Walau Wulan kini tinggal dirumah mertuanya, Wulan sering menemui kedua orang tuanya setiap hari. Wulan mengatakan ia akan sering berkunjung kerumah orang tuanya atau nanti akan tetap tinggal bersama dengan kedua orang tuanya setelah keadaan Bu Indah sudah membaik. Pak Cokro dan Bu Sekar menyetujui akan hal itu, lagi pula Wulan juga setiap hari menemui kedua orang tuanya. Hanya saja Wulan tidak tidur dirumah kedua orang tuanya sementara waktu ini. Setiap malam, saat menjelang tidur, Wulan selalu tidak nyaman karena suara nyamuk selalu mendengung di telinganya. Candra yang merasa tidak enak akan hal itu pun setiap malam mengipasi Wulan sampai Wulan bisa tertidur lelap. Setelah Wulan tertidur, Candra pun mengoles lotion anti nyamuk pada kedua tangan dan kaki Wulan karena Wulan tidak suka memakai lotion penolak nyamuk, jadi Candra mengolesnya saat Wulan tertidur. Setelah Wulan tidur, baru Candra akan tidur dengan menatap wajah istrinya. Candra lalu mengelus pipi Wulan dan berkata, “maafkan aku ya sayang, setelah kita menikah, kau yang awalnya menjadi putri raja pun kini menjadi orang biasa setelah menikah denganku.” Ucap Candra dihadapan Wulan yang sedang tertidur lelap.
Candra sangat sabar menunggu Wulan sampai selesai datang bulan. Candra sudah berjanji kepada dirinya bahwa dia tak akan membuat Wulan merasa tersiksa atau tidak nyaman setelah menikah dengannya. Wulan pun sangat senang walau hidup sederhana bersama dengan Candra. Setiap pagi Bu Indah yang memasak karena Wulan belum terbiasa memasak dipagi hari. Bukan hanya karena tidak terbiasa, Wulan juga agak bingung karena dirumah Candra yang tersedia hanya bahan apa adanya. Tidak seperti dirumahnya yang selalu tersedia makanan apapun. Walau begitu Wulan tak pernah membandingkan rumahnya dengan rumah yang kini ia tinggali bersama dengan suaminya itu. Walau kini Wulan tinggal dirumah sederhana itu, Wulan tetap bahagia karena setiap hari bisa bersama dengan orang yang ia cintai. Wulan juga sangat suka tinggal bersama dengan Bu Indah. Perhatian Bu Indah terhadapnya tak membuat Wulan kehilangan sosok ibunya dalam dirinya. Bahkan Bu Indah sangat memperlakukan Wulan dengan sangat baik. Bu Indah juga sangat menyayangi Wulan karena Wulan adalah orang yang paling berjasa dalam hidup Bu Indah.
“Wulan..., Hari ini mau makan apa nak?” tanya Bu Indah. “Apa saja Bu..., Semuanya Wulan bisa makan.” Ucap Wulan sembari melempar senyum. “Ibu ini terkadang bingung mau masak apa, ibu tidak tahu kamu suka makanan apa.” Ucap Bu Indah. “Saya tidak mempunyai makanan favorit Bu, semuanya saya doyan.” Ucap Wulan. Wulan memang sengaja tak mengatakan makanan kesukaannya kepada Bu Indah karena Wulan tahu apa yang menjadi kesukaannya adalah makanan mahal yang tentunya akan merepotkan Bu Indah saja.
Setelah dirasa Bu Indah cukup baik, Candra pun mengajak Wulan untuk tinggal lagi dirumahnya. “Wulan..., Kita tinggal saja dirumahmu ya, aku kan juga akan tetap menemui ibuku saat aku sudah bekerja kembali.” Ucap Candra. “aku masih belum bisa meninggalkan Bu Indah tinggal sendirian disini mas...,” jawab Wulan. “Tenang saja Wulan, aku punya lima anak buah, dan mereka juga sudah dianggap sebagai anak oleh ibuku sendiri. Aku menyuruh mereka untuk tinggal disini.” Ucap Candra. “tapi mas..., Bagaimana dengan ibu?” tanya Wulan. “Iya Wulan, ya memang tidak semua, tapi mereka ada yang hidup sebatang kara disini dan usianya juga masih sangat muda, belum ada tujuh belas tahun, nanti biar dia yang tinggal dikamarku.” Ucap Candra. Wulan belum yakin karena Wulan juga sama sekali belum mengenal salah satu karyawan yang akan tinggal dirumah Candra itu. Wulan selalu waspada dan tidak mudah percaya kepada orang lain. “Kita harus tetap disini sebelum aku mengenal orang yang akan tinggal disini bersama ibu.” Ucap Wulan bersikeras. Candra pun tersenyum melihat wajah imut istrinya itu dan berjanji akan mengenalkan Wulan kepada para karyawannya.
Bu Indah sendiri memang menyuruh Wulan agar tinggal dirumahnya sendiri. Bu Indah tak ingin membuat Wulan tersiksa saat tinggal dirumahnya yang kecil dan banyak nyamuk. Bu Indah juga tak bisa memasak seperti para pembantu Wulan. Memang harus Candra lah yang mengimbangi Wulan agar Wulan tetap nyaman bersamanya. Tapi tetap saja ada omongan tetangga yang tidak enak hinggap di telinga Bu Indah seperti Candra yang ingin hidup enak dan lain sebagainya. Bu Indah tetap kebal walau banyak tetangga yang mengatakan hal itu. Bukan hanya Bu Indah, Candra juga mendengarkan hal yang sama, namun Candra tetap sabar dan tidak menghiraukan perkataan buruk mereka terhadap Candra.
Pagi-pagi sekali saat Wulan belum terbangun dari tidurnya, Candra pun sudah bangun dan juga sedang menyiapkan ayam potong untuk digoreng pagi ini. Saat itu pula kelima karyawannya pun datang dirumah Candra untuk membantu Candra menggoreng dan menjualkan ayam-ayam itu. Mereka sangat antusias bisa berjualan kembali setelah sempat vakum selama beberapa lama semenjak pernikahan Candra dan kematian pak Raharjo. Pagi-pagi sekali Bu Indah juga sudah bangun karena Bu Indah harus menyiapkan teh hangat dan beberapa potong kue untuk para karyawan Candra agar perutnya keisi sebelum bekerja. Mereka menggoreng ayam sambil bercanda, namun Bu Indah memperingatkan mereka bahwa menantunya sedang tertidur. “Anak-anak..., Rumah kita ini sempit, menantuku sedang tertidur, pelankan sedikit suara kalian.” Ucap Bu Indah sambil tersenyum. “Oh iya..., Ada nyonya yang masih tertidur.” Ucap Ade. Add adalah karyawan termuda yang bekerja dengan Candra. Ade juga yang berniat untuk tinggal bersama dengan Bu Indah saat ini. Ade adalah seorang remaja yang harusnya masih sekolah tapi ia tidak sekolah karena tak punya biaya untuk melanjutkan pendidikannya. Ade tidak punya rumah, tidak tahu keluarganya dan tidak mempunyai kedua orang tua. Ade selama ini tidur di masjid tak jauh dari kampung Candra.
Wulan yang pagi itu mendengar keributan pun bangun dari tidurnya. Wulan juga tampak kaget karena suaminya tidak ada disampingnya. Perlahan Wulan berdiri dari ranjang reyotnya yang berdecit itu. Wulan berjalan keluar kamarnya menuju pusat suara ramai yang semakin terdengar jelas. Bu Indah yang melihat Wulan hampir memasuki dapur pun menyapanya, “Wulan.. , kenapa pagi-pagi sekali sudah bangun? Apa kau terganggu akan anak-anak ini?” tanya Bu Indah. Wulan menggeleng seraya mengusap matanya agar bisa melihat dengan jelas. “Hmmm...., Tidak Bu..., Wulan hanya penasaran, ada apa didapur sepagi ini.” Ucap Wulan. Candra yang saat itu sedang mengadoni tepung terigu pun lantas berdiri dan menghampiri istrinya. Candra mengajak Wulan untuk duduk diruang tamu. “Maafkan aku Wulan, karena kami kau jadi terganggu saat kau tertidur.” Ucap Candra lembut. Wulan hanya tersenyum, “tidak..., Tidak masalah, kenapa kau tidak memberi tahuku kalau kau akan memulai usahamu pagi ini?” tanya Wulan. “Sebenarnya semalam aku ingin memberi tahumu, tapi aku lupa.” Ucap Candra sambil tersenyum. “lalu apa yang harus aku lakukan?” tanya Wulan. “Tidak ada..., oh iya, aku akan mengenalkanmu kepada Ade, remaja yang akan tinggal dikamarku ini.” Ucap Candra. Wulan pun ikut dengan suaminya kedapur, barangkali ada yang bisa Wulan bantu meski Wulan tak tahu apa yang harus dilakukannya.