Yang ini aja deh. Aku mengambil sebuah mini dress berwarna hitam dari lemari lalu memakainya. Aku memblow rambutku yang baru keramas hingga lebih bervolume. Kusapukan make up tipis ke wajahku. Setelahnya, aku menatap diriku puas ke cermin. Aku menyeringai puas, ya Tuhan aku tidak bisa mengatakan apapun lagi, aku terlalu cantik untuk ditangani.
Namaku Jessica Stuart Willan. Aku cantik, SANGAT. Semua tau itu. Aku memiliki iris berwarna abu lembut. Aku memiliki rambut coklat terang dengan panjang sepinggang, dengan curly cantik yang membuatku terlihat sexy. Aku tinggi semampai dengan badan yang sempurna. Dan aku KAYA. Kakekku adalah pendiri Willan Group. Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang kuliner terbesar di dunia. Tapi sialnya si tua bangka itu sangat pelit mengenai warisannya. Aku bahkan ragu jika namaku tercantum dalam surat wasiatnya. Yap, kakekku masih hidup, aku juga menyayangkan hal itu.
Aku berjalan ke arah nakas dan mengambil sebuah ponsel keluaran terbaru perusahaan Apple Inc. Tertera nama Jimmy di sana, unch my besty.
"Halo?"
"Kamu udah di Club?"
Aku menggelengkan kepalaku, aku tahu aku telat, sudah jam 11 malam, waktu janjianku dan aku masih di rumah. Tapi orang cantik boleh telat, yang tidak boleh itu diketahui teman teman,"Aku lagi di jalan". Aku mengarang cerita.
"Masih lama?"
"Lima belas menit lagi", kalikan 3.
"Sip"
Telepon dimatikan.
Aku akan pergi ke night club malam ini. Hari ini Sahabatku menikah dengan orang yang kusuka. Dan sepertinya aku membutuhkan hiburan agar tidak akan berakhir seperti perempuan alay pada umumnya menangisi nasib di kamar. Perempuan cantik tidak melakukan hal memalukan itu.
Aku memakai eternal diamond stiletto merahku. Sepatu paling berhargaku. Bahkan mungkin bila aku ditodong oleh penjahat, aku akan memberikan seluruh rumahku daripada stilettoku ini. Stilettoku, cinta sejatiku, soulmateku. Setelah my stiletto dengan manisnya bertengger di kakiku yang indah, aku berjalan keluar kamarku melintasi kolam renang dan akhirnya masuk rumah utama.
Sepi
Selalu sepi setiap hari. Aku mampir ke dapur dan mengambil air dingin lalu meneguknya langsung dari botol. Kulihat salah satu asisten rumah tanggaku melintas.
"Jane, mana mama dan papa?"
"Mereka sudah take off nona pergi ke Singapore dipanggil sama Tuan besar"
Aku mengeraskan rahangku geram. Tua bangka sialan. Dia itu enak sekali menyuruh nyuruh datang ke negara yang jauh itu segampang buang air. Aku lalu pergi ke garasi rumah dan masuk ke dalam mobil Civic hitamku. Aku menakan remote dan pintu garasi terbuka. Aku menjalankan mobilku melintasi halaman rumah menuju tempatku janjian.
*************************************
"Jessica"
Aku menolehkan kepala ke arah seorang perempuan yang memanggilku dengan suara nyaring yang bisa menyaingi alunan dubstep yang sedang dimainkan.
"Vina!"
Aku berteriak tidak kalah kerasnya. Bahkan membuat beberapa orang menoleh ke arahku. Apa lo liat liat? Gua cantik ya? Emang!
Aku berjalan ke arah salah satu meja yang telah berisikan Vina teman sejurusanku, Donna teman gymku dan Jimmy.
"Kamu sangat Sexy"
Aku tersenyum lebar ke arah Donna. Donna adalah teman yang sering gym bersamaku. Kulitnya hitam manis sexy dengan badan yang semok. Dan kebetulan Donna sodaraan dengan Vina.
"Aku tahu", Aku menyeringai dan mengangkat tanganku pada seorang bartender. Bartender itu berjalan ke arahku. Kami mendapatkan perlakuan spesial? Tentu saja, kami ini customer VIP.
"Kamu sangat terlambat"
Aku memakai wajah memelasku menatap Vina. Dia teman sejurusanku. Dia memiliki kulit yang sangat pucat dengan badan yang kurus aku kadang berfikir mungkin semua pigmennya diserap Donna. Tapi, dia tetap cantik.
"Jalanan sangat macet"
Tiba tiba kurasakan sebuah jari yang menoel noel bahuku.
"Hi Jimmy", Aku tersenyum pada Jimmy. Aku lalu beralih pada sang bartender tampan dan aku memberikan tatapan menggoda padanya,"Liqour yang biasa", aku mengedipkan sebelah mataku. Bartender itu mengangguk dan tersenyum,"Tentu Jess"
"Kamu liat ga laki laki di ujung sana? Dekat meja bar? Dia hot ya?", Jimmy meneguk minumannya dan melirik laki laki yang baru masuk ke dalam club. Argh aku merinding disko mendengar perkataannya.
Jimmy Madelaine Steven. Laki laki tampan berwajah asia ini lahir dari seorang ibu yang berkebangsaan Inggris dan ayah berkebangsaan Thailand dan terdampar di tempat indah bernama Indonesia sejak lahir, dan memutuskan pindah ke Virginia ketika berumur 17 tahun. Dia memiliki rambut hitam legam yang lurus, kulit putih yang sangat kontras dengan rambutnya, badannya yang menggiurkan dan sorot mata hitamnya yang membuatku terlena. Tapi sayangnya yang sangat disayangkan, dia itu GAY! G A Y! Dia penyuka sesama jenis. Yeks mengingatnya saja membuatku ingin muntah. Aku jadi ingat saat dia pertama kali menginjakkan kaki di kampus, semua kaum hawa menggodanya mati matian, tapi dia dengan tampang tanpa dosanya terang terangan mengatakan suka pada salah satu senior jurusan kedokteran.
Hal inilah yang membuat satu kampus tau kalau dia gay. Tapi, hal ini malah membuat aku dan Vina menjadi berteman dengannya lalu bertambah Dona lalu bertambah Kathy dan kaum hawa lainnya minus kaum adam tentunya karena kaum adam akan segera lari saat melihatnya. Malang kau Jim.
"Kau mau mendekatinya? Bagaimana kalau dia ternyata normal?" Aku tersenyum pada bartender yang datang membawakan minumanku,"Terimakasih Dean"
"Ih kamu jangan jatohin harapanku gitu dong. Siapa tahu tipe dia itu aku", Jimmy menatapku tajam.
Jimmy itu tampan, aku sudah bilangkan? "Yaya. Kamu coba aja sana"
"Kita taruhan aja gimana?"
Aku mengernyitkan kening ke arah Donna. Donna malah nyengir tidak jelas,"Kalau ternyata tuh cowok gay juga, lu harus ngerayu siapapun cowok yang dateng lewat pintu masuk itu. Mau om om kek, kakek kakek ke, anak muda ke, bocah sekalipun pokonya lu harus rayu dia.."
Aku mengangkat sebelah alisku pada Donna,"Lalu kalau tuh cowok ternyata straight gimana?"
"Aku kasih Kaos Supreme yang kamu mau itu deh"
Mataku berbinar menatap Jimmy. Dia hanya memasang wajah polosnya.
"Auw Jim i love you so much",Aku langsung memeluknya dan mencium pipinya. Dan tebak..
"AAAAAAAHHHHHHHHHHH Lepasin aku Jessica gila! Badanku sudah tidak suci lagi!"
Aku melepaskan pelukanku dengan terpaksa karena didorong oleh Jimmy. Matanya memandangku horor. Aku langsung mengusap telingaku yang terasa mau copot.
"Kamu kalau mau teriak liat sikon kek, telingaku b***k nih"
"Cih, kaya kamu ga suka teriak teriak saja. Nih ya gara gara kamu, aku harus rendeman pake antiseptik",Jimmy lalu membuang mukanya dan mulai berjalan ke arah laki laki yang ditunjuknya tadi.
Aku, Vina dan Donna menonton dengan jantung berdegup cepat.
Normal. Kumohon normal. Supreme jadilah milikku.
"Jess?"
"Hm?"
"Tumben ga bareng Kathy?"
Aku terdiam mendengarnya. Aku memang sudah sangat merindukan sahabatku yang satu itu. meski yang terlah dia lakukan padaku sangat menyakitkan, tapi dia sudah mina maaf. Kurasa aku akan memaafkannya.
"Dia tidak suka pesta."Aku lalu kembali fokus ke arah depanku.
Oh My God!
Sialan! Aku benar benar tidak percaya dengan apa yang ada di depan mataku. Jimmy sedang berciuman dengan laki laki itu. Sial! Kenapa bisa sih laki laki itu malah mengkol juga?
Jimmy lalu melepaskan ciumannya. Dia menoleh ke arahku dan menyeringai menyebalkan.
"Sialan!"
