“Bisa biasa aja nggak? Nggak pake teriak bisa kali,” cibir Nigi sebal. “Lo di suruh pindah?” Nigi mengangguk meski enggan. Tidak. Tidak. Tunggu sebentar, rasanya ada yang hilang, dan Aura merasa perlu meluruskannya. “Cowok siapa sih? Lo bilang ketemu lagi, berarti kalian udah pernah ketemu sebelumnya, kan? Siapa yang lo maksud? Cowok mana? Gue tahu orangnya?” Nigi memutar bola matanya malas, tapi tidak punya pilihan lain untuk menjelaskannya karena dirinya lebih dulu yang memutuskan untuk menceritakannya pada Aura. Gadis itu meringis, sebelum memberikan jawaban dari rasa penasaran gadis di hadapannya. “Itu… cowok yang kita temuin di Atlanta. Cowok yang—” Nigi menghentikan ucapannya, enggan melanjutkan karena sebenarnya dia masih merasa bersalah. Nigi membuat gerakan memukul dengan pe

