Bab 2

1177 Words
    “Kau memanggilku, Bryan?”    Seseorang masuk ke dalam ruangan Bryan tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Pria yang terlihat masih muda itu langsung duduk di sofa dekat meja kebesaran milik Bryan. Melihat pria itu datang, boss besar itu segera berdiri dan berjalan mendekati tamunya.     “Baca ini” titah Bryan sambil melemparkan koran di hadapan pria tersebut. Bryan duduk di hadapan pria tersebut. Matanya menatap setiap gerak-gerik tamunya penuh selidik.     “Aku sudah mengetahuinya, Bryan. Aku juga kaget dengan cara mereka menjatuhkan kita” pandangan pria muda itu makin membuat Bryan gusar. “Kita sudah sering mengalami hal seperti ini, Bryan. Tapi kali ini sudah kelewat batas, mereka b******k!” umpat pria itu.     “Berita lucunya adalah salah satu orangnya telah menjatuhkan barang bukti ini di depan gue. Entah disengaja atau enggak” mata Bryan memandang map berisi lembaran kertas yang ia temukan. “Bryan, aku tau mereka sengaja menjatuhkan benda itu dengan tujuan tertentu. Kita harus waspada mulai sekarang” ucap pria muda meyakinkan. Ia meraih map tersebut dari tangan Bryan dan memeriksa isinya. “Aku tahu siapa orang ini” meskipun pelan tetapi suara seraknya terdengar jelas oleh Bryan.     “Loe tau siapa dia?” tanya Bryan mulai penasaran.     “Ya benar, beberapa minggu yang lalu dia datang ke kantor ini. Aku sempat melihat namanya dari buku tamu” jawab pria muda itu. Matanya masih membaca barisan kata yang tersusun rapi di lembaran kertas di tangannya. Matanya makin tertarik dengan semua data yang tertera disana.     “Andre, loe tau kan harus ngapain?” titahnya tak sabar yang membuat Andre terkejut tetapi sedetik kemudian dia bisa menguasai keadaan. “Gue gak mau ada alasan” ucapnya lagi. “Oke, tunggu sampai nanti malam” *****     Cassandra mengotak-atik tas kerjanya, dia sedang mencari sesuatu disana. “Aah, ketemu juga” pekiknya girang.     Cassandra segera menguncir rambut panjangnya dengan tali rambut yang telah ia temukan. Hari pertamanya bekerja sungguh membuatnya bahagia. Memang agak melelahkan ketika mengetahui pekerjaan di hari pertama ini sangat menumpuk karena pekerja sebelumnya telah pergi tanpa pamit. Tetapi semua ini Cassandra lalui dengan riang.     Braakk…     Cassandra terkejut bukan main saat pintu toilet di belakangnya yang terbuka dengan kasar.    “Sialan! Tua Bangka sialan! Hufft.. beraninya si tua Bangka tukang m***m itu!” ucapan sarkas seorang wanita yang keluar dari dalam kamar kecil tersebut membuat Cassandra gugup setengah mati. Ia masih berdiri di depan pintu kamar mandi sambil mengetik sesuatu di ponselnya. ‘Mbaknya nggak sadar ya ada aku disini?’ batin Cassandra sambil memeluk tasnya karena kaget.     Ketika mendongakkan wajahnya, mata wanita yang masih terlihat muda itu langsung tertuju pada Cassandra. “Kamu pegawai baru ya?” sadar karena ia tak sendiri, wanita cantik itu mengubah bahasa bicaranya menjadi lebih halus.     “I-iya mbak” jawab Cassandra canggung dan sedikit membungkuk.     “Nggak perlu sesopan itu sama aku. Kenalin aku Ellaine. Aku juga pegawai disini” ucapnya sambil mengulurkan tangan pada Cassandra.     “Cassandra” ucapnya sambil membalas salam hangat dari Vanessa.     “Abis kerja kamu mau kemana?” langkah kaki jenjangnya mendekati Cassandra yang berada di depan cermin toilet. Ellaine merogoh sesuatu dalam tas jinjing yang ia bawa dan mulai memoleskan lipstick pink pada bibir seksi miliknya.     “Langsung pulang mbak” jawab Cassandra sambil tersenyum simpul.     Ellaine melihat gerak-gerik wanita muda di sampingnya yang masih merapikan ikatan di rambutnya. “Ikut aku yuk” tangannya langsung menarik Cassandra keluar dari toilet dan menuju tempat parkir pegawai di basemen. Cassandra yang bingung hanya menurut saja dengan ajakan senior di kantor barunya.     Sebetulnya tidak sopan juga menolak ajakan rekan kerja untuk makan malam bersama, mengingat di hari pertama bekerja ini Cassandra disibukkan dengan tumpukan pekerjaan sehingga ia tak sempat berkenalan dengan pegawai yang lain.     Ellaine membukakan pintu mobil untuk Cassandra dan mempersilahkannya masuk untuk duduk di kursi penumpang di dalam mobil mewah miliknya.     “Mbak, kita mau kemana?” tanya Cassandra sedikit gugup.     “Biasaaa, ngerilexin kepala. Emang kamu nggak capek seharian di depan komputer terus?” jawab Ellaine yang telah duduk di bangku kemudi.     “Tapi mbak, motor aku gimana?” ucap Cassandra panik. Ia lupa bahwa tadi pagi membawa motor kesayangannya ke kantor. Sekarang sudah lewat dari jam 6 lewat, pasti tukang parkirnya akan segera pulang.     “Aah, iya. Biar aku yang urus.?” kata Ellaine santai sambil terus melajukan mobilnya. Tiba di post security, Ellaine sedikit berbincang dengan salah seorang security disana dan langsung melajukan mobilnya keluar halaman kantor.     Cassandra hanya diam saja tanpa banyak bertanya pada Ellaine, alunan music jazz menghiasi perjalanan mereka di tengah padatnya jalanan Ibukota. Cassandra hanya mendengarkan music diiringi dengan nyanyian dari Ellaine dan sesekali menggoda Cassandra. Mereka berdua tertawa bersama untuk menghilangkan suntuk akibat macet.      Hampir satu jam mereka di perjalanan, Ellaine membelokkan mobilnya ketika mereka tiba di sebuah gedung mewah di sudut jalan. Cassandra keluar dari mobil dan memandangi gedung tinggi di depannya. “Yuk masuk” ajak Ellaine dan langsung menarik tangan Cassandra memasuki gedung.     Baru saja dua langkah kaki Cassandra menginjak bagian dalam gedung, matanya sudah dimanjakan oleh tatanan dan desain interior. Pemilihan warna yang tepat dengan perpaduan putih dan kuning dan hiasan-hiasan mewah sangat memanjakan mata siapapun.    “Mbak, kita lagi di hotel atau di restoran?” tanya Cassandra  lugu yang langsung dijawab Ellaine dengan tawa khasnya.    “Hahaha, coba kamu tebak?” ucap Ellaine geli, ia malah balik bertanya pada Cassandra. Ia yakin teman barunya belum pernah datang ke tempat yang akan mereka tuju.    “Lah, kita ngapain ke hotel mbak? Biaya hotel mahal. Lagipula kalo mau ngajak makan, aku lebih suka makan di warteg. Tagihan makanan restoran nggak ada bedanya dengan cicilan apartemenku.” Ucap Cassandra panjang lebar dan membuat Ellaine makin tertawa lepas.    “Nanti kamu tau sendiri. Pasti kamu suka”     Belum sempat Cassandra menjawab, mereka berdua sampai di depan pintu lift. Ellaine segera menekan tombol open dan membawa dua gadis itu turun pada ruangan yang lebih rendah. Hampir 2 lantai basemen mereka lewati dan pintu lift langsung terbuka ketika sampai di lantai ke 3.     Pada saat yang sama, hiruk pikuk suara alunan musik dan teriakan langsung menggema nyaris membuat Cassandra kaget. Ellaine tersenyum melihat tingkah lucu teman barunya ini, Ellaine 100% makin yakin bahwa Cassandra belum pernah datang ke tempat seperti ini. Ia segera menarik tangan Cassandra dan mendekati kerumunan wanita maupun pria yang sedang asyik berjoget ria tanpa menghiraukan sekelilingnya.     “Vid, ambilin biasanya ya” ucapnya pada pelayan bar.     “Tumben lu udah dateng kemari jam segini? Lagi galau lu?” tanya pelayan itu sambil meletakkan es batu dan menuangkan anggur kesukaan Ellaine di gelas besar.     “Berisik lu” jawab Ellaine ketus sambil meraih gelas anggur di tangan David. Mereka memang sudah berteman sejak lama, tak heran jika kalimat ejekan nan sarkas akan keluar dari mulut masing-masing.     “Napa lagi sih? Boss m***m lu bikin ulah?” tebakannya memang benar dan keterdiaman Ellaine meyakinkan David. Tetapi mata jeli David menangkap seseorang di sebelah Ellaine yang hanya duduk sambil memandang sekelilingnya. Ellaine yang melihat kemana arah mata David berniat mengenalkan Cassandra padanya, namun..     “Cassandra?” ucapan David membuat Cassandra seketika menoleh padanya. *****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD