Manusia Selalu Berubah

1077 Words
Mengapa manusia bisa berubah? Yang tadinya bersahabat, bisa bermusuhan. Mereka yang mencintain, bisa saling membenci. Mengapa manusia tak bisa tetap menjadi diri mereka? Bukankah aneh, bagaimana bisa seorang yang saling mengenal, mendadak menjadi asing? Bukankah aneh, saat semua cinta yang dulu mampu membuatmu tersenyum, kini adalah rasa yang mampu menghancurkan hatimu. Hancur lebur, hingga tak bersisa. Wanita itu menarik napas panjang dan menghelanya perlahan begitu melihat bangunan yang ditempatinya sejak ia lahir ke dunia. Tempat yang selalu menjadi tujuannya untuk pulang. Bangunan yang bisa dengan bangga ia sebut sebagai rumah. Akan tetapi, setelah mengenal Lian, ia tahu jika rumah bukan hanya sekadar bangunan. Pria itu membuatnya sadar, bila seseorang pun bisa menjadi rumahmu, tempat di mana kau ingin menetap dan merasa nyaman di dalamnya. Ayu mengeluarkan cermin kecil dari tasnya, mengamati matanya yang membengkan dan tersenyum lirih. Sungguh bodooh dirinya. Sejak kapan, Ayu kehilangan dirinya sendiri dan menjadi begitu lemah? Semua ini karena cinta penuh kepalsuan yang pria itu berikan padanya. Hal yang merusak jiwa, menghancurkan akal sehat, dan membuatnya begitu lemah. “Makasih banyak, Mang,” Ucap Ayu seraya menyimpan kembali cermin kecil ke dalam tas tangannya, “Tolong rahasiakan apa yang Mamang lihat di dalam mobil ini. Aku nggak ingin ada siapa pun yang tahu kalau aku menangis seperti tadi,” Lanjut Ayu seraya tersenyum tipis. Pria paruh baya itu mengangguk. “Baik, Non. Nggak usah khawatir. Apa yang terjadi di dalam mobil ini, akan tetap berada di sini,” Pria itu tersenyum menenangkan, sedang Ayu mengucapkan terima kasih, lalu segera keluar dari dalam mobil. Kini, semuanya akan berbeda dari sebelumnya. Kini, dirinya akan kembali menjadi Ayu yang dulu. Setelah perselingkuhannya, maka kehidupan yang Ayu sukai bersama Lian itu tak mungkin lagi bisa dilanjutkan. Ia pikir, pria itu adalah dunianya. Pria itu berbeda dari deretan pria jahat yang pernah singgah di dalam hidup Ayu. Kehangatan, cinta, dan juga perhatian pria itu terasa begitu nyata. Pria itu menjebaknya dalam permainan hati. Namun sayang, semua pemikirannya salah. Pria itu sama saja dengan lelaki yang begitu suka memainkan perasaan. Ayu menghentikan langkahnya saat menemukan Lian berdiri di hadapannya. Mata pria itu sembab, sama sepertinya. Pria itu berjalan mendekat dan hendak mempertipis jarak di antara tubuh mereka, sedang Ayu melangkah mundur. Tak ingin berdekatan dengan pria yang telah menghancurkan semua mimpinya tentang pernikahan dan akhir yang bahagia. “Ayu … kamu salah paham. Semua yang kamu nggak lihat bukan lah hal yang sebenarnya terjadi. Semua itu hanya dalam pemikiranmu saja, Yu,” Pria itu berkata lirih, menatap Ayu dengan tatapan penuh permohonan, sedang Ayu tersenyum miring. Lian selalu mempunyai banyak cara untuk membuatnya mempercayai pria itu dan menerimanya kembali. Pria itu mampu memainkan pikirannya. Pria yang dengan mudah mematahkan hatinya, lalu kembali mengemis. Mengeluarkan wajah sedih dan kehilangannya pada Ayu, lalu diam-diam melakukan kesalahan yang sama. Bodohnya lagi, Ayu selalu merangkak kembali pada pria itu, memohon pria itu agar mencintainya seperti biasa. Ia pikir, semua bisa kembali seperti semula. Namun sayang, apa yang sudah retak, tak mungkin bisa kau satukan kembali. Semua tak sama. “Apa yang membuatku salah paham?” Ayu tersenyum sinis, “Kamu pikir, aku adalah orang bodo0h yang akan terus memaafkan kesalahanmu dan menerimamu kembali dalam hidupku?” Ayu tertawa renyah, “Selama ini, kamu memang berhasil menguasai pikiranku, membuatku melakukan banyak hal yang dulu ku takutkan, tetapi sekarang berbeda.” Bagai tengah menonton drama. Pria itu dengan cepat mampu membuat air mata keluar melalui kelopak matanya. Pria itu berlutut di hadapan Ayu. “Yu … aku hanya mencintaimu dan nggak mungkin mengkhianatimu. Aku nggak akan pernah merusak ikrar pernikahan kita. Kamu lah satu-satunya yang ku inginkan,” Pria itu berkata dengan terisak. Sungguh, Ayu kagum dengan bagaimana mudahnya pria itu menangis dan tampak sangat terluka. Lian selalu pintar memainkan emosi Ayu seolah pria itu paham bila dirinya adalah kelemahan Ayu. Cinta penuh kepalsuan pria itu adalah satu-satunya yang Ayu miliki. Namun sayang, Ayu tak ingin lagi menjadi wanita bodo0h yang bisa dimanfaatkan pria itu dengan sesuka hatinya. Ayu tak ‘kan lagi terjebak dalam drama yang pria itu persembahkan. Dirinya sudah muak saat disuruh untuk mengerti dan menerima atas nama cinta. Ia lelah mengalah dan membunuh hatinya sendiri. Kini, matanya sudah terbuka lebar dan mampu melihat segalanya. “Apa kamu nggak lelah memainkan permainan yang sama?” Ayu menaikkan sebelah alisnya, “Sungguh, aku sudah muak menerima kebohonganmu. Aku sudah mengeluarkan semua pakaianmu, jadi nggak seharusnya kamu kembali ke rumah ini. Semuanya sudah berakhir dan aku nggak mau lagi melihatmu di sini,” Lanjut Ayu dengan sarkastis. “Kamu harus mempercayaiku. Aku nggak pernah berselingkuh darimu,” Tangis pria itu semakin menjadi-jadi, sementara kebencian Ayu sudah memuncak. Dirinya pun tak lagi bisa merasakan iba atas apa yang pria itu tunjukkan. Terlalu sering disakiti akan membuatmu mati rasa, hingga kau tak lagi bisa merasakan apa pun selain pedih yang menyesakkan dadamu. Pria itu berdiri, lalu memeluk kedua kaki Ayu dengan erat. “Maafkan aku, Yu. Aku nggak berselingkuh darimu. Dia hanya lah sepupu jauhku. Kami nggak sengaja bertemu dan menghabiskan waktu di café terdekat, lalu aku nggak sengaja menumpahkan minuman ke kemejaku. Karena rumahnya dekat, dia menawarkanku untuk membersihkan diri di sana,” Lian mengadahkan wajahnya dan berkata dengan memelas, berharap Ayu mau mempercayainya. “Pertama kali kamu bermain api. Kamu melakukannya di acara pernikahan sepupuku. Kamu mencium seseorang di sana,” Ayu menarik napas panjang dan menghelanya perlahan, “Lalu kamu bilang kalau semua itu hanya lah kesalahan. Kamu bahkan menyalahkan penglihatanku,” Ayu tertawa garing, “Lalu semua kebohongan itu berlanjut dan aku diam. Mengaggap semua hal itu nggak pernah terjadi. Ku pikir, itu akan cukup membuatku merasa bahagia dan menikmati kehidupan pernikahan kita seperti dulu lagi, tapi aku salah.” “Sekarang pergi lah bersama dengan wanita yang kau pikir lebih baik dariku. Nggak ada satu alasan pun yang bisa membenarkan perselingkuhanmu, jadi berhenti mencari alasan,” Ayu berkata dengan dingin, “Pergi dari hidupku untuk selamanya!” Teriak Ayu penuh amarah. Lian terperanjat. Tak pernah sekali pun Ayu bersikap sekasar ini padanya. Pria itu perlahan berdiri. “Aku akan pergi dan kita akan membicarakan ini lagi nanti ya, Yu,” Pria itu berkata lirih, sedang Ayu hanya terdiam dan menatap Lian tajam. Lian tahu, Ayu pasti butuh waktu untuk sendiri. Tak ada gunanya, bila Lian terus memaksa saat Ayu bersikap keras kepala seperti ini. Tak mengapa, wanita itu akan selalu kembali padanya. Lian yakin, bila Ayu tak mungkin berubah dalam sekejap. Wanita itu pasti masih sangat mencintainya dan tak mungkin pergi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD