bc

Gundik Suamiku Sahabatku

book_age18+
4.9K
FOLLOW
33.0K
READ
murder
revenge
love-triangle
scandal
goodgirl
dare to love and hate
brilliant
female lead
secrets
affair
like
intro-logo
Blurb

Pesan salah sambung yang dikirimkan oleh Nadia kepada Riri, telah mengubah kehidupan rumah tangga Riri dan Hendra secara drastis. Riri yang telanjur mempercayai sang sahabat, kini harus terluka dan menerima kenyataan bahwa sang suami telah direbut oleh sahabatnya sendiri yaitu Nadia. Namun, Riri tak mau tinggal diam. Dia merencanakan sebuah penjebakkan untuk menumpas kecurangan yang telah dilakukan oleh suami maupun sahabat kentalnya.

Dapatkah Riri membuat Hendra dan Nadia menyesal karena perbuatan haram mereka? Bisakah Riri akhirnya hidup berbahagia, meski harus melepaskan suami toxicnya? Baca terus kelanjutan kisah wanita tegar ini hanya di Innovel.

chap-preview
Free preview
Bab 1: Pesan Nyasar
[Iya, Sayang. Aku udah nggak sabar juga ketemu kamu. I love you, Mashen.] Sebuah pesan singkat masuk ke ponsel. Aku yang tengah berselancar di aplikasi f******k, buru-buru membuka top up notifikasi untuk membaca pesan tersebut. Mataku membelalak sempurna saat membaca teks yang dikirim oleh Nadia, sahabat kentalku. Mashen? Mashen siapa? Kenapa Nadia mengirimkan pesan ini kepadaku? Apa dia salah nomor? Baru saja aku ingin membalas, pesan itu telah dihapus. Tampak di layar bahwa janda beranak satu yang kerap kubawa main ke rumah, sedang mengetik. [Ri, maaf aku salah kirim ?] Degupan jantungku tiba-tiba saja menjadi tak senormal biasa. Ada debaran kuat yang mendera. Seperti tengah kurasa ada yang tak beres. Mashen ... apakah mungkin maksudnya adalah Mas Hendra, suamiku? Aku menggelengkan kepala. Tidak mungkin. Apalagi di awal Nadia mengucapkan ‘sayang’ segala. Mungkin itu adalah untuk teman atau pacar barunya. Namun, mengapa kawan akrabku itu tak pernah cerita? Seribu tanya berkelebat di kepala. Tangan yang tiba-tiba berkeringat dingin, jadi agak gemetar saat aku hendak mengetik balasan untuk si Nadia. Apa perlu kutanyakan pesan untuk siapa yang tadi dia kirimkan? [Eh, memangnya pesan apa? Aku belum baca ?] Akhirnya, pura-pura aku tak tahu tentang pesan apa yang dikirimnya tadi. Bukan apa-apa, entah mengapa seperti batinku tak siap dengan apa yang bakal diungkap Nadia. Sementara itu, di satu sisi lain aku menyangkal bahwa Mashen yang dia sebutkan adalah suamiku. Mana mungkin sahabatku mengirimi Mas Hendra pesan. Tidak mungkin! Nadia bukan tipikal wanita perebut laki orang. Dia perempuan terhormat. Menjadi janda pun sebab cerai mati. [Nggak, Ri. Aku tadi mau pesan galon. Eh, malah kekirim ke kamu ?] Selama lima belas tahun kami berteman, tepatnya saat aku dan Nadia sama-sama duduk di bangku kelas X SMA, baru kali inilah kutemukan Nadia ingkar padaku. Dua centang biru dan terakhir dilihat pada aplikasi w******p memang sudah lama sengaja kupadamkan. Mungkin genap tiga tahun lamanya. Bukan apa-apa. Kadang aku sibuk di kantor dan malas segera membalas pesan dari rekan, tetapi selalu k****a isinya sebab penasaran. Takut melukai perasaan mereka, jadi kupadamkan saja tanda telah dibaca. Dan Nadia benar-benar membuatku sangat syok. Benar-benar aku terperangah dengan kata-katanya. Dia bilang mau pesan galon? Padahal, masih terekam jelas isi pesan mesra tersebut. [Oh, aku pikir, mau mencari Mas Hen ?] Tanganku sangat gemetar saat mengetik kata-kata tersebut. Aku yang berniat menghabiskan hari libur dengan beristirahat tenang di atas kasur sambil bermain sosial media, nyatanya harus menelan kenyataan bahwa waktu bersantaiku sebentar lagi usai sebab hal semacam ini. Feelingku kuat mengatakan bahwa Nadia memang sedang tak baik-baik saja. Wanita cantik yang memiliki balita itu pasti tengah menyembunyikan sesuatu hal penting dariku. Nadia tak membalas pesanku. Dia langsung terlihat offline. Seketika, perasaanku gonjang ganjing. Seperti ada gerimis di hatiku. Mashen ... apakah yang Nadia maksud memang suamiku? *** Lekas aku beranjak dari ranjang. Bergegas keluar kamar untuk mencari keberadaan Mas Hendra bersama anak kami, Carissa, yang berusia 5 tahun. Mas Hendra bilang, dia dan Carissa ingin main di kolam ikan belakang rumah. Kaki kupacu secepat mungkin. Napas ini sampai terengah dengan degupan jantung yang ekstra kencang. Mas Hendra harus kuinterogasi! Tak boleh dibiarkan. Aku tahu jika feeling ini jarang meleset, apalagi berkaitan dengan keluarga. Saat diriku membuka pintu belakang rumah yang menghubungkan dengan taman belakang, betapa terperanjatnya diriku. Tak ada anak dan suamiku di sana. Hanya bunyi keciprak air akibat gerakan ikan-ikan peliharaan serta kicau burung kenari dalam sangkar yang digantungkan Mas Hendra dekat jendela dapur. Aku tak menyerah. Langkah ini langsung tergesa berlari ke depan. Siapa tahu dua beranak itu tengah main di teras. Setibanya di ruang tamu, aku mengendap-endap sebab mendengar suara Mas Hendra tengah berbicara di teras. Untungnya, pintu depan tertutup setengah, sehingga keberadaanku tak langsung bisa disadari, kecuali pintu itu kubuka seluruhnya. “Kamu, sih! Cerobohnya bukan main! Dasar bodoh!” Terperanjat aku ketika mendengarkan kata-kata Mas Hendra dari balik pintu. Mas, benarkah firasatku?

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
201.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
9.3K
bc

Tentang Cinta Kita

read
186.5K
bc

My Secret Little Wife

read
84.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.0K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
12.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook