Suami istri

1631 Words
Pak Raharjo meninggal dunia sudah lebih dari empat puluh hari, namun keluarganya masih tetap merindukannya dan juga merasa pak Raharjo masih berada didekat mereka. Terutama Bu Indah yang semakin ikhlas dengan kepergian suaminya. Walau dirasa awal kematian pak Raharjo membuat Bu Indah kaget dan tidak bisa menerima kenyataannya, namun kini Bu Indah sudah ikhlas dan pasrah setelah lebih dari empat puluh hari ditinggalkan sang suami. Bu Indah berharap sebelum kematiannya menyusul pak Raharjo, Bu Indah masih bisa melihat seorang cucu yang nantinya menjadi anak Candra. Bu Indah belum mengerti bahwa sejak awal menikah sampai sekarang Candra dan Wulan belum melakukan hubungan suami istri terlebih saat Candra akan melakukannya, Wulan masih dalam keadaan datang bulan. Seharian tadi Candra yang agak lelah karena baru memulai usaha pun malam ini tidur terlelap setelah seharian ini berkeliling jualan ayam goreng buatannya. Malam ini pukul sembilan malam Candra sudah lelap tertidur. Berbeda dengan Wulan yang masih sibuk dengan laptopnya ditemani oleh nyamuk yang terbang kesana kemari diatas kepalanya. Mulai malam ini juga Ade menginap dirumah Candra. Candra merasa kasihan dengan anak itu dan menyuruhnya pindah kerumahnya karena besok Candra dan Wulan akan tinggal bersama dirumah pak Cokro. Sementara ini Ade tidur diruang tamu dengan beralaskan kasur lipat yang telah usang termakan oleh waktu. Walau Ade tidur diruang tamu, namun Ade terlihat lelap berada disana karena seharian tadi juga berkeliling berjualan ayam. Wulan berniat untuk mengangkat Ade menjadi adiknya agar Ade melanjutkan pendidikannya kembali. Namun Wulan belum membahas masalah ini bersama dengan Candra. Wulan ingin agar Ade bisa bersekolah lagi karena hanya pendidikan lah yang bisa menolong Ade. Karena Ade yang paling terkecil diantara karyawan lainnya, Wulan merasa bahwa Ade bisa menjadi orang yang sukses. Setelah Wulan bekerja dengan laptopnya, Wulan melihat-lihat sekolah terbagus di SMA yang tak jauh dari rumahnya. Paling tidak jika Ade mau, Wulan bisa memasukkan Ade di sekolah itu. Setelah puas melihat laptopnya dan dirasa mengantuk, Wulan pun tidur disamping suaminya dengan tidur menghadap kearah suaminya. Wajah Candra yang tampak lelah terlihat disana, Wulan pun mencium pipi Candra lembut dan kemudian memejamkan matanya. Sebelum tidur Wulan selalu berdoa dan bersyukur karena dirinya hidup di keluarga yang berkecukupan dan sekarang pun dirinya menikah dengan orang yang ia cintai dan mencintai. Baru saja terlelap tidur, Candra bangun pukul tengah malam. Candra melaksanakan shalat sunah setelah itu rasanya Candra ingin sekali melepas hasratnya yang selama ini sudah terpendam. Candra ingin membangunkan Wulan, namun Candra merasa kasihan setelah melihat wajah polos Wulan saat lelap tertidur. Candra lalu menciumi pipi istrinya. Tak sengaja Wulan pun bangun dan membuka matanya, “mas..., Kok tidak tidur?” tanya Wulan yang segera duduk saat melihat suaminya bangun tengah malam. Candra hanya tersenyum sambil menatap tajam wajah istrinya. “Mas..., Ayo tidur lagi,” ajak Wulan yang segera membaringkan tubuhnya kembali. “sebentar...,” ucap Candra sambil memegang tangan Wulan. Wulan pun membuka matanya kembali dan menatap mata Candra. Wulan tahu kalau malam itu Candra ingin meminta haknya sebagai seorang suami. “Baiklah...., Mau sekarang?” tanya Wulan. Candra hanya mengangguk pelan. Wulan lalu tersenyum saat baru saja melihat anggukan suaminya itu. Wulan lalu mencium bibir suaminya, melumatnya dengan mata terpejam. Walau malam itu cuaca sangat dingin, tapi Candra dan Wulan nampak berkeringat setelah saling berciuman satu sama lain. Malam itu adalah malam pertama bagi Candra dan Wulan. Sudah lama Candra menahan hasrat itu karena banyak hal yang membuat mereka mengesampingkan hubungan suami istri, namun sekarang tidak lagi. Hasrat Candra tak terbendung lagi dan ingin menggauli istrinya yang sangat ia cintai itu. Candra dan Wulan saling menyentuh satu dengan yang lainnya. Candra juga memainkan lembut kedua bukit milik Wulan. Walau daerah itu kecil, namun sangat padat dan bisa memuaskan hasratnya. Saat Candra mengulum ujungnya, suara lenguhan Wulan terdengar ditelinga Candra. Candra pun semakin semangat mendengar desahan istrinya. Walau pelan tapi nampak jelas istrinya menahan kenikmatan yang dibuatnya. Candra lalu membuka celananya, tampak alatnya sudah mengeras dan siap untuk bertempur tengah malam ini. Candra perlahan mulai mengarahkan alatnya untuk masuk kedalam alat Wulan. Terasa sangat sempit memang, bahkan Candra melihat wajah Wulan seakan tak nyaman dengan apa yang dilakukannya. Belum juga masuk, Wulan sudah memperlihatkan wajah kesakitannya. Candra yang melihat hal itu pun memundurkan lagi alatnya. “aku tak ingin menyakitimu, kalau kau belum siap, aku akan menunggu waktu itu.” Ucap Candra yang kembali menjatuhkan tubuhnya diatas kasur reyot itu disamping istrinya. Wulan lalu berbicara lembut kepada suaminya, “mas...., Aku sudah siap sejak pertama kita menikah, aku juga sebisa mungkin menahan rasa sakit itu.” Ucap Wulan lembut sedikit berbisik. Wulan takut jika ada orang yang mendengar percakapan mereka, lagi pula kini sudah ada penghuni baru dirumah mereka. “Kita coba sekarang saja mas....,” bisik Wulan. Mendengar ucapan istrinya yang sudah siap, Candra pun lalu duduk lagi dan memulai lagi. Perlahan Candra mengarahkan alatnya dan mulai memasukkannya. “aahh....,” suara desahan keluar dari mulut Wulan. Candra pun masih memperhatikan wajah istrinya yang sedang memejamkan matanya. Terasa sempit saat alat Candra ingin masuk kedalam alat Wulan, namun Candra tetap berusaha. Alat kepalanya yang sudah berhasil masuk pun membuat Wulan meneteskan air matanya. Melihat hal itu tentu Candra merasa tidak tega dan mencabut alatnya kembali. Wulan lalu membuka matanya, “kenapa mas?” tanya Wulan yang tampak heran dengan suaminya. “Aku tidak tega melihatmu menangis seperti itu.” Ucap Candra polos. Wulan lalu tersenyum dan menarik lembut kepala suaminya yang masih berada diatas tubuhnya. “Mas..., Lakukan sekarang yaa...,” ucap Wulan sambil mencium bibir suaminya. Saat itu pula Candra mencoba lagi memasukkan alatnya dan bles, alat Candra berhasil masuk kembali kedalam alat Wulan. Wulan semakin b*******h dan liar, hal itu terlihat dari Wulan yang semakin bernafsu mencium bibir suaminya. Perlahan Candra memaju mundurkan alatnya kedalam alat istrinya yang terasa masih sangat sempit. Wulan pun menahan kesakitannya. Wulan tak bisa lagi membendung desahannya. Wulan merasakan sakit dan nikmat secara bersamaan. Walau malam itu terasa dingin, namun tidak berlaku bagi Wulan dan Candra, mereka berdua berkeringat malam itu. Candra semakin semangat memaju mundurkan alatnya dan semakin mempercepat gerakannya, hal itu membuat Wulan semakin mendesah dan tidak peduli lagi apakah ada orang yang mendengar mereka melakukan hubungan itu. “ah...., ah...., ah.....,” hanya suara itu yang keluar dari mulut Wulan saat Candra melepas ciuman bibirnya. Mendengar istrinya mendesah, hal itu tentunya menambah semangat Candra untuk semakin cepat memainkan alatnya. Candra yang tak bisa lagi menahan rasa nikmatnya pun akhirnya mengeluarkan cairan alami yang keluar dari dalam alatnya. Candra semakin mendorong alatnya sampai benar-benar tak terlihat batangnya dan mendesah disalah satu telinga Wulan, “ah..., ah....,” suara desahan Candra terdengar jelas ditelinga Wulan. Walau sudah mengeluarkan cairannya didalam alat Wulan, Candra belum mencabutnya dan masih menindih tubuh istrinya. Wulan merasakan kehangatan pada alatnya. Candra pun lemas setelah mengeluarkan cairan itu. Wulan melihat jam dinding dan ternyata mereka baru saja bermain hanya satu jam lamanya. Candra mencabut perlahan alatnya kemudian berbaring disamping istrinya. Candra seakan lemas dan tak berdaya, sementara Wulan hanya tersenyum melihat wajah suaminya yang sedang berkeringat. Wulan lalu menghapus air matanya dan mulai mengelap sisa cairan Candra yang masih menempel pada alatnya. Saat Wulan ingin kekamar mandi, Wulan merasa alatnya perih seperti ada robekan disana. Terlihat wajah Wulan meringis kesakitan dan kembali untuk duduk lagi diatas kasurnya. Candra yang melihat istrinya seperti itu pun lalu bertanya, “ada apa sayang?” tanya Candra sedikit ketakutan. “sakit mas...,” jawab Wulan singkat. Terasa panas dan juga perih, itulah yang pertama kali Wulan rasakan setelah melakukan hubungan badan dengan suaminya. Candra lalu bangun dan mengambil dress yang ada didalam lemari agar Wulan agak nyaman. “mas..., Aku ingin kekamar mandi, tapi aku tidak kuat berjalan.” Ucap Wulan. Setelah Wulan memakai pakaiannya, Candra pun lalu membopong istrinya menuju kekamar mandi. Mereka perlahan keluar dari kamarnya agar tak ada orang yang mendengarnya. Sampai dikamar mandi, Wulan pun jongkok karena rasanya ingin sekali kencing. Saat air kencing keluar dari alatnya, Wulan semakin merasa perih dan segera mengguyur alatnya dengan air sebanyak-banyaknya. Wulan pun meneteskan air matanya menahan rasa pedih yang ia rasakan. Candra merasa bersalah setelah melakukan hal itu dan selalu meminta maaf kepada Wulan. Wulan tetap berusaha menghapus air matanya dan tak ingin memperlihatkan rasa kesakitannya kepada suaminya itu agar Candra tak merasa bersalah. Candra kembali membantu Wulan masuk kedalam kamarnya lagi. “sayang..., Hari ini istirahatlah,” ucap Candra. Wulan hanya mengangguk sambil duduk. Candra dan Wulan pun sepakat untuk hari ini masih tinggal didalam rumahnya karena Wulan hari ini tak ingin keluar kamar. “kalau ibumu tanya, bilang saja aku sakit mas. Aku malu jika ada orang melihatku dalam keadaan seperti ini.” Ucap Wulan. Walau Wulan merasa kesakitan, Candra pun tersenyum karena istrinya itu telah memberikan mahkotanya kepadanya. Candra tak menyangka jika istrinya itu masih perawan setelah bertahun-tahun pernah tinggal di Amerika. “terima kasih ya...,” ucap Candra sambil mengecup pipi istrinya. Wulan tak menjawab, tapi Wulan seakan penasaran dengan suaminya yang tampak tersenyum senang setelah melakukan itu, “mas..., Apa kau tak merasakan sakit seperti aku?” tanya Wulan. Candra pun menggeleng, “aku malah merasakan enak.” Ucap Candra masih dengan senyumnya. “kenapa malah wanita yang merasakan sakit ya mas..., Lalu kenapa orang di Amerika sana malah menyukai seks bebas?” tanya Wulan. “Sakitnya hanya sementara sayang, nanti juga lama-lama kau akan menikmatinya.” Ucap Candra. “aku tidak mau lagi melakukan ini!” ucap Wulan. Candra tahu bahwa istrinya itu masih trauma dengan rasa sakit yang baru saja terjadi kepadanya. Candra memaklumi akan hal itu. Setelah sukses melakukan hubungan intim itu, Candra pun kembali tidur sementara Wulan masih terjaga sambil menahan rasa perih pada alatnya. Wulan tak habis pikir dengan wanita yang mau melakukan dengan teman-temannya dan menjadikan seks sebagai kebutuhannya. Baru sekali saja Wulan sudah merasakan kesakitan yang sampai membuatnya menangis, apalagi jika melakukannya berkali-kali. Wulan seakan terbebani dengan pernikahan ini. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD