Run!
"Kejar dia, jangan sampai lolos!" pekik seorang perempuan, yang memakai mahkota di kepala.
Seorang pria muda, bertubuh tinggi besar, berlari menghindari kejaran para pasukan yang terbilang banyak. Ia berusaha berkelit, supaya tidak tertangkap oleh para pengejar. Napas memburu, namun tak menyurutkan niat agar bisa segera pergi dari sana.
Aku tak boleh kalah oleh mereka! Apakah harus ke dunia manusia, supaya tak tertangkap? Tapi, sebelum itu, harus mencari tempat yang aman. Bagaimana bisa berpikir, jika keadaan tak memungkinkan? Lebih baik, mencari tempat yang aman, supaya nanti bisa mengambil langkah selanjutnya! pikir si lelaki, setengah panik.
Pria itu terus berlari tanpa henti dan tidak menengok ke belakang. Tak dihiraukan semua yang ada, karena yang di dalam benak hanya satu tujuan: bisa lolos dari mereka yang tengah mengejar, karena bila masih demikian, sudah pasti nyawanya yang menjadi taruhan.
Sementara itu, pasukan yang ada di belakang, tak menyerah. Bahkan, telah membawa busur, panah, dan ada pula tombak. Beberapa telah menembakkan senjata, akan tetapi semua itu tak mengenai tubuh sasaran.
Target yang dicari, tidak menggunakan sepasang sayap yang ada di belakang punggung, melainkan lebih memilih menggunakan kedua kaki. Sepasang mata berwarna biru itu berbinar-binar, ketika melihat pemandangan yang berada di depan, sehingga tanpa ragu langsung menceburkan diri di dalam air. Sebelum bertindak nekat, ia telah mengucapkan mantra, supaya bisa bernapas di sana dan berhasil.
Aku tidak boleh sampai ketahuan oleh mereka, karena bisa sangat berbahaya. Sungguh, jika boleh memilih, tidak ingin dilahirkan sebagai pangeran, supaya bisa bebas dari peraturan memuakkan! Breng*sek! makinya dalam hati.
Tak lama, para pasukan itu mencari-cari keberadaan target, akan tetapi tak berhasil menemukan. Di hadapan mereka, hanya ada sebuah sungai yang mana tak ada keanehan sama sekali. Wanita yang memakai mahkota, ikut mengamati keadaan di sekeliling yang mana hanya ada kegelapan melanda.
Sinar bulan sabit dan taburan bintang-bintang yang menerangi langit. Tidak ada suara aneh yang muncul, sehingga semua tampak sempurna. Ke mana anak itu? Kenapa bisa meloloskan diri dengan mudah, padahal portal gaib masih jauh, bahkan bisa dikatakan dua mil dari sini. Tak mungkin, bila langsung teleportasi, karena aku tahu kemampuan yang dimiliki oleh putra pembangkang di keluarga. Satu-satunya yang masuk akal , pasti sekarang tengah bersembunyi, supaya tidak diketahui. Kalau lengah, sudah bisa dipastikan bisa langsung lolos! Sialan! maki perempuan bermahkota itu dalam hati.
“Dia pasti masih berada di sekitar sini dan belum pergi jauh. Cari pengkhianat itu!” perintah sang ratu dingin.
"Baik, Yang Mulia!" sahut para pasukan.
Target yang diincar, masih berada di dalam air. Ia bisa bernapas dengan baik, akan tetapi tetap tak bisa tenang, karena mengetahui ancaman belum lewat dan suatu saat bisa tertangkap. Semoga saja, semua yang mengejar bisa segera pergi, supaya bisa langsung ke portal. Dewi Aletzhia, tolong jangan beritahu perempuan kejam dan para seteru, kalau ada aku di sini. Hitzh sudah pasti menunggu di sana. Betapa rumitnya hidup seperti ini, karena sungguh tak bebas! keluh pria tampan itu.
Semua yang berada di darat, mencari dengan teliti ke segala sudut, namun melupakan area sungai, yang mana terdapat buronan yang dicari. Setelah mencari selama tiga puluh menit, tak ada tanda-tanda keberadaan Truantz, sehingga membuat tentara dan sang ratu menjadi terheran-heran.
"Lapor, Yang Mulia, Pangeran Truantz tidak ada di mana-mana. Kami sudah mencari, tapi tak ada jejak sama sekali," lapor salah satu fairy. Terlihat dari penampilan, ia memiliki pangkat yang tinggi di kerajaan.
Perempuan berambut panjang, yang memiliki sepasang mata berwarna biru yang indah nan memesona itu hanya terdiam dan tidak membalas ucapan tersebut. Tatapan yang ada sekarang ini, tak lepas mengamati keadaan di sekitar. Suasana malam yang indah, dengan pantulan sinar bulan yang tak terlalu kuat, namun bintang-bintang bertaburan di langit, sehingga membuat siapapun betah menatap ke pemandangan yang ada.
Bagaimana mungkin anak t***l itu bisa lolos dengan mudah? Memang penguasaan spell tak bisa dianggap remeh, tapi aku yakin dia belum jauh, karena kami semua lebih banyak. Apa mungkin sembunyi di air, supaya tak terlihat? Tapi, bila benar demikian, sudah pasti terlihat dari pantulan sinar rembulan. Dewi Aletzhia pasti memberikan pertanda, namun ini tak ada sama sekali. Heran, bagaimana bisa terjadi? pikir perempuan berwajah bengis tersebut.
Setelah terdiam cukup lama, perempuan yang mengenakan pakaian kebesaran kerajaan, akhirnya menyerah, karena tak mampu menemukan sang putra yang kabur. Hati terasa berat, untuk meninggalkan tempat tersebut, namun tetap harus dilakukan, sebab pencarian yang dilakukan tiada membawa hasil.
Kalau aku berlama-lama di sini, sudah pasti sia-sia. Satu hal yang tak bisa dicapai oleh pikiran: bagaimana mungkin Truantz berhasil lolos dalam waktu sesingkat itu? Pasti sekarang tengah bersembunyi di tempat yang tak jauh, tapi terhalang oleh efek mantra. Kepa*rat! Hanya dia yang mengetahui apa yang telah terjadi di istana, sehingga tak boleh membiarkan saksi mata membocorkan ke rakyat. Kalau seperti ini, sudah pasti sulit untuk mencari pangeran sialan itu! batin ratu, setengah geram.
Sementara itu, pria yang memang menjadi target, masih duduk di dasar sungai, namun tak terlihat dari mata kaum yang mengincar keselamatan jiwa. Tatapan mata tak lepas ke arah bulan sabit yang ada di langit, seraya berdoa agar sang Dewi tidak membocorkan di mana keberadaannya.
Oh, Dewi Aletzhia yang baik hati, berikanlah belas kasihan kepadaku, agar bisa selamat dan jangan biarkan penjahat itu menemukan diri ini. Sungguh engkau adalah satu-satunya harapan dan tempat bergantung yang paling bijaksana dan maha mengerti, doa Truantz dalam hati.
Menit demi menit berlalu, tak ada tanda-tanda kemunculan yang ditunggu. Semua yang ada, menunggu titah dari seorang perempuan cantik yang memakai mahkota, namun kegelisahan bercampur murka terdapat di raut itu. Ingin sekali melampiaskan kemarahan, akan tetapi tak mendapatkan alasan untuk melakukan hal tersebut.
Sang ratu menatap langit, terutama ke arah bulan sabit yang masih menyinari gelapnya malam. "Dewi Aletzhia, penguasa malam dan sihir. Beritahu aku, apakah kau melihat fairy prince melarikan diri ke sekitar sini? Berikanlah pertanda atau apa pun, supaya kami bisa mengetahui," ucap perempuan tersebut sungguh-sungguh.
Semua mata tertuju kepada pemandangan di sekitar, berharap akan ada jawaban atau petunjuk. Sementara itu, pria yang masih berada di dalam sungai tetap tegang, karena tak menyangka jika sang ibunda berani bertanya langsung kepada Dewi yang mana sangat disegani di antara para penyihir, peri, dan makhluk yang mengenal namanya.
***