Pernikahan?

1079 Words
Orang berpikir bila semua pernikahan adalah sesuatu yang abadi. Hubungan yang akan terus mengikatmu dengan orang yang kau cintai. Kau pikir, menikah adalah akhir dari segala hal yang kau inginkan di dalam hidup ini. Orang-orang selalu ingin memiliki akhir yang sama dari kisah cinta mereka, menikah, memiliki anak-anak yang menggemaskan, dan hidup bahagia untuk selama-lamanya. Hal yang tentu saja, hanya ada di dunia dongeng, tempat di mana semua hal akan selalu berakhir dengan bahagia dan selamanya adalah kata yang terdengar wajar. Pernikahan tak seperti apa yang orang pikirkan. Sebuah hubungan yang selalu diisi dengan kesenangan semata. Beberapa orang yang sudah menikah kerap merasa jika hubungan itu mulai terasa salah. Beberapa orang akan bertahan dan memperbaiki. Beberapa orang lagi akan pergi dan meninggalkan pernikahan yang tak menyenangkan itu. Banyak alasan orang-orang berselingkuh. Mulai dari; bosan, terpikat dengan yang lebih cantik, masalah ekonomi, ataupun tidak adanya keturunan. Tentu saja, kau akan selalu menemukan alasan untuk berselingkuh. Itu sudah tertanam di dalam benakmu, bila setiap manusia ingin terlihat baik dan juga sempurna, hingga mereka selalu saja memiliki alasan untuk membenarkan apa yang mereka lakukan. Ironis, namun begitu lah manusia dan perasaan yang dengan mudahnya berubah. Ayu mengumpulkan para pengacara keluarganya di sebuah restoran begitu dirinya merasa tenang setelah memergoki langsung perselingkuhan suaminya. Ayu memang sakit hati dan juga hancur, akan tetapi dia paham, bila orang seperti Lian tak pantas terus-terusan ditangisi. Ayu sudah menyusun semua rencananya dengan baik begitu tahu suaminya berselingkuh dan inilah saatnya ia menjalankan semua rencananya tersebut. Ia tak ‘kan membiarkan Lian bahagia. Di dalam ruang VIP restoran Jepang. Percakapan itu terjadi. Tentang Ayu yang mengambil alih semua yang diberikannya pada Lian, saham perusahaannya. Dia memang gadis bodoh. Ia kini tahu bila Lian menikahinya karena harta dan Ayu menerima pinangan pria itu karena cinta. Bila taka da lagi cinta, maka Ayu akan mengambil alasan pria itu menikahinya, sebagaimana pria itu mengambil dan menghancurkan semua cinta yang ia berikan. Ayu bukan wanita bodoh. “Aku memberikan saham sebanyak dua puluh persen pada suamiku saat kami menikah.” Tiga orang pria paruh baya itu menatap ke arah Ayu. Jika orang di luar sana melihatnya, mereka pasti iri dan ingin berada di posisi Ayu. Kaya, cerdas, cantik, dan memiliki suami yang diidamkan banyak wanita. Wanita itu adalah putri dari seorang konglomerat. Saat dirinya berusia dua puluh dua tahun, kedua orang tuanya mengalami kecelakaan pesawat, hingga di usia mudanya dirinya mengambil alih seluruh harta dan juga perusahaan peninggalan ayahnya. Ayu belajar untuk kuat dan juga mandiri. Wajahnya kerap menghiasi sampul majalah bisnis. “Di dalam surat penyerahan saham tersebut, aku mengatakan bila saham yang ku berikan bisa ku ambil sewaktu-waktu bila dia bermain api ataupun meninggalkanku,” Ayu melipat kedua tangannya di meja dan menatap tajam ke depannya, “Sekarang, aku akan mengambil semuanya.” “Apa Anda akan bercerai?” Tanya Tony, salah satu pengacara yang hadir di ruangan itu. Ayu tersenyum miring. Bercerai? Tentu saja tak semudah itu. Ia harus membuat Lian menderita terlebih dahulu, kemudian dirinya akan membebaskan pria itu tanpa apa pun. “Aku memiliki bukti perselingkuhannya yang bisa membuatku langsung mengubah nama kepemilikan saham tersebut,” Ayu berkata dengan dingin, “Aku nggak akan bercerai dengannya dan mulai besok, aku akan mengambil alih kembali perusahaan. Minta seseorang membuang semua barang-barangnya dari ruangan Direktur dan turunkan jabatannya menjadi seorang staff adminitrasi,” Lanjut Ayu yang mengabaikan tatapan heran semua orang yang ada di ruangan. “Hanya ini yang ingin ku katakan pada kalian semua. Siapkan semuanya dan silahkan nikmati hidangan yang sudah ku pesan,” Ujar Ayu seraya berdiri, membuat semua orang yang ada di sana ikut berdiri. Mereka semua menatap Ayu dengan tatapan bingung, namun tak berani membantah. Kini, mereka kembali melihat sosok Ayu yang dulu. Wanita dingin yang terlihat tak tersentuh dan kerap menjaga jarak dari semua orang, hingga dirinya ceroboh dan membiarkan Lian menghancurkan benteng pertahanannya. Membuatnya menjadi seorang wanita bodo0h. Ayu segera berjalan keluar dan meninggalkan semua orang yang ada di sana. Kini, ia paham bila tak semua pernikahan bisa berlangsung untuk seumur hidup. Tak semua cinta bisa kekal abadi di dalam hati seseorang. Pada dasarnya, manusia memang lah makhluk yang mengerikan. Ia lupa nasihat ayahnya dulu, tak semua manusia di dunia ini baik dan Ayu tak boleh mempercayai orang dengan mudah. Dirinya harus berhati-hati. Ayu segera kembali ke mobil. Supir yang mengantarnya ke restoran tadi, segera membukakan pintu begitu melihat kehadiran Ayu. Wanita itu tak menunjukkan ekspresi apa pun. Hal yang tentu saja berbeda dari Ayu yang sudah tampak lebih ramah dan juga lembut saat dirinya sudah menikah, membuat Si supir terheran-heran. Sesuatu telah terjadi. Semua perubahan itu, sudah disadari supir Ayu yang bernama Mang Karman tersebut, akan tetapi sebagai orang suruhan, ia merasa tak pantas bertanya ataupun berbicara banyak dengan atasannya itu. “Kita mau ke mana lagi, Non? Mau pulang atau mau saya hantarkan ke tempat lain?” Tanya Mang Karman begitu keduanya sudah berada di dalam mobil. Ayu tak merespon. Dirinya hanya menatap kosong keluar jendela. Tak ada lagi wajah dingin dan kuat seperti apa yang ia tunjukkan sebelumnya. Seperti, wanita itu sudah sangat lelah bersandiwara. Dirinya terlihat begitu rapuh, yang bila tak sengaja tersentuh, maka akan hancur berkeping-keping. Mang Karman membiarkan keheningan menjebak mereka berdua. Ia tak mau lagi bertanya dan mengganggu atasannya, sedangkan Ayu tampak tengah tenggelam dalam kesedihannya. Terjebak di dalam dunianya sendiri. Meski dirinya kerap terlihat kuat, namun ia tak sekuat yang terlihat. Ayu hanya lah seorang wanita biasa. Seorang yang memiliki hati yang rapuh. Beberapa saat kemudian, air mata Ayu jatuh untuk yang kesekian kalinya. Tatapannya masih menatap kosong ke jendela di sampingnya, ke arah jejeran mobil di parkiran. Ia mulai terisak, berteriak kesakitan, lalu menunduk. Tangannya dibiarkan memeluk tubuhnya sendiri, sementara Ayu menangis tersedu-sedu. Tangisan wanita itu membuat Mang Karman khawatir dan segera mengarahkan pandangannya pada Ayu. Pria itu tampak ketakutan. “Ada apa, Non? Apa ada yang sakit? Non mau saya bawa ke rumah sakit?” Pria itu tak mampu menyembunyikan kekhawatirannya. Selama mengenal Ayu, tak pernah sekali pun dirinya melihat Ayu menangis seperti ini. Bahkan saat kedua orang tuanya meninggal. Ketika itu, Ayu hanya menangis tanpa suara, menatap kosong ke depan, dan mencoba terlihat tegar. “Aku hanya ingin pulang, Mang,” Ujar Ayu dengan terisak. Pria itu menatap Ayu sendu dan tak ingin lagi menganggu Ayu. Ia membiarkan isak tangis Ayu sebagai satu-satunya suara yang menghiasi mobil itu. Terdengar begitu pilu dan menyayat hati. Mang Karman tak tahu apa yang membuat atasannya itu begitu hancur lebur. Tampak kacau dan juga berantakkan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD