Vampire's Belonging ~ Tiga

684 Words
Katie membolak-balikkan tubuhnya karena kantuk sama sekali belum menyerangnya. "I love you." Kembali Katie mengingat 3 kalimat yang dilontarkan dari mulut Dannis dengan tulus dan serius. Katie ragu, antara ingin percaya atau tidak. Karena ia benar-benar sudah trauma dengan kejadian dua tahun lalu. Lama berpikir akhirnya Katie memutuskan menutup matanya. "I love you." Kata-kata itu kembali terngiang-ngiang di telinganya membuatnya risih. "Kenapa dia menyebalkan sekali!" keluh Katie. Lama kelamaan alam bawah memanggilnya dan tidur dengan senyum menyunging di bibirnya tanpa ia sadari. ✪  ✪  ✪ Ting Tong! Ting Tong! Katie terbangun karena bel apartemennya terus saja berbunyi. "Ck! Siapa sih pagi-pagi bertamu?" keluhnya dengan setengah kantuk. Di bukanya pintu kamar apartemennya. "Hai, my girl." Dannis tersenyum polos dan Katie mendengus kesal. "Tidak bisakah kau tidak mengangguku sehari saja?" Katie bersedia menutup kembali pintunya. Tapi di tahan Dannis terlebih dahulu. "Tidak, Kitty." "Kitty?" Kening Katie berkerut. "Namamu kan Katie. Tapi Kitty lebih enak di dengar." Katie memutar bola mata jengah. "Apaan sih!" Katie kembali masuk ke dalam apartemennya, tak peduli lagi dengan apartemennya yang di masuk Dannis. Yang penting dia sekarang ingin membersihkan diri. Dannis melihat-lihat apartemen yang di tempati oleh Katie. Besar dan elegan. Seperti sebuah rumah. Kedua sudut bibir Dannis terangkat. "Ternyata dia tidak seperti yang kupikirkan," batin Dannis. ✪  ✪  ✪ Dannis menunggu Katie di dalam kamar Katie tanpa adanya izin dari Katie. Dia tidak peduli Katie akan membencinya atau memarahinya. Yang penting Dannis ingin melihat lekukan badan Katie yang seksi saat selesai mandi. Suara pintu kamar mandi terbuka dan Katie keluar dari kamar mandi hanya dengan handuk melingkar dari dadanya. "Astaga!" Katie terkejut saat dia melihat wajah Dannis yang menatap dirinya dengan intens. Katie segera melemparkan sisir yang memang sudah di pegangnya ke arah Dannis. Dengan secepat kilat ia menghindar dengan teleportasi, atau lebih tepat memindah tempatnya ke arah lain. Mata Katie terbuka lebar saat melihat Dannis yang dapat berjalan seperti angin. Katie segera berlari kembali ke dalam kamar mandi. Dan mungunci dirinya di dalam kamar mandi. Tangan Katie gemetaran. Tok. Tok. Tok. Ketukan di pintu kamar mandi membuat Katie terlonjat kaget. Dannis yang di luar itu merasa bersalah karena ia menggunakan kemampuannya. "Katie, ayolah keluar!" seru Dannis sambil mengetuk pintunya. "Maaf, aku membuatmu ketakutan. Tapi percayalah, aku tidak akan melukaimu." "Karena aku mencintaimu," lanjut Dannis lagi. Katie yang ada di dalam kamar mandi itu bimbang antara mau keluar atau tetap diam di dalam. Lama berpikir akhirnya dia memutuskan untuk keluar. Tapi sebelum keluar dia memakai bajunya terlebih dahulu. ✪  ✪  ✪ Dannis merutuki kebodohannya yang menggunakan kemampuan itu membuat wanitanya takut kepadanya sekarang. "Maaf, Kitty." Dannis lagi-lagi meminta maaf. "Namaku Katie, bukan kitty. Aku bukan seekor kucing!" seru Katie dengan kesal. Katie memang paling tidak suka di panggil kitty karena dia benci dengan kucing. "Ok, Katie. Maafkan aku ya?" Katie diam tak menjawab permintaan maaf dari Dannis. Dannis menggaruk kepalanya yang tak gatal itu. "Kau benar-benar tidak akan melukaiku?" tanya Katie setelah diam cukup lama. "Ya. Karena kamu telah menjadi milikku," ucap Dannis dengan senyum di wajahnya. Katie tahu jelas kalau Dannis membuat tanda kepemilikan di lehernya waktu itu. Tapi tanda itu tidak akan berarti untuk Katie. Katie makin ragu, apakah Dannis benar-benar mencintainya? "Kenapa kau cinta denganku? Kita baru saja bertemu dan tidak kenal sama sekali." Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari bibir Katie. Dannis berpikir sebentar. Sejujurnya dia tidak tahu kenapa dia sangat mencintai Katie padahal baru kenal saja. "Awalnya karena kamu manis. Tapi... juga karena kamu berbeda dengan wanita lain yang dapat membuatku terpesona." Katie menatapnya bingung. "Apa yang kupunya sampai membuatmu terpesona?" Katie memang tahu apa arti dari manis yang di maksud Dannis. Itulah sebabnya dia takut kalau Dannis tahu identitas aslinya itu. Banyak yang mengincar darah manis sepertinya dan membunuhnya. Katie takut itu, maka dia tidak ingin memercayai siapa pun lagi. "Katie?" panggil Dannis yang membuat Katie tersadar dari lamunannya. Katie bangkit dari duduknya di ranjang besarnya dan menghampiri Dannis. Memang tadi Katie menyuruh Dannis untuk duduk jauh darinya. "Pergilah. Aku ingin sendirian sekarang." usir Katie halus. Dannis menghela napas kecewa. "Baiklah, besok aku akan datang lagi. Maaf, aku sudah mengejutkanmu tadi." ✪  ✪  ✪         
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD