BANDIT 8

1422 Words
Jam pelajaran kedua adalah jam olahraga, semua siswa di kelas Adis, termasuk bandit segera mengganti baju olahraga usai jam istirahat selesai. "Lo kenapa Dis?" Tanya Edo heran melihat Adis yang tiba-tiba senyum-senyum sendiri. "Eh? Ngga apa kok hehe" sekarang senyum Adis jadi cengiran. Guru olahraga sudah tiba, hari ini adalah pelajaran olahraga kesukaan Adis, Basket. "Tuh si Kevan belum muncul juga?" Celetuk Al saat mereka sedang mengatur barisan, "Bentar lagi juga datang kok" ucap Adis santai, ketiganya menatap Adis heran, 'Kayaknya ada perang lagi nanti' batin Adit yang ternyata juga dipikirkan Edo dan Aldric. "Maaf pak saya terlambat" benar saja Kevan datang, tapi ada yang berbeda dari penampilan Kevan. "Kenapa kamu tidak pakai baju olahragamu Kevan?" Tanya Pak Guru olahraga karena Kevan memakai kaos bebas. "Baju saya hilang pak, ada yang menyembunyikan" Kevan melirik Adis dengan tatapan kesal, Adis pura-pura tidak tahu akan tatapan Kevan. "Bagaimana bisa hilang? Siapa yang menyembunyikan kaos olahraga Kevan??" Kali ini pertanyaan ditujukan pada satu kelas, tidak ada yang menjawab, semua hening. "Kalau tidak ada yang mengaku maka saya tidak akan mengajar!!" Suara sang guru semakin meninggi. Kevan menatap Adis dengan tatapan tajam dan seringaian 'kena lo' batinnya. Adis tidak mempan dengan tatapan Kevan, ia maju satu langkah dari barisan, Adit, Edo dan Aldric menatap ngeri pada Adis yang tidak ada takutnya. "Dia aja Pak yang ceroboh mungkin, coba aja priksa dulu tas, loker atau tempat duduknya, jangan asal nuduh dong! Kasian nih anak satu kelas yang jadi korban!!" Adis berpura-pura kesal, "Baiklah nak Kevan ayo coba kita periksa" Sang Guru mengajak Kevan ke kelas dan ke ruang lokernya. Tidak lama Kevan dan sang guru kembali, Kevan sudah memakai kembali seragam olahraganya. "Nah Kevan sekarang minta maaf kepada semua temanmu karena sudah ceroboh" perintah sang Guru. "Baiklah saya minta maaf karena sudah ceroboh dan menuduh tanpa bukti" Kevan dipersilahkan kembali ke barisan, tatapan tajamnya masih ia tujukan pada Adis, ia yakin Adislah dalang dari semuanya. Kevan menemukan baju olahraganya di dalam laci mejanya, dia tidak tahu kenapa baju itu bisa di sana, seingatnya dia sudah memeriksa semua tempat duduknya. Jam olahraga selesai, Kevan tidak terima dipermalukan dihadapan satu kelas, maka saat semua siswa masuk ke ruang ganti, Kevan menyeret Adis menjauhi yang lain. "Apa sih lo narik-narik!! Sakit tau!!" Bentak Adis. Kevan tidak peduli, ia terus menarik tangan Adis hingga sampai di belakang sekolah, tempat yang jarang di datangi siswa dan saat ini sedang sepi. Sekali hentak Adis sudah bersandar di dinding, Kevan berdiri beberapa senti didepannya. "Lo kan yang ngerjain gue tadi??!!" Kevan bicara dengan nada dingin, Adis berdecih, "ada bukti lo nuduh gue?" "Gue ngga perlu bukti, siapa lagi yang nyari masalah sama gue kalau bukan lo!!" Kevan menudingkan telunjuknya tepat di depan hidung Adis. Adis tertawa mengejek, "terus kalau ia kenapa? Lo mau bunuh gue hah??!! Asal lo tau! Perbuatan gue ini ngga seberapa dibanding yang lo buat kemarin, dan gue ngga nyesel udah mempermalukan lo!!" Nada bicara Adis naik satu oktaf, seringaiannya kembali ia tunjukan. "LO!" Kevan masih menudingkan telunjuknya. Adis menepis kasar telunjuk Kevan, "minggir" beranjak meninggalkan rivalnya namun lengan Adis dicekal dan kembali disandarkan ke dinding. "Jangan paksa gue buat kasar ya sama lo!" Ancam Kevan. Adis kembali tertawa dengan nada mengejek, "oh ya? Terus lo mau gue takut gitu?? NGGA AKAN!!" Kevan menggeram di tempatnya, Adis puas berhasil membungkam Kevan dan hampir membuatnya meledak. "Gue bakal buat perhitungan sama lo nanti" desis Kevan sambil berlalu, Adis tidak merasa takut sedikitpun pada Kevan, justru ia semakin benci pada rivalnya. "Lo ngga di apa-apain kan Dis?" Adit memeriksa keadaan saudara kembarnya saat Adis baru duduk di bangkunya. "Gue hajar duluan dia sebelum habisin gue" ucap Adis kesal. "Terus kok bisa tadi seragam tuh anak di lacinya?" Tanya Edo, "Bisalah, sebelum ke lapangan gue minta Mang Danang --tukang sapu sekolah-- taro tuh baju di laci Kevan, dan jangan sampai Kevan tau, cuma bayar uang rokok Mang Danang mau nurut" jelas Adis Ketiga bandit menatap Adis takjub, bisa-bisanya Adis berani melakukan itu. Percakapan mereka terhenti saat Kevan masuk kelas dengan wajah kusut, lagi ia menatap Adis dengan tatapan ingin menelan Adis hidup-hidup, yang ditatap pura-pura tidak tahu akan monster yang ingin memangsanya. "Kayaknya nih kelas rada angker deh, bulu kuduk gue sampe bergidik gini" Adis memasang wajah pura-pura takutnya. Ketiga bandit menahan tawanya sedangkan Kevan semakin berang di tempatnya. Di otaknya, Kevan sudah menyusun rencana untuk membalas kelakuan Adis. Senyum iblis Kevan terkembang tanpa Adis dan Bandit tahu. Gue harap kalian ngga akan gagal kali ini! Send. --- Pulang sekolah, Bandit tidak langsung pulang karena tadi ada yang memberitahu kalau Adit, Edo dan Aldric dipanggil guru perpustakaan. 'Aneh, kenapa mereka aja yang dipanggil?' Gumam Adis. Namun tiba-tiba penglihatan Adis gelap, ada yang menutup wajahnya dengan kain hitam, Adis berusaha meronta namun gagal, pergerakannya dikunci dan sepertinya seorang cowo yang menguncinya. Adis dibawa ke sebuah ruangan sempit, ia dikunci disana. Saat Adis membuka kain hitamnya, ia sadar bahwa ia sedang dikurung di toilet. 'b******k!! Pasti ini ulah Kevan, mau apa lagi sih dia?!!' Tiba-tiba ada yang mengguyurnya dengan seember air. "WOY PENGECUT!! BERANINYA LO MAIN SEKAP YA!!" pekik Adis kesal. Tidak ada jawaban dari balik pintu, sudah dipastikan kalau ia sendirian sekarang di toilet ini. Beberapa detik kemudian, Adis merasa ada pergerakan dibawah kakinya, dengan ngeri Adis melirik ke bawah, tepatnya lantai. "AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!" "KEVAAAAAANNNNN GUE BUNUH LOOOO!!!!!" Adis ketakutan setengah koit, di dalam toilet ternyata bukan hanya dirinya sendiri namun ada beberapa ekor kecoa!! Seumur-umur hal yang paling Adis takutin bukan hantu tapi KECOA! Adis sudah ingin nangis saat ini, suaranya sudah serak berteriak berharap ada yang mendengarnya. Ponselnya ada di tasnya namun tasnya tidak ia pakai sekarang, orang yang menyekapnya tadi merampas tasnya. "ADIIITTT!!! EDOOOO!!! ALDRIIIICCC!! TOLOOOONG!!!" Tidak ada jawaban sama sekali, Adis sudah berdiri di atas bak air, ia bingung harus keluar lewat mana, satu-satunya jalan lewat ventilasi. Dengan tubuh menggigil, Adis berusaha memanjat untuk membuka ventilasi, cukup tinggi dan sulit untuk Adis. "ADIIIIIITTTT!!! EDOOOOO!! ALDRIIICC!!" Suara Adis semakin parau, ia lelah karena takut, apalagi ketika ada satu kecoa yang hampir berhasil mencapai tempatnya berpijak, Adis hampir terpeleset. "Hiks~ Mama~" Adis ngga sanggup lagi berteriak. Ngga lama, ada yang mendobrak pintu kamar mandi tempat Adis disekap. "ADIS??!!" pekikan kaget saat melihat kondisi Adis yang ngga baik, apalagi pemandangan di lantai kamar mandi yang diisi beberapa ekor hewan yang paling di benci Adis. "Hiks Adit" Adis sesenggukan ditempatnya begitu melihat wajah kakaknya muncul bersama Edo dan Aldric. "Lompat sini Dis, gue tangkap lo" Sekali hentak, Adis melompat tepat dipelukan Adit. "Adis pingsan Dit" ucap Edo melihat Adis yang tak sadarkan diri begitu dipeluk Adit. "Bawain tas Adis Al, bantu gue buka pintu mobil Do!" Pinta Adit kemudian berlari ke parkiran sambil menggendong Adis.  Edo dan Al melakukan yang diminta Adit. 'Gue hajar lo Kevan!!' Geram Adit tidak terima akan apa yang dialami adik kembarnya. Setelah dari perpus tadi perasaan Adit tidak enak, mungkin inilah ikatan batin saudara kembar, benar saja Adis sudah tidak ada ditempatnya, Adit hanya menemukan tas adiknya di tempat Adit meninggalkan Adis. Perasaan Adit semakin ngga enak karena tidak menemukan keberadaan adiknya dipenjuru sekolah. Tapi firasat Adit membawanya ke salah satu kamar mandi yang jarang dipakai di belakang sekolah. Benar saja samar-samar Adit, Edo dan Al mendengar teriakan minta tolong Adis. Adit bersyukur ikatan batinnya dan Adis begitu kuat. Untunglah orangtua mereka belum pulang saat ini, tapi tetap saja Adit tidak lolos dari pertanyaan Dave. "Lho Adis kenapa Dit?" "Kak Dave, ntar aja ya nanyanya, sekarang yang penting Adis jangan sampai sakit dulu" Adit buru-buru membawa Adis ke kamarnya. Adit mengeringkan wajah, rambut, tangan serta kaki adik kembarnya, setelah itu meminta bantuan salah satu pegawai rumah tangga menggantikan baju adiknya. "Bisa jelaskan sama kakak?" Tagih Dave saat Adit keluar dari kamar Adis. Adit menceritakan semuanya, tentang Kevan dan Adis, Dave hanya menghela nafasnya pelan. "Ini keterlaluan, kalau sampai membuat syok" Dave sempat geram mendengar cerita Adit. "Adit percaya Adis ngga selemah itu kak, tapi Adit janji akan menghajarnya nanti" emosi Adit kembali naik. "Sudah, nanti saja, setelah ini jaga Adis" Dave menepuk pundak adiknya, Adit mengangguk. "Jangan cerita ke mama papa ya kak" pinta Adit, Dave mengiyakan permintaan Adit, "tapi pastikan Adis sadar sebelum mama papa pulang" Adit kembali mengangguk. Setelah pegawai rumah tangga yang membersihkan Adis keluar, Adit kembali mengatakan apa yang dikatakan pada Dave untuk tidak memberitahu orangtuanya perihal Adis, pegawai itu mengiyakan permintaan Adit dan berlalu kembali bekerja. Adit berbaring di samping Adis yang masih belum sadarkan diri, direngkuhnya adiknya erat, "maafin gue Dis tadi ceroboh ngga jagain lo" gumam Adit sambil mencium puncak kepala adik kembarnya. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD