Rapat dadakan yang di pimpin Kevan telah di mulai, tidak banyak yang jadi pembahasan, hanya penempatan para pengurus baru di kepengurusan OSIS.
"Baiklah Adis, apa kamu sudah memutuskan di mana ketiga temanmu di tempatkan?" Tanya Kevan, Adis tahu Kevan berakting sopan karena sedang di depan siswa lain.
Adis nampak berpikir lalu menatap ketiga temannya sekilas, "ya sudah kuputuskan" jawab Adis yakin.
Adis menempatkan ketiga rekannya di kepengurusan bagian olah raga, bagian yang sangat disukai mereka berempat. Ketiga temannya tersenyum sumringah.
"Oke, bagian olah raga sudah terisi" simpul Kevan kemudian mengatur sisanya,
"Keren Dis" Edo berbisik pada Adis, Adis mengacungkan jempolnya pada ketiga rekannya.
"Jadi semua pengurus sudah ditempatkan dan semua sudah setuju, sampai bertemu minggu depan lagi di pelantikan resmi kepengurusan OSIS yang baru" Kevan menutup rapat lalu beranjak keluar kelas.
Semua siswa juga mengikuti Kevan meninggalkan kelas begitu pula Adis san ketiga bandit.
"Sekarang gue udah tahu kok bagaimana kalian kalau dipertemukan dalam ruang rapat" Edo terkekeh,
Adis menatap Edo sebal, yang ditatap hanya memamerkan cengirannya. Al dan Adit menahan tawa mereka.
----
Seminggu berlalu, acara pelantikan resmi juga sudah selesai, kini jabatan ketua OSIS telah sah dimiliki oleh Kevan, yang artinya semua tanggung jawab ketua OSIS sebelumnya berada di tangan Kevan.
"Semoga kalian bisa menjalankan amanat dengan baik ya" ucap Bagas pada dua penerusnya, Kevan dan Adis, keduanya mengangguk.
"Dan gue harap lo berhenti cari masalah sama gue" bisik Adis pada Kevan saat Bagas sudah pergi, Kevan hanya menanggapi dengan seringaiannya.
'Gue juga berharap begitu Princess' gumam Kevan dalam hatinya sambil menampilkan smirk jahilnya.
"Lo bilang gitu Dis ke Kevan?" Tanya Al saat Adis menceritakan kejadian usai pelantikan siang tadi.
Saat ini Bandit tengah berada di salah satu kafe menikmati suasana sore.
Adis mengangguk.
"Gue kok ngga yakin ya Dis" Adit memasang ekspresi berpikir.
"Gue juga kok" timpal Adis santai,
"Lha kalau ngga yakin kenapa lo ngomong gitu ke dia" kali ini Edo bertanya heran.
Adis menampilkan seriangai devilnya, "sengaja, cuma mau test seberapa ampuh umpan gue"
"Udah gue duga lo horor" Al menatap cengo pada Adis, Adis hanya tertawa seperti tanpa dosa, melihat ekspresi ketiga anggotanya.
"Ya udah yang penting lo harus tahu kita selalu ada kalau lo butuh bantuan buat hajar dia kalau macam-macam sama lo bu ketua" Al menaik turunkan alisnya sambil memasang cengirannya.
"Selalu kalau itu" Adis terkekeh senang, betapa ia sangat sayang pada ketiga sahabat sekaligus saudaranya ini.
----
Persaingan Kevan dan Adis memang selalu terjadi, Kevan sering mengerjai Adis begitupun sebaliknya. Tidak jarang kelakuan Kevan membuat Adis naik darah namun masih dapat ia kendalikan emosinya, mengingat jabatannya saat ini di sekolah.
Seperti saat ini, keduanya melakukan sebuah taruhan.
"Oke fix kita taruhan, yang nilainya lebih rendah di ulangan fisika nanti, harus mengabulkan permintaan yang nilainya lebih tinggi" ucap Kevan,
"DEAL!!" pekik Adis menjabat tangan Kevan.
Keduanya beratatap sinis lalu membuang muka dan kembali ke kursi mereka.
Para Bandit yang melihat mereka hanya menggeleng kepala bingung.
Ujian harian di mulai, dari pada melihat soal ujian, para bandit lebih seru melihat persaingan ketua mereka dan Kevan.
Keduanya terlihat serius mengerjakan ujian harian sudah seperti mengerjakan ujian nasional.
Adit mengakui semenjak sering bertaruh nilai dengan Kevan, Adis jadi lebih rajin memegang buku, atau seharian di ruang kerja papanya hanya untuk belajar, padahal kecerdasan Adis sudah tidak di ragukan lagi.
Ana dan Geo sampai bingung akan kelakuan anak bungsu mereka, namun tidak dipermasalahkan karena perubahan Adis ke arah positif, maka Geo lebih sering berbagi ruang kerja dengan putri bungsunya, Geo justru senang ada yang menemaninya bekerja jika Ana sedang sibuk mengurus rumah.
Kembali ke kelas. Adis masih serius mengerjakan ujian hariannya begitu pula Kevan.
Para bandit sesekali melirik mereka sambil tetap menyelesaikan soal ujian mereka.
Tiba-tiba Adis berdiri dari tempat duduknya dan berjalan cepat ke arah guru mengumpulkan jawabannya, dua detik kemudian Kevan melakukan hal yang sama.
Seisi kelas dibuat takjub, pasalnya mereka hanya mengerjakan 20 soal ujian selama 10 menit, dan ini adalah pelajaran paling memusingkan di sekolah. FISIKA MEN FISIKA!!
"Adik lo ngga lagi sakit kan Dit?" Tanya Edo dengan wajah masih melongo menatap kepergian Adis keluar kelas
Adit menggeleng dengan wajah bloonnya, "kalau sakit ngga mungkin bisa ngerjain ujian pea"
Adis dan Kevan berjalan bersusulan ke kantin. Kantin masih sepi karena memang masih jam pelajaran saat ini.
Sesampainya di depan kantin, mereka bertatapan sejenak lalu saling membuang muka, berjalan ke arah berlawanan dan duduk di tempat yang biasa mereka duduki jika ke kantin.
Keduanya masih membuang muka bahkan terkadang bertatapan sinis selagi menunggu pesanan makan mereka.
Kevan sebenarnya menahan tawa gelinya mengingat kejadian hari ini antara dirinya dan Adis, sama seperti Adis, akhir-akhir ini Kevan lebih banyak menghabiskan waktu dengan bukunya di rumah, karena ia tahu kalau Adis bukan lawan yang bisa ia anggap remeh mengingat prestasinya yang belum dapat digeser siapapun di sekolah.
"Lo sehat kan Dis?" Al menempelkan telapak tangannya di kening Adis,
Adis menatap kesal Al sambil mengunyah makanannya, "gue gigit lo" ancam Adis, Al melepas tangannya sambil menatap horor Adis,
"Saudara kembar lo mengerikan Dit" Al menarik-narik lengan seragam Adit, Edo dan Adit hanya terkekeh.
"Lo sih gangguin macan lapar" ledek Edo pada Al, Adis tidak menggubris ucapan Edo, masih asik dengan makanannya.
Keesokan harinya di mata pelajaran yang sama, saatnya pembagian hasil ulangan kemarin.
Adis dan Kevan harap-harap cemas akan hasil ujian mereka.
"Saya bangga akan semangat kalian, terutama pada beberapa siswa yang mendapat nilai sempurna" ucap sang guru dengan nada senang.
"Akan saya bagikan terlebih dulu kepada yang mendapat nilai sempurna di kelas ini"
Semua hening, yang mereka pikirkan hanya dua nama 'Adis' dan 'Kevan'.
"RADISTYA DAN KEVAN!!" seisi kelas bertepuk tangan begitu nama dalam pikiran mereka di sebutkan oleh guru.
Kedua siswa ini maju ke depan kelas dengan ekspresi tak terbaca.
"Lho kalian ngga senang dapat nilai 100?" Tanya sang guru menatap Adis dan Kevan.
"Hehe seneng kok Pak" keduanya memaksakan senyuman yang lebih kepada cengiran.
Bukan tidak senang tapi ini artinya taruhan gagal karena nilai seimbang.
Adis membuang nafas kasar saat kembali ke kursinya, menatap hasil ujiannya.
"Sabar ya Dis" Adit menepuk pundak Adis lembut, Adis tersenyum garing pada Adit.
'Memang bukan lawan yang bisa dianggap remeh' Kevan tersenyum miring melihat Adis lewat ekor matanya.
Jam istirahat para bandit menyeret ketua mereka ke kantin sebelum menghancurkan kelas karena gagal taruhan, tapi mereka sadar itu pemikiran mereka yang terlalu hiperbola, Adis hanya menekuk wajahnya dan tak berniat menghancurkan kelas.
"Nih minum dulu Dis buat dinginin otak lo" Adit menyerahkan sekaleng minuman dingin.
"Nih buat redain emosi lo" Al memberikan dua bungkus kripik kentang pada Adis.
Akhirnya senyum Adis terbit melihat kelakuan Adit dan Al, "thanks Guys" Adis menerima pemberian rekan-rekannya dengan senang hati.
Jika Adis ditemani anggota Bandit, Kevan ditemani oleh para siswi fans-fans beratnya setiap jam istirahat di kantin dan Adis tidak pernah peduli.
Sebenarnya Bandit juga tidak kalah banyak memiliki pendukung di sekolah ini, Adit, Edo dan Aldric merupakan cowo-cowo yang populer di sekolah, namun mereka tidak pernah menghabiskan waktu istirahat dengan menggoda siswi-siswi sekolah yang sering memperhatikan mereka, melainkan dengan menemani Adis, walau Adis cukup kuat dalam ukuran cewe tapi mereka sudah janji untuk menjaga Adis.
"Ya sekuat-kuatnya cewe tetap aja dia seorang cewe yang tidak akan selalu menang melawan fisik cowo" begitulah alasan Edo jika ditanya mengapa senang melindungi sepupunya, Adis.
Pulang sekolah Adis akan mengikuti latihan basket, mempersiapkan pertandingan bersama sekolah lain beberapa bulan lagi.
Adis sebagai kapten wajib ikut tentunya.
Saat Adis mengambil sepatu basket yang selalu ia simpan di lokernya, ada yang aneh.
"Eh tali sepatu gue!" Pekiknya.
Adis dengan gusar mencari keberadaan tali sepatunya, masalahnya latihan akan di mulai 30 menit lagi.
"Bakal gue hajar kalau gue tahu siapa yang sembunyiin tali sepatu gue!!"
Adis masih terus mencari keberadaan tali sepatunya, entah kenapa dia melangkah menuju taman sekolah yang jelas-jelas jauh dari lokernya.
Benar ternyata, tali sepatu Adis tergantung di atas pohon besar di taman, sekarang masalahnya bukan bisa atau ngga Adis manjat tapi ia tahu benar diatas pohon itu semutnya ganas-ganas.
"Njiirr gue harus lawan tuh semut ganas dulu" umpat Adis sambil bersiap manjat.
'Bodo lah demi latihan' batin Adis.
Adis segera memanjat pohon besar yang selalu dipakai siswa untuk berteduh jika jam istirahat.
Menahan sakit digigit semut, Adis turun membawa tali sepatunya.
"Arrgggh perih banget gigitan tuh semut" Adis mengusap-usap lengannya yang memerah.
"Lho kamu kenapa Dis?" Tiba-tiba Bagas muncul disampingnya.
"Habis manjat kak dan digigit semut" gerutu Adis kesal,
"Ngapain juga manjat-manjat, udah tahu diatas tuh ada sarang semut"
"Ambil ini" Adis menunjukan tali sepatu yang berhasil diambilnya,
"Tanganmu merah-merah gini, ayo ke UKS dulu biar dikasih minyak" Adis mengangguk mengikuti Bagas.
Selesai diobati dengan minyak hangat, Adis menuju lapangan karena latihan akan dimulai 5 menit lagi, karena kalau sampai terlambat bisa-bisa didiskualifikasi.
"Kenapa tangan lo Dis? Merah-merah gitu?" Tanya salah satu anggota basket.
"Insiden kecil kok" Adis menyengir, selanjutnya semua diam karena pelatih sudah datang.
Latihan pun di mulai, mereka berlatih strategi serta memperkuat kerjasama, karena itu yang penting nantinya selain skill mereka tentunya.
Esoknya lengan Adis sudah mendingan, merah-merah bekas gigitan semut sudah hilang, malamnya saat Adit melihat lengan Adis ia sempat panik padahal Adis hanya digigit semut bukan jatuh dari pohon.
"Gue hajar ntar tuh orang Dis kalau ketemu" ancam Adit saat Adis menceritakan kronologis yang mengharuskannya memanjat pohon ditaman sekolah.
"Bagaimana kemarin Princesa manjat-manjat pohonnya?"
Ucapan Kevan mengalihkan Adis dari kegiatannya memeriksa buku tugasnya.
Adis menatap Kevan dengan tatapan membunuh, disamping Kevan sudah ada Ray yang menatap Adis dengan tatapan gue.ngga.ikutan.
"Oh jadi lo biang keroknya yang udah taro tali sepatu gue diatas pohon?" Tanya Adis kalem, cara bertanya yang menandakan bahwa Adis emosi.
Kevan tersenyum miring ngga terpengaruh akan ekspresi yang Adis berikan.
"Kalau ia kenapa?" Tanya Kevan santai.
"GUE HAJAR LO!!" belum sempat Adis memukul Kevan, Bandit sudah sigap lebih dulu menahan Adis, Adit paling depan memeluk adik kembarnya.
"Tenanglah akan kita balas nanti" bisik Adit menenangkan Adis.
Adis melunak dan kembali ke kursinya, Adit masih merangkul adiknya takut jika Adis kembali mengamuk.
Ketiga Bandit menatap Kevan kesal, karena sudah membuat Adis emosi.
Kevan hanya tersenyum miring dan kembali ke kursinya.
"Lo parah" bisik Ray ditelinga Kevan, "jangan sampai lo nyesel karena perang ini" Kevan tak menggubris peringatan Ray.
***