Jimmy lalu berbisik ke pasangan mengkolnya itu. Pasangan mengkolnya lalu menoleh ke arahku dan tersenyum geli.
Sialan tuh banci! Pasti dia ngomongin aku. Sabar Jessica. Sabar kalau saja aku membawa palu sudah kulempar ke arah si Jimmy itu.
Jimmy lalu berjalan mendekat ke arah kami.
"Aku menang. Namanya Juan. dan aku adalah tipenya"
"Sialan!"
"Jadi Jessica sayang, perjanjian tetap perjanjian."
Aku menoleh jengkel ke arah Donna yang malah tersenyum manis.
"Oke, gini peraturannya."
Kami mulai fokus ke arah Vinna yang mulai memberi komando.
"Bagaimana?"
"Ya, mau bagaimana lagi? Deal",Aku lalu duduk menghadap meja. Dari posisiku sekarang aku membelakangi pintu masuk sehingga tidak bisa melihat siapa yang masuk.
Satu permintaanku semoga bukan om om c***l dengan perut sebesar durian.
Aku lalu meminum minumanku dengan kesal.
"Satu"
Kami mulai berhitung bergantian. Dimulai dari Jimmy hingga ke aku. Kami menghitung sampai genap 12. Tanggal ulang tahun Jimmy.
"Jess, balikin badan kamu!"
Aku lalu membalikkan badan dan pandanganku bertemu dengan seorang laki laki yang sangat tampan mungkin? Aku tidak tahu jelas, mataku mulai mengabur, Aku mabuk.
"Sono gih tuh mangsa kamu. Duileh cakep banget kalau seleranya sama kaya aku kasiin ke aku aja ya Jess"
Aku hanya bergumam tidak jelas menjawab pernyataan Jimmy.
"Anterin civicku ke rumah ya", aku menaruh tasku di atas meja. Aku lalu berdiri dan dengan percaya diri melangkah mendekati laki laki itu. Laki laki itu sedang duduk di salah satu meja bar dan memesan sesuatu kepada bartender.
Aku duduk di sebelahnya.
"Satu Liqour tolong".
Kataku kepada salah satu bartender. Bartender pria itu menatapku menggoda.
Minumanku datang. Aku lalu meneguknya dengan eksotis sambil sesekali melirik laki laki di sebelahku itu.
YA TUHAN!
Laki laki ini benar benar tampan. Mungkin para dewa olympus akan bersembunyi di loker flying dutchman karena malu ketampanannya kalah dengan laki laki ini. Tampan, menawan, tajam dan argh sexy. Laki laki itu malah asik meminum minumannya tanpa menoleh ke arahku. Azzz baru pertama kali aku diacuhkan laki laki.
Aku lalu duduk menghadapnya sambil berfokus pada minumanku. Aku topangkan sebelah kakiku ke kakiku yang lain. Mencoba menggodanya.
Aasabdskdbsdksydsi!!!
Dia sama sekali tidak bereaksi. Jangan jangan dia juga gay lagi?! Ah masa bodo! Mau gay kek, mau straight kek, mau bisex kek, mau p*****l kek. Yang penting aku harus menang taruhan. Eh, kalau p*****l jangan deh.
Aku lalu meluruhkan badanku ke arahnya. Dia terlihat terkejut dengan refleks meraih badanku yang hampir jatuh.
"Heeemmm"
Aku mengguman gumam terus tidak karuan.
"Hey? Apa kamu baik baik saja?"
Uhhh suaranya yang dalam membuatku merinding.
Aku kembali bergumam tidak jelas dan mendekap laki laki itu lebih erat.
"Nona?"
Laki laki itu lalu mendengus kesal.
"Dia pasti mabuk. Mulutnya bau banget!"
What?! Mulutku bau?! Sialan! Aku sudah gosok gigi tau!
Laki laki itu lalu memapahku ke luar club. Sebelum keluar, aku mengedipkan sebelah mataku ke arah teman temanku tanpa sepengetahuan laki laki ini tentunya. Mereka hanya menggeleng melihat tingkahku. Yang penting aku sudah menyelesaikan tugaskan.
Saat sampai di luar, laki laki itu mendudukkanku di kursi depan bar. Aku menyenderkan badanku tidak bertenaga ke dadanya. Hemmm wangi banget? Suka deh eke.
"Hei nona? Rumahmu di mana?"
Laki laki itu menepuk nepuk pipiku. Tapi aku malah bergumam tidak jelas dan merangkul kembali lehernya.
"Bagaimana aku bisa memanggil taksi kalau dia saja sudah sakau begini?"
What? Sakau? Lo kate gue pecandu?! Nyebelin banget sih nih cowok cakep.
"Nona? Nona di mana rumahmu?"
Aku tetap bergumam tidak jelas. Hihi untung aku tidak membawa tas jadi tidak ada hp ataupun KTP. Hanya diriku yang cantik dan menawan ini. Oh dan jangan lupakan my stiletto
*************************************
Laki laki itu lalu menghembuskan nafas kesal. Dia kembali memapahku ke arah parkiran mobil. Kami berhenti di sebuah mobil sport berwarna putih mengkilap. OMG ini maserati MC12. Kalau tidak ingat aku sedang pura pura mabok aku sudah akan selfi dengan mobil ini. Aku alay? Bodo! Kapan lagi bisa foto narsis dengan mobil supercar ini. Aku ini alay terkeren tau.
Laki laki itu menamplokanku ke pinggir pintu. Dia lalu membuka pintunya dan menaruhku masuk ke dalam mobilnya. Kemudian, dia menyusul duduk di kursi kemudi.
Mobil melaju dengan cepat ke arah yang tidak kuketahui. Aku jadi berfikir, caraku pulang nanti gimana ya?
Laki laki itu sepertinya sedang bertelepon.
"Sorry Franco janji kita batal. Ada seorang cewek mabuk yang tiba tiba nempel sama aku."
"....."
"Tentu tidak! Aku tidak berselera dengan perempuan mabuk yang memiliki nafas seperti naga"
"....."
"Ke apartementku sepertinya. Dia sama sekali tidak sadar, dia tidak memberitahukanku alamatnya"
"....."
"Oke bye. Beritahu pada James dan Theo juga aku tidak bisa datang malam ini."
Theo? Apa Theo yang sama ya? Hemmmm.
Mobil berhenti.
Laki laki itu lalu membuka pintu dan memapahku lagi. Aku membuat seolah olah kakiku sudah lemas tidak bisa berdiri.
Dia berdecak jengkel dan menggendongku dengan bridal style. Ah astaga dadanya bidang sekali. Tak terasa tanganku mulai menggerayangi dadanya.
"Benar benar perempuan merepotkan"
Bodo! Suruh siapa kamu sangat menawan sayang?
Kami berjalan melewati lobby masuk ke lift.
Kok aku merasa familiar ya dengan tempat ini?
Kurasa sudah sampai di tempatnya. Dia menurunkan aku dan merangkul pinggangku dengan sebelah tangannya sedangkan tangan yang lain membuka pintunya.
Pintu terbuka. Dia lalu menggendongku masuk.
Wauw apartemen yang sangat mewah, luas dan rapi. Hem tipe cowok yang kusuka ini. Rapi dan memiliki selera yang bagus.
Dia kemudian mendorong sebuah pintu dengan kakinya. Uhhh, ini kamarnya. Sangat maskulin dan nyaman.
Dia menidurkanku ke kasur.
"Ternyata penampilan benar benar menipu. Dia memang yang cantik, menawan, langsing."
Oh tentu saja
"Tapi sangat berat. Aku serasa memanggul beras"
Huapaaahhhh?!!!!!!!
************************************
Keesokannya, aku bangun pagi pagi buta. Saatnya pergi. Aku bersyukur karena dia termasuk pria yang baik baik karena tidak menyentuhku dalam tanda kutip saat ada kesempatan seperti kemaren. Tapi harus diakui dia sangat menyebalkan!
Aku berjalan mengendap endap keluar kamar. Aku lalu menuju pintu apartemennya. Kulihat sosoknya yang sedang tertidur di sofa home theater. Auw kau sungguh manis sayang.
Aku lalu berjalan mendekatinya dan berjongkok hingga kepalaku sejajar dengan wajah pulasnya.
Aku mengecup pipinya.
"Terimakasih kawan. Berkatmu aku sukses menjalani hukuman karena kalah taruhan. Kau ini tampan tapi sayang bodoh oh dan jangan lupakan menyebalkan. Kau ini sangat menyebalkan. Bye tuan tampan"
Aku lalu berjalan keluar apartement.
Saat sampai di lobby, aku mendekati receptionist yang masih bertengger manis.
"Misi mba, nama apartement ini apa ya?"
"Skyland City bu"
Wauw. Benar benar pria kaya ternyata dia.
"Mba, bisa ga tolong pesanin taksi sekarang?"
"Di dekat sini ada pangkalannya bu. Sebentar ya saya pesankan"
"Terimakasih"
Tidak lama kemudian taksi pesananku datang.
Dalam perjalanan pulang, aku jadi berfikir. Aku tidak tahu nama laki laki tampan itu. Oh bodohnya aku.