Adis tersadar dari pingsannya, saat bangun ia mendapati dirinya sedang dipeluk kakak kembarnya.
"Dit" panggil Adis dengan suara paraunya.
Adit mengerjap dan terbangun saat mendengar Adis memanggilnya, "udah bangun Dis?"
"Kalau gue belum bangun ngga mungkin bisa ngomong Dit" Adit menyengir.
"Ya udah lo mandi dulu" Adis mengangguk dan beranjak menuju kamar mandinya.
Saat Adis di kamar mandi, Dave masuk ke kamar adik bungsunya.
"Adis udah sadar?"
Adit mengangguk, "udah kak, sekarang lagi mandi"
Dave hanya ber-oh-ria dan duduk disamping Adit, di kasur adik mereka.
15 menit kemudian Adis keluar dari kamar mandi sudah berganti pakaian tidurnya.
"Sini sayang" Dave menepuk tempat di sebelahnya untuk Adis duduk.
Adis duduk di samping Dave, Dave membantu adik bungsunya mengeringkan rambutnya.
"Adis udah besar kakak" gerutu Adis, Dave hanya terkekeh,
"Udah lama kakak ngga bantu kamu mengeringkan rambut" Ucap Dave lembut, Adis tersenyum manis.
"Oke, sebentar lagi papa dan mama pulang, kejadian hari ini cukup kita saja yang tahu, kakak ngga mau membuat papa dan mama khawatir, terutama mama"
"Iya kak, kak Dave bener" Adit membenarkan ucapan kakaknya, Adis mengangguk setuju.
"Ya udah kakak mau turun nonton sambil nunggu papa dan mama, kalian mau ikut?" Ajak Dave pada adik kembarnya.
"Adit nyusul kak, mau bicara sama Adis dulu"
"Oke deh" Dave mencium kening kedua adiknya lalu beranjak keluar kamar Adis.
"Mau ngomong apaan?" Tanya Adis tanpa basa basi.
"Apa pelakunya Kevan?" Adit balik bertanya.
Adis menggedikan bahunya, "gue rasa iya dia, siapa lagi yang bermasalah sama gue kalau bukan dia"
"Besok gue hajar dia" Adit mengepalkan tangannya, Adis menyentuh kepalan tangan Adit dan meraihnya digenggamannya. Menatap kakak kembarnya sambil memberikan senyum tulusnya.
"Jangan dulu Dit, gue udah punya rencana buat balas dia kok" senyum Adis berubah menjadi seringaian, jujur Adit lebih suka melihat ekspresi Adis saat membicarakan rencana jahil dari pada wajah ketakutan yang Adit lihat siang tadi di toilet. Adisnya sudah kembali.
"Tapi izinin gue buat hajar dia setelah itu" pinta Adit, Adis menghela nafas pelan lalu kembali tersenyum tulus pada Adit, "beres bos" Adis mengerling jahil, keduanya terkekeh.
Adit mengajak Adis menyusul Dave di ruang tv, sambil menunggu orangtua mereka pulang.
-----
Keesokan paginya, Adis muncul di ruang makan dengan wajah super ceria, membuat keluarganya sedikit bingung,
"Lo kenapa tadi cengar cengir waktu sarapan?" Tanya Adit bingung ketika mereka sedang di jalan menuju sekolah.
"Liat aja nanti" senyuman Adis berubah menjadi seringaian. Adit hanya menggedikan bahunya sambil terus fokus ke jalan.
Jam pelajaran dimulai, namun tempat duduk Kevan masih kosong, Adit yakin ini ada hubungannya dengan prilaku Adis pagi ini.
Pak Gun, guru Sains paling disiplin di sekolah yang mengajar kelas Adis pagi ini. Semakin bahagialah Adis.
"Apa lagi rencana lo?" Bisik Adit ke telinga Adis.
"Shhh, liat aja nanti" Adis mengerling jahil pada Adit, Edo dan Al ikut bingung melihat Adis.
Setengah jam kemudian Kevan muncul dengan seragam basah kuyup, seperti habis lari marathon.
"Maaf pak saya terlambat" ucap Kevan setengah menunduk,
Pak Gun melihat arlojinya lalu menatap Kevan, "anda terlambat setengah jam tuan Wijaya" nada Pak Gun terdengar tegas, khas sang guru.
'Show Time' batin Adis girang.
"Silahkan temui guru piket dan ambil konsekuensi anda tuan Wijaya" titah Pak Gun, Kevan berbalik beranjak keluar kelas, namun sebelumnya ia menatap jengah Adis yang sudah tersenyum sumringah melihatnya lagi-lagi dipermalukan.
"Kasian, lo udah buat harga diri ketua OSIS jatuh di kelasnya sendiri kemarin Dis, dan sekarang di sekolah" Edo menahan tawanya.
"Siapa suruh main-main sama Radistya" Adis tersenyum miring dan kembali fokus pada pelajarannya.
Di luar kelas, Kevan melaksanakan hukumannya sambil menggerutu, ia yakin ini masih ulah Adis.
"Tuh setan satu benar-benar ya, apa kata dunia seorang ketua OSIS harus mengumpulkan daun kering, membersihkan toilet dan membersihkan perpustakaan?? PARAH!!" sungut Kevan
"Ehemm, maaf tuan Wijaya, tidak ada hukuman untuk berpidato di sini" sindir si guru piket, Kevan tidak tahu kalau hukumannya juga bagian rencana Adis, Adis benar-benar niat membalas Kevan.
"HAH LO SE--" pekikan Al dibungkam Adis dengan tangannya,
"Gila, lo licik banget Dis" ujar Edo kagum,
"Asli, ngga nyangka gue rencana lo dalam semalam sampai segitu" imbuh Adis.
Para Bandit sedang mengisi jam istirahat mereka di kantin, Adis menceritakan pembalasannya pada ketiga rekannya.
Semalam usai makan malam, Adis menghubungi Ray menanyakan alamat Kevan, karena Ray lah yang paling dekat dengan Kevan.
Setelah mendapatkan alamat lengkap, selengkap-lengkapnya --yang artinya sampai warna pagar, warna dinding bahkan mungkin bentuk bangunan karena Adis ngga mau ambil resiko salah serang-- Adis menghubungi beberapa orang yang ia bisa ajak kerjasama, orang diluar sekolahnya, untuk membuat ban mobil serta motor Kevan kempes bersamaan dan juga menguras bensinnya hingga hampir kosong, hampir lho bukan benar-benar kosong.
Di sekolah, Adis memang dekat dengan beberapa guru non-akademik, ia menghampiri guru piket yang bertugas, ia menceritakan apa yang ia alami kemarin, dan minta si guru piket untuk jaga rahasia. Adis tahu gurunya pagi itu akan menyuruh siswa yang telat untuk melapor guru piket, maka Adis meminta si guru piket memberikan lebih dari satu hukuman pada Kevan.
"Lo cocok jadi agen rahasia Dis, rencana lo gila!" Edo menggelengkan kepalanya heran, sepupunya benar-benar ajaib.
"Ini sebagai ganjaran buat yang dia lakuin kemarin, gue bisa aja habisin dia atau mengizinkan Adit buat menghajar dia tapi ngga buat gue, dia licik gue bisa lebih licik" Adis menatap lurus, pandangannya menerawang, mengingat kembali yang ia alami kemarin, terdapat kilatan kekesalan dari matanya.
Adit, Edo dan Aldric paham yang Adis rasakan kemarin bahkan sampai membuat Adis pingsan, Adis bisa saja membolos sekolah hari ini, atau syok, atau juga sakit, tapi Adis tidak selemah itu nyatanya.
Kevan yang sudah menjalankan semua hukuman mendatangi Adis yang sedang menikmati makanannya di kantin dengan penampilan berantakan.
Kevan menggebrak meja Adis hingga makanannya hampir tumpah.
Bandit berdiri dari kursinya, menatap tajam Kevan, kecuali Adis, yang justru memberi tatapan mengejek pada Kevan.
"Lo ngga malu menggebrak meja di depan umum sementara lo seorang ketua OSIS?" sindir Adis, Kevan melihat sekelilingnya sekilas, memang benar semua siswa di kantin sedang menatapnya bingung.
"Lo ikut gue" desis Kevan sambil menatap tajam Adis.
Adit hendak ikut namun ditahan Adis, "kalau lima menit sebelum bel masul gue ngga balik, kalian susul gue ke belakang sekolah" bisik Adis pada Adit lalu beranjak pergi.
Benar saja Kevan mengajaknya ke belakang sekolah seperti kemarin.
"Kenapa lo ganggu acara makan gue di kantin?" Tanya Adis berpura-pura polos.
"Gue pikir lo bakal jera sama yang gue buat kemarin, ternyata nekat juga lo" Kevan tersenyum miring,
"Well akhirnya lo mengakui kalau lo dalangnya kemarin"
"Ya memang gue! Kenapa? Lo takut kan? HAHA SEORANG KETUA BANDIT TAKUT KECOA!!" Kevan tertawa mengejek, Adis berusaha menahan emosinya.
BUG
Satu tinjuan tepat mendarat di pipi Kevan, tinjuan kekesalan Adis.
"Bagaimana? Enak?" Tantang Adis
"Tinjuan lo ngga ada rasanya!" Ledek Kevan, padahal jelas-jelas dia sedang menahan sakitnya.
Adis tersenyum mengejek, "gue emang takut sama kecoa, ya gue akuin itu, tapi setidaknya GUE BUKAN BANCI KURANG KREATIF YANG HANYA BISA MENAKUT-NAKUTI!! so, apa yang gue buat ke lo pagi tadi lebih kreatif kan? Dari pada cara basi lo yang lebih mirip cewe alay!! Basi tau ngga!"
Kevan menggeram, Kevan membuat Adis terkunci dengan bersandar pada dinding di belakangnya.
"Kalau lo pikir cara lo kemarin bakal buat gue mengibarkan bendera putih, lo salah besar, justru gue semakin tinggi mengangkat bendera perang gue!!" Nada bicara Adis meninggi, ditatapnya Kevan sinis.
Kevan menahan emosinya, ia benar-benar emosi saat ini,
"Minggir lo gue mau ke kelas" Adis menepis tubuh Kevan yang menghalanginya, baru selangkah hendak pergi, Kevan mencekal lengan Adis dan mengembalikannya ke posisi semula, bersandar di dinding.
"Kevan! Apa--" ucapan Adis terbungkam, antara sadar dan tidak sadar seperti ada yang membungkam bibirnya untuk bicara, Adis sadar saat itu Kevan sedang mencium kasar bibirnya dengan emosi.
BUG!
Satu pukulan Adis kembali mendarat di pipi Kevan, Kevan sadar apa yang ia lakukan tadi benar-benar kurang ajar, ia terlalu emosi sampai kalap.
"Dis gu-gue--"
"b******k LO VAN!!" untuk pertama kalinya Kevan melihat rivalnya menangis di hadapannya.
"GUE BUNUH LO!!"
"ADIS!!" baru saja Adis akan menghajar Kevan, Adit berhasil menahannya bersama Edo dan Aldric.
"LEPASIN GUE DIT!! BIARIN GUE HAJAR SI b******k ITU!!" Bentak Adis emosi, Adit bingung kenapa adiknya mengamuk, apa yang dibuat Kevan pada Adis.
"Dis tenang dulu Dis, jelasin sama gue, ada apa?" Adit memeluk Adis berusaha melunakannya, tapi Adis terlalu emosi.
Kevan mematung di tempatnya, ia benar-benar tidak menyangka akan melakukan hal itu.
"Dit.. hiks... hiks.." Adis terisak, membuat Adit bingung, Adis tidak pernah emosi sampai menangis jika berhadapan dengan orang yang membuatnya kesal seperti Kevan.
Edo dan Aldric masih bingung ditempatnya.
"Dit.. si b******k itu.. hiks.. ta--tadi.. ci-cium gu-gue... hiks.. hiks..." Adis masih menangis dipelukan Adit.
"b******k!!" Adit menggeram emosi mendengar penuturan Adis.
"Do, jaga Adis" Edo mengambil alih Adis, Adit menghampiri Kevan dengan amarah yang sudah diubun-ubun.
BUG!
Satu pukulan mendarat dipipi yang sama yang tadi Adis pukul.
Adis mencengkram kerah baju Kevan, "BERANINYA LO!!"
"Dit gue kalap Dit, sumpah itu karena emosi gue!!"
"Adit mending lo bawa Adis gih, Kevan biar gue dan Edo yang beresin" Aldric berusaha menenangkan Adit, masalahnya ini masih di lingkungan sekolah, dan bisa bahaya kalau ada guru yang lihat.
Adit membawa Adis yang masih emosi ke parkiran, lewat jalan memutar agar tidak dilihat siswa atau guru.
"Lo mendingan obatin tuh luka lebam lo" Perintah Edo setelah Adit dan Adis pergi.
Kevan pergi ke UKS, mengobati lukanya, ia terpaksa membolos pelajaran selanjutnya agar tidak di curigai.
Di kelas, Edo memberikan alasan kalau Adis sedang kurang enak badan dan diantar oleh Adit, sedangkan Kevan masih ada hukuman dari guru piket dan untungnya guru saat itu percaya.
"Udah lebih tenang?" Tanya Adit setelah memberikan minum pada Adis, Adis mengangguk. Mereka masih di dalam mobil, di ruang parkir sekolah.
"Thanks Dit" Adis memaksakan senyum.
Adit mengusap pipi Adis, menghapus jejak air mata di sana, "udah gue bilang kan, dia bakal gue hajar kalau udah macam-macam sama adik kesayangan gue ini"
Adis tersenyum mendengar penuturan Adit.
"Gue bakal lebih jaga lo sekarang Dis" Adis mengangguk.
"Lo ngga masuk kelas Dit?" Tanya Adis dengan suara parau,
"Gue mau nemenin lo sekarang, tas kita nanti di bawain Edo dan Al, sekarang princess mau ke mana nih?" Goda Adit, Adis terkekeh.
"Ke mana aja asal bareng Prince deh" Adit ikut terkekeh.
Adit menjalankan mobilnya keluar area sekolah untuk menenangkan pikiran Adis.
***