8

1095 Words
     Kara memilih sayuran di depannya dengan teliti. Sedangkan Kenan sibuk menggendong Ben yang tengah berceloteh tidak jelas. Kenan juga menjinjing keranjang belanjaan. " Mas mau buah apa? " tanya Kara setelah menyimpan sayuran di keranjang belanjaan. " Mas mau apel aja.." Kara mengangguk lalu melangkah ke tempat buah - buahan di ikuti Kenan di belakangnya. Ben terlihat nyaman di gendongan seperti kangguru itu membuat Kenan kembali menyunggingkan senyum. Kenan begitu bahagia, melakukan aktivitas biasa namun terasa istimewa. Kenan masih saja tidak menyangka akan begini jalan hidupnya. Sebelumnya Kenan berpikir dia akan berakhir tanpa ada Kara di sampingnya. " Mas kayaknya udah, kita pulang apa mau nonton sekalian? " tanya Kara seraya membawa langkahnya menuju kasir. " Mau jalan lagi ayo, mas ga masalah, mas ikut aja maunya kamu kemana.." " Kalau gitu, nonton dulu gimana? " " Ayo, sebelum mas besok sibuk kerja.." *** Kenan dan Kara memutuskan untuk belanja pakaian karena nonton biar nanti saja kalau Ben tidak ikut. " Mas mau beli dasi? " tanya Kara seraya mengeratkan pegangannya di lengan Kenan saat orang - orang masuk ke dalam lift. " Boleh, kamu yang pilihin.." " Mas mau beli apa lagi? Kara sih masih ada pakaian yang belum di pakai jadi ga usah.." Kenan mengusap tangan Kara yang bergelayut di sebelah lengannya." Mau beli lagi juga engga masalah.." Kara menggeleng." Kara mau di tabung aja uangnya, Kara engga mau di biasain boros mas.."ujar Kara pelan. Kenan terkekeh pelan." Iya sayangnya mas yang baik, beli aja pakaian buat Ben atau anak di kandungan.." Kara mengangguk setuju." Kara lagi mau beli sepatu buat Ben.." " Bagus, kita beli.." *** Kenan menarik pelan bahu Kara saat melihat beberapa orang tengah tergesa - gesa. Kenan takutnya Kara tertabrak apalagi sampai jatuh. Jangan sampai itu terjadi, anaknya dan Kara harus baik - baik saja. " Jangan jauh - jauh, aku takut kamu lagi hamil, kalo jatuh bahaya aku ga mau kehilangan kalian.." Kara bersemu merah." Iyah mas.." balas Kara tersipu. " Jangan malu gitu ah, masih aja malu.." Kara tak menjawab, matanya melirik Ben yang tengah mengerjap sayu. " Mas Ben ngantuk kayaknya, sini biar Kara yang gendong.." Kenan tidak menolak." Kalau gitu kita pulang aja, udah banyak juga kita belanja.." " Iya mas, kita pulang aja.." " Kamu juga ga boleh cape - cape.." *** Kenan menyelimuti Kara yang baru menidurkan tubuhnya. Kara mual - mual lagi saat setelah memakan makan malamnya. " Mau ambil kue? Kamu muntah pasti perut kosong.." Kenan begitu khawatir. " Engga mas, Kara mau tidur aja.." balas Kara lemah. " Minum air putih mau? " tawar Kenan dengan mengusap poni Kara yang basah karena keringat. " Engga mas, Kara cuma mau tidur sambil di usap - usap kepalanya.." pinta Kara malu di akhir. Kenan tak menolak, dengan cepat mengusap kepala Kara lembut. Kenan menarik Kara ke pelukannya. " Kamu gerah? " Kara menggeleng." Dingin mas.." gumam Kara di dalam pelukan Kenan. " Kok keringetan? " Kenan melonggarkan pelukannya. " Ini karena muntah tadi.." jelas Kara agar Kenan tidak khawatir. Kenan kembali memeluk Kara, mengusap kepala lalu sesekali punggung Kara. Kalau bisa Kenan ingin menggantikan posisi Kara yang muntah muntah seperti yang di bacanya di artikel. " Tidur sayang.." bisik Kenan dengan lembut. " Ben sama siapa mas? " " Ben sama mama, kamu jangan khawatir, banyak yang sayang sama Ben.." *** Pagi - pagi Kara pun mulai muntah lagi, makanan benar - benar tidak masuk sedikit pun. " Apa kita ke dokter, kamu harus di rawat karena ga ada makanan yang masuk.." Kara yang pucat dan lemas tidak merespon. Kara benar - benar lemas tak bertenaga. " Bawa aja Nan.." cemas Nathasia. " Iyah ma, Kita bawa aja ke dokter.." Kara terisak pelan, Kara tidak suka rumah sakit tapi Kara tidak bisa menolak karena memang dia butuh di tangani. " Titip Ben ya ma.." " Iyah, pasti mama jagain, titip Kara.." Kenan menggendong Kara menuju mobil lalu membawanya ke rumah sakit terdekat. Kara pun segera di tangani. *** Kara terlihat kurus, sudah satu minggu Kara di rawat. Sudah satu minggu juga Kenan cuti kerja. Kenan tidak akan meninggalkan Kara yang tengah berjuang bersama sang buah hati. " Masih mau muntah? " tanya Kenan dengan kedua tangan sibuk membingkai dan mengusap wajah Kara. " Kara mau roti isi keju mas.." ujar Kara tanpa menjawab pertanyaan Kenan. Kara sangat sedang ingin itu. " Roti? Oke mas beliin.." Kenan terdengar bersemangat karena selama seminggu ini Kara tidak ingin makan apapun kalau tidak di paksa. Selama paksaan itu Kara selalu menangis dan berakhir mogok bicara pada Kenan. " Dek jagain istri mas, mas keluar sebentar kalo ada apa - apa telpon.." " Hoke maskyu! " *** Abi membawa martabak keju untuk Kara. Dia sangat tahu kalau Kara itu sangat suka keju bahkan bisa di bilang pencinta keju. " Makasih ya mas Abi, Kara udah lama ga makan.." Abi tersenyum manis." Sama - sama Ra, pelan - pelan makannya.." Keara memicingkan matanya, tangannya dia lipat di perut. Keara harus mengabari Kenan, Keara merasa kalau Abi terlalu banyak kontak fisik. Contohnya melap keju di sudut bibir Kara atau mengusap kepala Kara. Keara sangat tahu Abimanyu karena dia salah satu pengikut di akun Abimanyu yang terkenal tampan dan berpendidikan. Keara sempat suka pada Abi namun karena sering melihat fotonya dengan para bule seksi membuat Keara benci. Selain itu Keara tahu Abi sangatlah menyebalkan dulu. Dengan lihai Keara mengetik pesan untuk masnya agar cepat pulang. Keara juga sudah muak melihat buaya di depannya. Tak lama Kenan datang, matanya langsung terfokus pada Abi yang tengah membantu Kara minum. Kenan menatap kesal pada adiknya." Kamu kenapa ga bantuin Kara? " tanya Kenan kesal lalu setelahnya bergegas mengambil alih gelas dan Kara. " Mas kenapa? Roti pesenan Kara mana? " Kara pasrah saat Kenan menidurkan Kara. " Ada, mau makan sekarang sayang? " tanya Kenan lembut, mengabaikan Abi di sampingnya. " Nanti aja, aku udah kenyang makan martabak.." Kenan melirik martabak di nakas lalu melirik Abi." Makasih martabaknya.." ucap Kenan sekenanya. " Aku tahu, aku salah karena mencintai istri orang lain.."ujar Abi santai. Kara, Kenan dan Keara sontak terfokus pada Abi. " Tadinya aku akan berusaha buat dapetin Kara lagi tapi karena hamil aku mundur walau ragu.." tambah Abi. Abi melirik Keara sekilas sebelum menatap Kenan." Kasih Keara, aku ga akan ganggu kalian lagi.." negonya. Keara menatap Abi kaget, Kara maupun Kenan pun sama kagetnya. Kenan tak terima." Engga akan aku kasih Keara sama_" " Oke, aku akan nunggu Kara sampe lahiran.." Abi berujar santai. Kenan hendak meninju Abi namun Kara tahan. " Keara mau kok mas, jangan berantem.." tahan Keara. Kenan menatap Adiknya dengan kesal. " Maksudnya Keara mau pukul dia! " pekik Keara seraya memukul Abi membabi buta. Abi yang di pukuli malah cekikikan. Keara memang selalu menggemaskan kalau sedang marah. Abi memang mencintai Kara, mungkin karena cinta pertama tapi Abi juga tidak bisa menolak pesona Keara yang jutek, galak, ketus tapi menggemaskan. Abi tahu Keara dulu saat dirinya main ke rumah temannya yang kebetulan dekat dengan rumah Kenan. " Mau? Aku janji ga akan ganggu rumah tangga kakak kamu.." tawar Abi seraya menahan kedua tangan Keara. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD