa yang barusan dia dengar dari sang mama. Mamanya Tidak seperti biasanya. Dia merasa seperti ada sesuatu yang terjadi. Sean tanpa berpikir panjang langsung menyuruh anak buahnya mempersiapkan pesawat Jet miliknya untuk kembali lagi ke Manhattan. "Ada apa ini sebenarnya? Apa ada yang terjadi di Manhattan setelah aku ke Spanyol," ucap Sean bermonolog sendiri. Sean turun dari tempat tidurnya dan langsung membereskan barang-barangnya untuk dia bawa pergi. Meskipun tidak terlalu banyak. Sean menemui Gabriel yang sedang bersantai di ruang tv. "Mau ke mana kau membawa barang-barangmu?" tanya Gabriel kepada Sean. "Nama menelponku marah-marah. Aku disuruh balik ke Manhattan sekarang," ucap Sean pada Gabriel. Gabriel yang mendengar Naraya marah, dia langsung berubah menjadi pucat wajahnya. Gabriel sangat takut kalau melihat Naraya marah. "Apakah ibu Naraya sudah tahu kelakuanmu di sini?" tanya Gabriel memastikan. "Bagaimana mungkin mama tahu. Aku tidak sebodoh itu Gabriel. Sepertinya ada masalah serius di Manhattan," ucap Sean. Gabriel menghela nafas kasar mendengar perkataan Sean. Dia tidak membayangkan kalau dirinya akan terbawa-bawa dengan masalah Sean. Ditambah lagi kalau harus berurusan dengan Naraya. Gabriel benar-benar takut ***** “Ada masalah apa sebenarnya antara Sean dan Greysie? Sampai-sampai Greysie memutuskan untuk bercerai dengan Sean,” ucap Naraya bermonolog sendiri. Naraya merasa seperti ada yang di tutupi oleh Greysie. Karena sepengetahuannya, Greysie sangat mencintai Sean. Sean pun juga seperti itu. Naraya langsung menghubungi Orlando. “Hallo, Orlando,” ucap Naraya pada Orlando di telphone. “Apa ada masalah?” tanya Orlando pada Naraya. “Cari tahu tentang Greysie untuk satu minggu kemarin. Aku ingin mendapatkan informasinya secara detail,” ucap Naraya pada Orlando. “Ada apa memangnya?” tanya Orlando pada Naraya. “Greysie pergi dari rumah dan meninggalkan surat cerai yang sudah dia tanda tangani. Aku ingin tahu alasannya apa dia sampai memutuskan bercerai dengan Sean,” ucap Naraya pada Orlando. Orlando yang mendengar perkataan Naraya juga ikut kaget. Karena sepengetahuannya, Sean dan Greysie dalam keadaan baik-baik saja. Kenapa sekarang malahan dia mendengar Greysie menggugat cerai Sean. *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD