7

1314 Words
       Kara melangkahkan kakinya menuju kamar Ben yang tepat berada di samping kamarnya dan Kenan. Pagi sudah menjemput, saatnya melakukan tugas sebagai istri sekaligus ibu untuk Ben. " Masih tidur ternyata, kalau gitu jemurin pakaian dulu.." gumamnya setelah mengusap kepala Ben sekilas lalu berlalu keluar kamar dengan hati - hati agar Ben tidak terjaga. " Sayang.." panggil Kenan saat berpapasan dengan Kara yang tengah menutup pintu. " Ya mas? " sahut Kara. Kenan meraih kepala Kara lalu di kecupnya Kening Kara." Pagi, Ben masih tidur? " tanya Kenan setelah melepaskan kecupannya. " Pagi mas, iya Ben masih tidur. Aku jemurin dulu pakaian ya mas.." pamit Kara yang di angguki Kenan. *** Kara mengamati jemuran di depannya, di rasa rapih dan pas Kara pun membawa bekas tempat jemuran. " Kara.." Kara menoleh ke arah pintu gerbang. Di sana berdiri pria yang Kara sempat lupakan karena ketidak hadirannya. Kara menyimpan tempat cucian yang di pengangnya dengan asal." Mas Abi? Mas di Indonesia? " tanya Kara seraya bergegas membukakan pintu gerbang. " Mas udah lulus tahun kemarin cuma baru pulang sekarang, Mas mau ketemu kamu sama Ben.." Kara diam sesaat, ada rasa tak nyaman dan takut namun bagaimana pun Abimanyu adalah paman Ben. " Ayo mas masuk.." Abimanyu mengikuti langkah Kara dengan senyum kecil, Kara tidak berubah mungkin hanya statusnya yang berubah. Abimanyu ingin memastikan kalau Kara bahagia. Jika bisa Abimanyu akan mencoba membawa Kara kembali padanya. Abimanyu benar - benar tidak bisa mencintai gadis lain selain Kara selama ini. " Mas tunggu dulu ya, silahkan duduk mas, aku panggilin mas Kenan sama ambil minum.." pamit Kara ramah. Abimanyu atau yang sering di sapa Abi itu pun kini duduk dengan pandangan mengedar mengamati ruang tamu yang terhubung langsung ke ruang keluarga dan dapur. Abi bisa melihat begitu banyak foto pernikahan Kara dengan Kenan. Abi berdecak pelan, hatinya tiba - tiba tersentil keras. Kenyataan yang Abi coba acuhkan malah semakin membuatnya gerah. Abi tak peduli, jodoh tidak ada yang tahu. Abi akan berusaha membuat Kara menjadi miliknya. Abi menatap kedua pasang suami istri itu. Abi berdiri saat keduanya mendekat. Senyum kecil Abi lemparkan. Kedua mata Kenan dan Abi saling menatap, insting keduanya saling menyapa. Kenan langsung tahu dengan sekali lihat kalau Abi bukan tamu biasa. " Mas ini mas Abimanyu, dia sepupu mendiang mas Rio.." jelas Kara tanpa terganggu dengan kedua mood pria di depannya. Lebih tepatnya Kara tidak peka. " Kenan.." singkat Kenan setelah bersalaman lalu duduk. " Bentar ya mas, kara mau ambil minum.." Kara pun berlalu. Kenan dan Abimanyu diam hanyut dalam pemikiran masing - masing. Suara tangis Ben membuat keduanya tersadar. " Biar mas yang ambil Ben.." cegah Kenan saat melihat Kara hendak menuju kamar Ben. Kara mengangguk lalu kembali menyiapkan minuman untuk di suguhkan sekaligus membuat pesanan Kenan yaitu s**u hangat. Abi menatap Kara yang gesit di dapur, wajahnya yang polos membuat Kara semakin cantik. Kara menjadi istri di usia muda, Abi bahkan kaget saat tahu Kara sudah menikah. Abi masih ingat dengan jelas kalau Kara ingin menikah di usia 25 tahun. Kara ingin mengejar karier. Itu yang membuat Abi tenang meninggalkan Kara namun siapa sangka takdir berkata lain. Abi mengerjap, kedua matanya mengikuti Kara yang tengah berjalan ke arahnya. Abi melempar senyum. " Ini mas minumnya, silahkan di minum.." " Makasih Ra.." Kara mengangguk lalu menoleh ke belakang saat mendengar suara derap langkah. Abi pun mengurungkan niatnya untuk minum saat melihat bayi di gendongan Kenan. " Mirip bang Rio banget, boleh aku gendong? " tanya Abi dengan mata berbinar penuh harap. Rindunya pada Rio seolah terasa kembali menyapa. Kenan mengangguk, toh Ben tidak keberatan di gendong siapapun selama ini. Kenan memberikan Ben ke Abi yang langsung di terima Abi dengan baik. " Hallo Ben.." sapa Abi dengan satu tangan mengelus pipi Ben. Kara melihat itu jadi ikut terharu, kenangannya tentang Rio menyapa. Kara rindu juga kakaknya. Kara ingat saat begitu bahagianya kakaknya dengan Rio. Kara menghapus air matanya yang turun mendadak itu. Kara rindu kakaknya, sangat rindu. Kenan merangkul Kara, mengusap bahunya guna menenangkan. Kara yang di perlakukan seperti itu malah kembali menangis. " Maaf, Kara jadi ke inget kak Sinta.." kekeh Kara lirih dengan terus menghapus air matanya. Abi yang mengerti hanya melempar senyum kecil lalu kembali memberikan Abi pada Kenan. " Apa aku boleh menjenguk Ben lagi? " tanya Abi. Kenan dan Kara saling melirik sekilas. " Boleh, karena alasannya Ben.." tekan Kenan secara tidak langsung menyuruh Abi tidak mencari kesempatan untuk mendekati Kara. " Tentu, Alasannya Ben, alasan lain mungkin menyusul.." kekeh Abi jenaka. Kenan tersenyum segaris, kode yang di lemparkan Abi sangat mudah Kenan ketahui. Kenan tidak akan pernah diam, Kara miliknya! " Jika ada perlu apapun jangan sungkan kasih tahu aku Ra.." ujar Abi dengan senyum manis. " Ada mas Kenan kok Mas, aku ga mau repotin orang lain.." balas Kara yang tidak ada maksud apa - apa namun ucapan Kara membuat Kenan puas. Secara tidak langsung Kara menolak kehadiran dan bantuan dari Abi. Kenan juga merasa berguna saat mendengarnya. *** " Mas kenapa diem terus? Kara punya salah apa sama mas? " tanya Kara setelah menidurkan Ben yang kini tengah tidur siang. " Engga.." jawab Kenan singkat. Kara memperhatikan kegiatan Kenan yang tengah membaca berita di ponsel dengan asal mengscroll. Aneh pikir Kara. " Mas mau kita berantem ya? Kara engga mau padahal.." lirih Kara pelan dengan lunglai. Kenan meletakkan asal ponselnya seraya menghela nafas pendek. Moodnya entah kenapa buruk setelah kehadiran Abi apalagi di tambah dengan cerita Kara setelah kepulangan Abi. Kenan tahu kalau Abi pernah meminta Kara menjadi pacarnya beberapa tahun lalu. Kenan semakin cemburu dan cemas, takutnya Abi akan nekad mengambil Kara darinya. " Mas harus percaya diri dong, cemburu cuma buat orang yang engga percaya diri.. Kara cintanya cuma sama mas.." aku Kara tulus namun malu - malu. Kenan menangkup kedua pipi Kara." Iya, maafin mas, mas cuma engga suka pandangan Abi ke kamu.." Kara melempar senyum manis." Kara engga peduli, Kara engga akan ninggalin mas.." balas Kara pelan karena malu. " Iya sayang, mas engga akan cemburu lagi, mas percaya diri.." yakin Kenan yang di balas pelukan oleh Kara. " Mas lagi mau, kamu cape ga sayang? Udah bolehkan kata bidan juga? " tanya Kenan berbisik. *** Kara melenguh pelan, Kenan terlalu berbeda dengan waktu malam pertama. Kara merasa tidak sulit saat malam pertama tapi semakin hari ada saja yang berubah walau setelah hamil perubahan itu berkurang. Entah itu posisi atau waktu tambah yang di minta Kenan. " Engga kerasa udah sore.." gumam Kenan di atas tubuh Kara yang masih terlihat sedikit terengah. Kenan menyudahi acara sentuh menyentuhnya, Kenan akan langsung ke intinya lagi. Kenan menyatukan miliknya dengan hati - hati agar tidak melukai anak di dalamnya. Kenan sampai lupa berapa kali hari ini dia meminta tambah dan bermain - main. Kenan menggerakkan pinggulnya dengan tempo sedang. " Mas tuntasin sekarang, ini yang terakhir abis itu kita mandi.." ujar Kenan dengan menggeram gemas. Kara tak menjawab, mulutnya sibuk mengerang dan mendesah. Kara di buat melayang nikmat siang hari kali ini. Di tambah karena hormon ibu hamil juga. Kenan menatap Kara dengan begitu memuja, Kenan tidak mengalihkan pandangannya sekaligus menambahkan tempo gerakannya yang membuat Kara semakin menggeliat seksi di bawahnya. Kenan memeluk Kara dengan tanpa menghentikan gerakannya. Keduanya mendesah saling bersahutan. Kenan mendongkak untuk meraih bibir Kara lalu di kulumnya. Desahan Kara pun teredam kuluman Kenan yang rakus. Kara bahkan sampai kewalahan. " Ah sayang.." erang Kenan gemas. Kara semakin gelisah di bawah Kenan, Kara sepertinya akan meledak, lagi. Kenan yang merasakan itu semakin mempercepat lagi gerakannya. *** Kenan dan Kara tengah berendam. Ben bangun tapi untung ada asisten rumah tangganya. Kenan pun menitipkan Ben padanya. " Kara harus cepet mas, Ben nunggu.." ujar Kara tak nyaman kalau terus berendam. " Ben ada yang jagain, kamu pasti cape, kita rileks dulu sebentar. Kamu engga sakitkan kayak kemarin - kemarin? Mas ga mau sampe anak sama istri mas kesakitan, enggakan? " tanya Kenan cemas. " Engga mas, cuma pegel sedikit.." aku Kara jujur. Kenan kembali memeluk Kara." Masnya terlalu banyak mau ya? Kamu kalo keberatan bilang sayang, apalagi kalau posisinya bikin kamu sakit.." " Iya, Kara pasti bilang, sejauh ini mas lembut kok walau aneh - aneh.." balas Kara malu. " Cuma malam pertama yang gampang, malam - malam berikutnya kamu emang harus siap menerima yang aneh - aneh sayang, buktinya udah isi sekarang.." di kecupnya pelipis Kara sebagai penutup.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD