IMPG-14

1469 Words
"Arrrgh! Dia pergi kemana sih?!" geram Ryeon dengan kesal.  Dag!  Dia menendang keras-keras bodi mobilnya. Dua orang di depannya kaget. Mereka berdua menunduk, takut pada atasan yang sekarang tengah marah.  "Saya tidak mau tahu, pokoknya kalian harus mencari tau keberadaannya!" titah Ryeon membentak seraya meunjuk kedua bawahannya itu.  "Ba--baik Bos!" seru dua orang itu dengan kompak. "Tunggu apa lagi, kenapa kalian masih berdiri di sini?" tukas Ryeon dingin.  Salah satu menegakan kepalanya. "Bos tidak ingin ikut?" Yang satunya memberanikan diri bertanya.  Menghela napas kasar. "Untuk apa aku menjadikan kalian bawahan jika aku harus turun tangan?" Perkataan itu diucapkan dengan nada pelan, tapi dua ajudan itu tahu jika Bos mereka sedang menyindir.  "Ba--baik Bos!" seru keduanya kompak. Mereka bergegas, tapi saat mereka akan masuk mobil, Ryeon meneriakinya.  "Kalian membiarkanku pergi dengan berjalan kaki huh?" Dua ajudan itu segera kembali lagi.  "Tap---"  "Kalian jalan, aku yang akan menggunakan mobil ini untuk mencari gadisku!" ucapnya posesif.  Mereka berdua mengangguk. Kontan berlari kompak menyusuri jalanan menjalankan tugas mereka.  Ryeon menjenggut rambutnya. Kemana sih gadis itu, mengapa pergi begitu saja tanpa izin atau pamit lebih dulu. Ah, Ryeon paham, ini karena ulah mulutnya yang tak difilter jadilah gadis itu marah padanya.  Tapi, kira-kira siapa yang menelpon Dae Eun Jung tadi, mengapa gadis itu terlihat buru-buru setelah menerima panggilan itu.  Ah entahlah, sekarang yang terpenting adalah ia harus segera mencari keberadaan Dae Eun Jung. Di manapun gadis itu, Ryeon harus menemukannya.  Sangat tidak akan tenang ia, jika Dae Eun Jung pergi begitu saja sebelum ia meminta maaf. Katakanlah gadis itu nanti pulang, tetapi tetap saja Ryeon akan sangat tidak tenang.  Cara apa yang harus ia lakukan?  Seketika ia ingat, percuma ia punya ponsel canggih jika tidak bisa digunakan. Dan yang lain, di sekitar sini atau lebih tepatnya setiap sudut jalanan pasti ada kamera pengawas. Ia bisa mencari tahu lewat itu. Ya, sepertinya begitu.  Untuk saat ini, sepertinya ia harus mencari tau keberadaan Dae Eun Jung lewat GPS. Ponsel gadis itu pasti bisa memberitahu Ryeon, bukan? Di dalam mobil, Ryeon tetap fokus meski sesekali melirik ponselnya. Ada titik terang di mana jalan-jalan yang di lewati Dae Eun Jung terlihat. Cukup berterimakasih pada aplikasi yang baru saja ia unduh ini.  Mobilnya berjalan pelan-pelan, ia menyusuri jembatan yang kanan kirinya sungai cukup besar. Sepi, karena mungkin kebanyakan orang sudah beristirahat. Biasanya, di pinggir jempatan akan ramai.  Sampai di pembelokan perempatan mobil Ryeon berhenti di pinggir jalan. Titik di mana menunjukan jalanan yang Dae Eun Jung lewati hilang. Ryeon terkejut, tidak mungkin gadis itu hilang begitu saja.  Di antara empat pembelokan ini, pastilah Dae Eun Jung masuk ke salah satunya.  Sebelah kirinya, ternyata jalan menuju pasar tradisional. Apa mungkin Dae Eun Jung ke pasar malam-malam begini? Siapa yang akan berjualan di jam seperti ini? Dan telepon yang diterimanya tadi seperti tak menunjukan kemungkinan itu.  Lalu jalanan di depan adalah jalanan menuju sekolah dasar sekaligus merupakan jalan raya. Apa mungkin Dae Eun Jung terus ke sana?  Lalu di sebelah kanannya adalah jalanan tanpa arah. Maksudnya, tidak ada nama tempat di situ. Dan sejauh Ryeon memandang, pinggir kanan kiri jalan hanyalah perkebunan tebu dan gandum yang tinggi-tinggi.  Mungkin itu jalan menuju ladang. Dan tak mungkin Dae Eun Jung pergi ke ladang saat malam begini.  "Hah, kau menyusahkanku, Eun," gumamnya pelan. Tanpa pikir lagi, Ryeon terus saja, barangkali Dae Eun Jung ingin kembali ke sekolah dasarnya.  *** "Baiklah, kuharap kalian segera menemukan targetnya," ucap Hyun Sik.  Keempatnya menghela napas. Mereka harus apa?  "Aku amatir dalam hal ini Hyun," tutur Dae Eun Jung, ia hanya ingin jujur.  Hyun Sik tersenyum. Ia paham Dae Eun Jung memang sangat amatir dalam hal ini. Kemampuan gadis itu juga sebatas membunuh target yang sudah ditentukan. "Aku paham."  Balgom menghisap puntung rokoknya, lalu menghembuskan asapnya. Yerome yang di dekatnya terbatuk-batuk kecil sambil mengibas-kibaskan tangannya, agar asap segera berlalu.  "Kau ini, jangan merokok saat kita rapat!" protes Yerome. Balgom tak mengambil pusing.  "Hyun Sik, ini kasus pertama dalam perjalanan kami bergabung denganmu. Maksudku, kasus di mana target tak memiliki gambar dan terlalu sulit untuk dicari."  "Benar," komentar Yerome setuju.  "Bagaimana kalau kita skip saja tugas itu dan kita melayani klien yang lain? Mencari target yang mudah saja?" saran Yerome dengan semangat.  Dae Eun Jung dan Balgom mengangguk antusias. Itu terdengar bagus dan masuk akal.  "Aku setuju," sahut Dae Eun Jung.  Menarik napas perlahan. Kedua tangannya terlipat di atas meja. "Kalian rupanya benar-benar amatir," celetuk Hyun Sik membuat ketiganya tak termasuk Jerome, menghentikan pergerakan mereka. Merasa tersinggung. Sudah jelas, pasti apa yang mereka katakan itu salah.  "Kalian harus tahu, aku tidak memberikan tugas kepada kalian begitu saja. Aku sudah menyusunnya sedemikian rupa dan klien kita ini memang sudah mendapatkan urutannya." Hyun Sik menjeda, mengambil kesempatan untuk meminum koktail dalam gelas kaca kecil.  Hyun Sik menambahkan, "Dan kalian tidak bisa seenaknya mencari klien lain. Jika cara kerja kalian seperti itu, maka organisasi ini akan hancur. Kita tidak boleh membuat klien kecewa atau tidak puas dengan kinerja kita," jelas Hyun Sik panjang lebar.  Mereka berempat hanya diam, mencerna apa yang Hyun Sik katakan. Perlahan mereka paham, Hyun Sik memang benar.  "Baiklah, rapat kali ini selesai."  *** Mereka keluar dari markas. Rapat sudah usai, Hyun Sik tidak mau tahu dengan alasan yang mereka berikan. Yang pasti, mereka harus segera mencari target agar mereka juga segera mendapat komisi. "Lalu, bagaimana ini? apa kita harus mencari target kita lebih dulu?" Pertanyaan Balgom membuat mereka bertiga semakin diam.  Bukan apanya, mereka saja tidak tahu harus mencari targetnya ke mana. Jika Jerome dan Balgom saja tidak tahu. Mereka itu yang paling diandalkan setelah Dae Eun Jung.  Kaki mereka tetap melangkah, meski pelan, tapi mereka tahu tujuan mereka ke mana. Yakni ke mobil mereka yang terparkir cukup jauh dari markas. Semula memang ada di markas tapi karena tim yang lain meminjam, akhirnya mobil dan motor Dae Eun Jung berpindah tempat.  Yerome berdecak. "Aku saja hampir tidak bisa berpikir. Ini misi tersulit," keluhnya, kemudian menendang botol kosong di depannya.  Tiba-tiba Dae Eun Jung berhenti, membuat ketiganya ikut berhenti lalu menatap gadis itu heran. "Ada apa?" tanya Balgom.  Jari telunjuk Dae Eun Jung terangkat di udara. Kedua alisnya bertautan. "Bukankah gambar di dalam berkas hanya kurang jelas?" Ia menoleh pada ketiga laki-laki di dekatnya. Meminta jawaban bahwa apa yang ia katakan memang benar.  Mereka mengangguk. "Dengan begitu, kita masih punya kesempatan untuk mencari tahu gambar itu kan?" sambungnya, membuat tiga laki-laki itu jadi serius mendengarkan penjelasannya.  Balgome melipat tangannya di depan d**a, Yerome mengusap dagunya dengan ibu jari dan telunjuk, sementara Jerome, laki-laki itu memasukan kedua tangannya ke dalam saku jaketnya. Mereka bertiga memikirkan apa yang Dae Eun Jung katakan. Itu benar, gambarnya hanya tidak jelas bukan sama sekali tidak ada.  "Sesuatu yang tidak jelas, bisa dicari tahu kejelasannya kan?" Balgom dan Dae Eun Jung menjentikkan jari tanda setuju. Jerome tetap diam, laki-laki itu memang selalu datar dalam situtasi apapun.  "Baiklah, kalau begitu, tugas awal ini kita serahkan pada...." Balgom memutar badannya, kini menghadap Jerome sepenuhnya. Dae Eun Jung dan Yerome juga ikut-ikutan. "Pada Jerome." Kedua tangan Balgome terjulur ke depan seolah menyambut Jerome.  Laki-laki itu menatap Balgom tak suka. Tanpa ditanya, mereka tahu, Jerome tidak suka pada hal yang dilebih-lebihkan seperti itu.  "Yap, kita berikan pada dia. Setelah itu, Balgom yang akan bertindak." Ketiganya mengangguk setuju terhadap ucapan Dae Eun Jung.  "Wah, sepertinya di sini hanya aku saja yang tidak terlalu penting," sedih Yerome.  Mendengar itu, Dae Eun Jung merangkul pundak Yerome. "Jangan berkecil hati, tanpa kau kita tidak akan bisa pergi ke tempat tujuan dengan aman. Memang banyak orang yang bisa mengendarai mobil. Tapi, tidak banyak yang bisa sepertimu," jelasnya. Balgom mengangguk setuju.  Tersenyum, Yerome balik merangkul Dae Eun. Juniornya ini, memang yang terbaik.  "Kalau begitu, Jerome yang akan bertindak duluan," ucap Dae Eun Jung. "Siapa kau, mengatur semuanya?" tukas Jerome dingin. Senyum yang semula terukir di bibir Dae Eun Jung sirna kemudian.  Matanya menatap tak suka pada lak-laki yang seenak jidat mengatakan hal itu. Dae Eun Jung berkacak pinggang. "Kau yang siapa? Mengapa kau tidak suka dengan apa yang kukatakan?" Dagunya sampai harus terangkat untuk membalas sengit perkataan Jerome.  Balgom dan Yerome sebagai pemisah keduanya hanya diam. Mereka sudah menerka, setelah ini pasti ada perang mulut yang berbahaya. Meski terkenal pendiam, semua perkataan Jerome yang dilontarkan selalu sarkartis.  "Aku anggota tim dan aku kontra terhadapmu."  Mengibaskan rambutnya dengan tangan. Bahunya terangkat acuh. "Aku tidak butuh responmu. Kau setuju ataupun tidak itu tidak masalah. Tapi yang jelas, kau harus mencari tahu siapa target kita lewat gambar itu." Dae Eun Jung mendengus setelahnya.  "Dan, sepertinya kau selalu kontra denganku," cibir Dae Eun Jung. Menarik napas lalu menghabiskannya kasar. Jerome semakin kesal karena Dae Eun Jung. "Bukan sepertinya, karena aku memang selalu kontra denganmu," geramnya tertahan. Tak habis pikir dengan gadis yang sok sekali ini.  "Sudahlah, kalian tidak harus ribut di sini."  "Jadi, kita akan menjalankan misinya di mana?" Balgom menambahi, ia meminta jawaban dari ketiganya.  "Bagaimana kalau di rumahku saja?" usul Dae Eun Jung. Tetapi, selalu saja Jerome yang menolak.  Menahan kesal, Dae Eun Jung menghembuskan napasnya pelan-pelan. Laki-laki datar satu itu memang tidak bisa profesional. "Tidak bisa kah kau lebih profesional?" tukasnya.  "Kenapa? Bukankah sudah kukatakan aku kontra terhadapmu!"  "Kau...," geram Dae Eun Jung tertahan.  "Sudahlah..., kalian ribut terus menerus," tegur Balgom. "Iya, jika ingin ribut pergilah di ranjang," timpal Yerome disambut tatapan tak suka dari Dae Eun Jung.  "Memang itu yang ingin kulakukan," ucap Jerome dingin.  "Apa?!" 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD