EPISODE-6

1434 Words
Mereka berempat, atau lebih tepatnya, Dae Eun Jung, Yerome, Balgom dan Jerome berdiri berjejer sambil menundukkan kepala mereka masing-masing. Bukan untuk berdoa, melainkan, untuk mendengarkan dengan hikmat omelan Hyun Sik yang ditujukan untuk mereka. "Berapa kali sudah kubilang? Kalian bertiga lupa atau memang sengaja mengabaikan semua perintahku?" Hyun Sik menukas. Ah, ini karena ide ceroboh milik Eun Jung. Andai saja ia tak membiarkan Yerome dan Balgom menyetubuhi mayat tadi. Pasti mereka tidak akan sampai dimarahi seperti ini. "Apa kalian tau? Kalian hanya akan mengulur waktu jika melakukan hal bodoh seperti tadi!!!" bentak Hyun Sik keras-keras. Pria itu, tanpa ikutpun akan selalu tau apa yang mereka lakukan. Hyun Sik seakan punya mata-mata. "Ma--maafkan kami, Hyun. Kami tidak akan mengulanginya lagi," jawab Yerome mewakili mereka berempat. Wajahnya terlihat takut. "Untuk Dae Eun Jung aku cukup memakluminya. Tapi kalian...." Hyun Sik menunjuk ketiga pria di samping Dae Eun Jung. "Kalian, para senior mengapa ceroboh sekali?!" omel Hyun Sik berlanjut. Tidak ada hal lain yang dapat mereka lakukan selain menunduk. "Dan kau Jerome! Mengapa menggoda Dae Eun Jung!!!" bentak Hyun Sik keras. Dae Eun Jung merasa di bela dan Jerome merasa kepergok. Bagaimana tidak, padahal ulahnya di mobil bersama Dae Eun Jung sebisa mungkin ditutupi serapat-rapatnya atau bisa dikatakan hanya mereka berdua yang tau. Dan lihatlah bagaimana Hyun Sik tau semuanya?! "Mianhae," ujar Jerome pelan, masih senantiasa menunduk. "Ingat! Ini kesalahan yang tidak dapat kalian lakukan lagi. Kalaupun sampai kalian melakukan hal seperti ini lagi. Maka, jangan harap kalian masih bisa bergabung dengan TDOH," tutur Hyun Sik tegas. Itu peringatan untuk keempat anggotanya. Hal seperti itu, jika diulangi lagi, tidak akan ditolerir lagi. "Lalu, bagaimana dengan bayaran ku, Hyun?" "Kau tetap akan mendapatkannya. Tapi, tidak full." "Mengapa begitu? Aku melakukan pekerjaanku!" protes Dae Eun Jung. Ketiga pria di sebelahnya hanya bisa diam. Tidak berani membela Dae Eun Jung. Mereka bertiga sudah tau, kosenkuensi yang akan didapat Dae Eun Jung. Karena mereka pernah mengalaminya. "Kau sudah melakukan kesalahan, jadi jangan harap kesalahanmu bisa aku toleransi," sahut Hyun Sik santai. "Tapi kau bilang, kau memaklumiku!" Lagi-lagi Dae Eun Jung menyuarakan protesnya. Hyun Sik berdiri dari duduknya. Menghisap batang rokok dan kemudian menghembuskan asap yang mengepul. "Aku memaklumimu, bukan berarti aku tidak memotong bayaranmu." Dae Eun Jung mendengkus. "Berapa banyak?!" "Seperlima, hanya itu. Jadi, kau tidak perlu khawatir. Minggu berikutnya aku akan memberimu tugas lagi." Dae Eun Jung mengulurkan tangannya. "Lalu, mana bayaranku? Aku membutuhkannya untuk membeli makanan malam ini," pinta Dae Eun Jung ketus. Masih kesal dengan Hyun Sik yang semaunya saja memotong bayarannya. Padahalkan, rencana yang ia lakukan hanya untuk melindungi organisasi ini. Bayangkan saja, jika model itu hanya dibunuh begitu saja. Pasti polisi akan mencari pelakunya tanpa menetapkan terduga. Ayolah, intinya apa yang Dae Eun Jung lakukan untuk melancarkan aksinya. Agar aksinya itu tidak meninggalkan jejak. Bukankah, Hyun Sik suka dengan caranya? "Bayaranmu akan kuberikan besok." "Mengapa besok!!" Dae Eun Jung semakin protes. "Sampai berita tentang kematian wanita itu keluar," bisik Balgom yang berada di sebelahnya. Payah! Kalau begini caranya, ia tidak akan bisa makan makanan yang enak malam ini. Tidak mungkin, ia berburu hewan lagi kalag "Tidak bisakah kau memberikanku setengahnya saja dulu?" bujuk Dae Eun Jung. Hyun Sik menggeleng. Ketiga pria di dekat Dae Eun Jung saling tatap dan meringis. Merasa kasihan pada gadis yang baru mereka kenal. "Bagaimana kalau seperempat?" Hyun Sik kembali menggeleng. Gadis dengan hoodie hitam itu menghela napas pelan. "Seperenam?" "Sudah jelas bukan? Bayaranmu akan keluar besok. Apa kau mau karena ketidaksabaranmu ini akan membuatmu tak dibayar?" Lagi-lagi, Dae Eun Jung mendengkus. Ia pikir, akan langsung digaji. Rupanya masih menunggu. Mereka berempat akhirnya keluar dari ruangan Hyun Sik. Dan kembali ke mobil Van yang merupakan mobil tim mereka. Ya, di The Darkness Of Heaven yang berada di Seoul ini memiliki 10 tim. Di Korea Selatan, sekitar 100 tim tersebar di setiap pula. Dan salah sepuluh timnya, diketuai oleh pendiri TDOH. Yakni Hyun Sik. Dengan perasaan kecewa, Dae Eun Jung melangkah malas-malasan. Kepalanya menunduk, malam ini tidak ada harapan. Mau makan apa dia? Sedangkan bayarannya saja ditunda terlebih lagi dipotong. "Yak! Ada apa denganmu?" tanya Balgom, menyenggol lengan Dae Eun Jung. "Ck! Tak bisakah kau tidak menggangguku. Aku sedang tidak mood untuk diganggu!" kesal Dae Eun Jung pada Balgom. "Hish! Kau ini perempuan atau apa," goda Balgom. "Jerome, kau harus membelikannya makanan untuk malam ini," perintah Yerome pada Jerome. "Untuk apa? aku hampir saja dikeluarkan oleh Hyun Sik karena dia," jawab Jerome santai. Pria itu lalu masuk ke dalam mobil. "Yak!" omel Yerome tidak suka. "Sudahlah, kalian pulang saja. Aku akan mencari makananku sendiri. Bahkan sebelum aku gabung dengan Hyun Sik aku selalu mencari makananku sendiri," ujar Dae Eun Jung pasarh. Balgome dan Yerome jadi merasa bersalah. Andai saja, mereka tidak tergoda pada mayat. Pasti Dae Eun Jung tidak akan menjadi korban. "Maafkan kami," kata Balgome mewakili mereka bertiga. "Sudahlah, tidak apa-apa." "Kalau boleh tau, apa yang kau lakukan dengan Jerome di dalam mobil? " tanya Yerome teramat ingin tau sampai-sampai laki-laki itu maju mendekati Dae Eun Jung. "Yak! Kalian, itu privasi!" kesal Dae Eun jung mendorong bahu Yerome. Yerome memutar bola matanya malas. "Haiss, kau ini!" "Ya sudah. Kita pulang dulu, kau yakin tak ingin diantarkan?" tanya Balgome. Dae Eun Jung menggeleng. "Baiklah, kita pulang," pamit Blagom. Dae Eun Jung melangkah lagi, hoodie hitam yang digunakannya ini cukup menghangatkannya di malam dingin seperti ini. Perutnya terasa keroncongan. Bayangkan saja, seharian hanya makan bersama Kang Dae tadi pagi. Sepeserpun ia tidak punya uang. Dan perjalanan menuju rumahnya, cukup jauh. DUG! "Aww!" pekik Dae Eun Jung sambil memegangi dahinya. Segera Dae Eun Jung mendongak. Seketika dia diam. Saat di depannya sosok yang pernah ia lihat. Itu laki-laki yang memberinya uang tip berlebih. Tapi sayangnya uang tip itu susah habis. Astaga tampan sekali pria di depannya ini. "Maaf aku..., Hei, kau gadis yang mengantar makanan kan?" seru laki-laki itu terlihat senang. Eh! Baru kali ini ada yang mengenalinya. "Ah, iya!" jawab Dae Eun Jung canggung. "Kau, sendirian malam-malam begini, apa yang kau lakukan?" tanya laki-laki itu lagi. Astaga, laki-laki itu sungguh ramah. Siapapun yang menjadi kekasihnya pasti akan sangat senang. "Hmm, hanya sekadar berjalan-jalan," jawabnya. "Malam hari begini?" Dae Eun Jung mengangguk. "Waah, kau sepertinya gadis yang berani ya?" "Hahaha, tidak juga. Hanya saja, aku suka suasana malam hari." Mereka berdua mulai menggobrol santai. "Siapa namamu?" tanya laki-laki itu membuat Dae Eun Jung terkejut. Apa benar laki-laki itu menanyakan namanya?!!! Hati Dae Eun Jung berbunga setelah sekian lama suram. "Dae Eun Jung mengulurkan tangannya. "Aku Dae Eun Jung," jawabnya. Laki-laki itu tersenyum. "Nama yang bagus. Aku Ryeon Ha-Joon. Panggil saja, Ryeon." Dae Eun Jung menarik tangannya, meski sebenarnya sangat nyaman memegang tangan lembut seperti milik Ryeon. Ia saja perempuan tangannya kasar. "Di mana rumahmu?" tanya Ryeon. "Di..., sana," tunjuk Dae Eun Jung lurus ke depan. Tentu hal itu membuat Ryeon terkekeh. "Kau mau kuantarkan?" Dae Eun Jung memerhatikan ke sekeliling. Tidak ada apapun. Maksudnya, Ryeon tidak membawa kendaraan lalu dengan apa laki-laki ini akan mengantarkannya. "Ah iya aku lupa, supirku sedang membeli sesuatu. Mau tidak jika aku mengantarkan mu sampai rumah tapi dengan berjalan kaki?" tawar Ryeon. Berjalan kaki? Di malam hari begini? Berdua? Waow!! Romantis bukan? Dae Eun Jung mengangguk malu-malu. "Boleh," jawabnya, aura kesenangan menyelimuti nadanya. Mereka berdua akhirnya berjalan beriringan. "Kau kerja atau?" "Aku mahasiswi," jawab Dae Eun Jung. "Oh ya? Berarti kita sama, hanya saja aku baru saja pindah dari Jerman. Dan akan melanjutkan kuliahku di sini." "Mengapa kau pindah? Bukannya di Jerman Universitasnya bagus?" Jika dilihat-lihat, Ryeon memang bukan laki-laki sembarangan. Laki-laki tampan ini, memang sepertinya anak orang kaya. Ah! Hampir lupa, rumahnya saja besar sekali. Sepuluh kali lipat rumah Dae Eun Jung. "Jika aku terus-terusan kuliah di sana, aku tidak akan bisa memacari gadis Korea," jawab Ryeon sukses membuat Dae Eun Jung tersedak air liurnya sendiri. Boleh tidak, kalau ia ingin jadi gadis yang dipacari oleh Ryeon?!!! "Begitu, ya?" balas Dae Eun Jung apa adanya. Ia tidak mau terlihat terlalu mengejar Ryeon. Malam ini, hembusan angin serta suasana malam menjadi saksi bisu pertemuan mereka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD