Chapter 11

1118 Words
Selama beberapa bulan ia menjalankan usahanya dengan tangannya sendiri dan beberapa karyawan yang ia rekrut. Menjelang kelahiran buah hatinya, Flora menyerahkan cafe itu pada Rose. Ia ingin Rose mengelolanya sampai ia pulih dan mampu mengambil alihnya kembali. Dan hari ini, hari di mana kedua buah hati Flora akan lahir ke dunia. Tidak hanya proses mengandung yang membuat Flora lemah tak berdaya. Namun, proses melahirkan pun sama. Jangan bilang seorang ibu yang melahirkan secara sesar bukan seorang ibu yang luar biasa atau bukan ibu yang sesungguhnya. Justru seorang ibu yang melahirkan secara sesar adalah seorang ibu yang sangat-sangat luar biasa. Karena tidak ada seorang ibu di manapun mereka berada, yang tidak ingin melahirkan secara normal. Namun, sudah kehendak sang pencipta lah yang menentukan. "Maaf, Pak, Bu. Kita bisa melihat bagaimana posisi kedua bayi yang tidak sesuai. Jadi saya sebagai dokter, menyarankan untuk melahirkan secara sesar," saran dokter setelah melakukan USG atau ultrasonografi. "Baik, Dok. Apa saja asalkan ibu dan bayinya selamat. Mau normal atau sesar, saya tidak masalah," jawab Rayyen sambil meremas telapak tangan Flora menguatkan. "Kau tidak perlu khawatir Al. Aku yakin semuanya akan baik-baik saja," ujar Rose sambil mengusap bahu Flora. Proses melahirkan bayi kembarnya tidak berjalan dengan lancar. Flora harus melakukan operasi sesar karena bayi dalam posisi sungsang. Karena dokter memang menyarankan, jadi itulah yang dapat Flora lakukan. "Sebelum melakukan operasi, saya akan melakukan konsultasi terlebih dahulu pada dokter spesialis anestesi. Dan sebelum itu, Ibu harus melakukan pemeriksaan darah terlebih dahulu," kata dokter kandungan. "Baik, Dok," jawab Flora. Sebelum menjalani operasi, Flora melakukan pemeriksaan darah. Agar dokter mengetahui kadar hemoglobin dan golongan darahnya. Tes golongan darah dilakukan sebagai persiapan apabila sewaktu operasi Flora membutuhkan banyak darah. Beberapa jam menjelang operasi, perawat menyarankan agar Flora berpuasa. Setelah beberapa jam, akhirnya Flora dibawa ke ruang operasi. Dan dalam waktu sekitar enam puluh menit, operasi pun berakhir. Terdengar suara tawa bayi yang menggema di ruang operasi. Seluruh isi ruangan merasa heran. Kenapa bukan suara tangis yang terdengar? Kenapa justru suara gelak tawa yang terdengar? Tanpa hilang rasa heran, seorang perawat mengumumkan jenis kelamin, waktu lahir, tinggi badan, dan beran badan kedua bayi yang baru Flora lahirkan. Sepasang bayi lahir ke dunia dalam keadaan sehat dan tanpa kurang suatu apapun. Flora tersenyum melihat sosok mungil di sebelah kanan dan kirinya. Ia merasa bersyukur karena saat itu Rayyen datang tepat waktu. Jika saja sahabatnya itu terlambat satu detik saja. Maka tidak akan ada Alma dan sepasang bayi kembar yang lahir ke dunia. *** Lima tahun kemudian, Flora menjadi sosok wanita cantik dan matang. Di usianya yang menginjak tiga puluh dua tahun. Ia menjadi pengusaha cafe sukses. Ia juga menjadi seorang ibu sekaligus seorang ayah bagi kedua anaknya. Dan semua itu berkat doa dan dukungan sahabatnya, Rayyen dan juga Rose. Hanya membutuhkan waktu beberapa tahun saja. Weeds Cafe mampu memiliki banyak cabang di beberapa tempat. Di mulai dari Bekasi, Bandung, Semarang, Surabaya, Jogjakarta, Pekanbaru hingga Bali. Dan saat ini, Weeds Cafe sedang membangun cabang baru di Lombok. Flora benar-benar menjadi wanita karir yang sukses. Ia menepati kata-katanya dulu, bahwa ia akan membangun cafe-cafe lainnya dan membuatnya jauh lebih besar daripada perusahaan ayahnya dulu. Ia menjadi ibu bagi kedua anaknya, sekaligus ibu dari Weeds Cafe dan cabang-cabangnya. Banyak sekali laki-laki yang mendekatinya. Namun dengan tegas, wanita itu menolaknya. Ia tidak membutuhkan sosok seorang suami. Meskipun ia tahu, bahwa kedua anaknya butuh sosok seorang ayah. Namun baginya, tidak ada cinta yang sempurna selain cintanya terhadap kedua anaknya. *** "Di sekolah banyak teman-teman ikut les beladiri loh, Bun. Apa boleh Jojo dan Jeje ikut les juga?" tanya Jojo sambil mengerjapkan matanya. Terlihat sekali bahwa pertanyaannya itu sebuah permohonan dan berharap sang ibu akan mengizinkannya. "Entahlah. Bunda takut kalian terluka kalau ikut les beladiri," sahut Flora mengusap puncak kepala kedua buah hatinya. "Ayolah, Bun. Kita ini sudah besar. Jadi Bunda tidak perlu khawatir. Kami bisa jaga diri ko," kata Jeje menimpali. Gadis kecil itu berusaha membujuk ibunya agar diizinkan. "Apa bunda bisa mempercayai kalian, hum?" tanya Flora menatap kedua buah hatinya bergantian. "Tentu saja bisa, Bun," jawab Jeje mantap. "Tapi kalian harus janji, kalian akan selalu baik-baik saja," tantang Flora. Ia tahu betul bagaimana sifat kedua anaknya. Mereka berdua selalu bersikap sembrono. "Janji!" sambung Flora mengangkat jari kelingkingnya yang kemudian disambut dua jari kelingking Jojo dan Jeje. "Jojo janji akan menjaga Jeje dengan baik," celoteh Jojo. Hal itu membuat kembarannya murka dan memukul kepalanya. Sepasang anak kembar ini terlihat sangat lucu dan menggemaskan. "Memangnya kau pikir kau siapa? Aku yang akan menjagamu dengan baik," balas Jeje berkacak pinggang. "Kau itu anak perempuan Jeje. Jadi sudah sepantasnya jika aku sebagai anak laki-laki untuk menjagamu," kata Jojo tidak mau kalah. "Sekali lagi kau bilang, habis kau," ancam Jeje mengepalkan tinjunya. "Jeje, Jojo, sesama saudara harus saling menyayangi. Bukannya malah bertengkar seperti ini. Kalian tahu bunda sangat tidak menyukainya?" protes Flora melerai perdebatan kedua anaknya. "Iya Bunda, maaf," lirih keduanya kemudian saling berpelukan. Flora selalu mengajarkan pada kedua anaknya agar saling berpelukan ketika mereka bertengkar. Sehingga membuktikan bahwa pertengkaran mereka sudah berakhir. "Nanti Papa Ray sama Mama Rose yang akan mendaftarkan kalian. Sekarang kalian cuci kaki, cuci tangan, dan ganti baju. Setelah itu ke meja makan dan makan siang," ujar Flora karena kedua buah hatinya baru saja pulang sekolah. "Baik, Bunda!" balas Jojo dan Jeje serentak. Kemudian mereka berdua berlarian menaiki anak tangga menuju kamar mereka. Setelah sampai di kamar, Jojo dan Jeje meletakkan tas mereka di tempatnya. Kemudian, mereka pergi ke kamar mandi untuk mencuci kaki dan tangannya. Setelah itu, mereka mengganti baju. "Jadi sekarang jelaskan padaku. Apa alasanmu memintaku untuk ikut les beladiri?" tanya Jojo melipat kedua tangannya di d**a mengintrogasi sang kembaran. "Kata Attar dan Yosi, sensei beladiri mereka tampan," balas Jeje sambil melipat kakinya. Gadis kecil nan cantik ini pengagum pria tampan. Jadi, ia tidak bisa melewatkan ketampanan bahkan meski satu pria pun. "Jadi kau ingin menjodohkan mereka?" tanya Jojo menelisik. "Tentu saja iya. Kau tahu, Bunda itu cantik. Dan aku ingin mencari suami yang tampan untuk Bunda," balas Jeje antusias. "Dengarkan aku baik-baik kembaranku, Sayang. Sudah berapa kali kau menjodohkan Bunda? Di mulai dari guru di sekolah, teman kerja Papa Rey, tetangga baru kita, bahkan supir bus jemputan kita pun kau jodohkan dengan Bunda. Apa kau tidak pernah memikirkan sekali saja perasaan Bunda? Mungkin Bunda memiliki alasan tersendiri, mengapa sampai sekarang lebih memilih sendiri daripada menikah dengan seseorang," ujar Jojo bersikap dewasa sebelum waktunya. Ia tahu pasti ada alasan yang tersembunyi di balik pilihan ibunya memilih untuk sendiri. "Lalu apa yang harus aku lakukan? Aku tidak tega jika harus melihat Bunda selalu menangis sendirian. Apa mungkin ayah pergi tanpa pamit? Bukankah Bunda bilang kalau ayah pergi jauh? Lalu ayah pergi ke mana? Kenapa sampai sekarang belum kembali?" Jeje bertanya tanpa henti membuat Jojo kelimpungan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD