23. Dua Puluh Tiga

1262 Words

“Udah bangun?” suara Saba membuat Nigi tersentak. Dia mengangkat kepalanya dan terbelalak menyadari wajah Saba berada begitu dekat dengannya. Refleks gadis itu bergerak mundur dengan kekuatan penuh yang membuat kepalanya terbentur kaca mobil dengan cukup keras. “Auw—” ringis Nigi mengusap kepalanya. Benturan yang benar-benar membawa kesadaran pulih sepenuhnya. “Makanya hati-hati” komentar Saba. Sama sekali tidak ada kesan prihatin atas musibah yang baru saja dialami Nigi. “Ck, ini kan gara-gara lo! Kok gue bisa ada di sini?” Saba tidak menjawab, menjelaskan apa yang terjadi hanya akan membuat gadis itu mengomel semakin menjadi. Sekalipun Saba suka melihat Nigi mengomel, setidaknya dia tidak akan melakukannya di depan orang lain—Rei. Baginya omelan Nigi hanya ekslusif untuknya, tidak bo

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD