The Girl

981 Words
 Alexa memandang kesal ke langit yang cerah dengan kesal. Musim panas datang. Udara menjadi lebih kering. Alexa tersenyum. Gadis itu menyukai musim panas dan kehangatan udaranya. Lebih baik dibandingkan musim dingin. Alexandra Grignard. Gadis berumur 17 tahun yang bersekolah di Western Senior High School. Alexa tinggal seorang diri di rumah orangtuanya. Kedua orangtuanya pindah ke Florida setahun yang lalu. Sedangkan gadis itu? Ia sama sekali tidak tertarik untuk pindah. Alexa memiliki kehidupan yang baik di Western. Selain itu, ia masih harus menyelesaikan sekolahnya terlebih dahulu.Lagipula, Alexandra Grignard dibesarkan menjadi individu yang mandiri. Ibunya sendiri merupakan seorang model yang menikahi seorang pengusaha, ayahnya. Wajar saja gen kecantikan ibunya mengalir bebas di darahnya. Setiap orang yang melihat Alexa pasti akan mengakui hal itu. Hampir semua orang mengakui kecantikan Alexa. Penghuni Western Senior High School mengenalnya. Alexa juga dikenal sebagai dewi tak tersentuh. Tidak ada laki-laki yang bisa menarik perhatiannya. Bukan hanya itu. Gadis itu belum pernah bersentuhan dengan laki-laki sama sekali. Sejauh ini, tidak ada laki-laki yang berhasil merayunya maupun membuatnya terpikat. Bahkan, Alexa sendiri belum pernah tertarik terhadap laki-laki manapun. Meski tinggal sendiri, rumah alexa selalu penuh. Karla selalu membawa pacarnya, Daren, hampir setiap hari. Begitujuga para penggemar Alexa yang terkadang datang hanya untuk memberinya hadiah. Sedikit usaha untuk merebut hati gadis itu. Sayangnya, Alexa tetap tidak tertarik dengan mereka. Bagi Alexa, hampir semua lelaki itu sama. Menyukai perempuan karena penampilan dan kecantikan mereka. Alexa sendiri tidak keberatan dengan para lelaki yang mengagumi kecantikannya. Lahir sebagai anak seorang model, Alexa terbiasa berpenampilan menarik. Ia sendiri cukup percaya diri dengan penampilannya. Hanya saja, mereka tidak bisa membuatnya tertarik. Kini, Alexa duduk di atas mobilnya sambil memandangi Karla dan Daren yang sedang mengumbar kemesraan mereka. Daren sedang menceritakan sesuatu pada Karla lengkap dengan kalimat gombal yang membuat hati Karla meleleh. Alexa memutar matanya jengah. "Damn dude! Sana ke rumah Karla aja kalian! Percuma juga kalian disini" celoteh Alexa kesal. Karla tertawa. Ia kemudian terang-terangan menggenggam tangan Daren dan mengecup pipi laki-laki itu sekilas. "Kenapa? Kamu mau?" Ujar Karla. "Kalo kamu mau Alexa, aku bisa kok! Kamu mau apa? Kalimat gombalan seperti Daren? Kau bisa menjadi pacarku" Henry yang duduk di kursi santai menyeringai. "s**t! Terusin aja kalo gitu" ujar Alexa kesal. Henry adalah temannya sejak sekolah dasar. Alexa tau Henry memiliki perasaan terhadapnya. Sayangnya, ia tidak bisa membalas perasaan Henry. Ia berlalu kemudian pergi ke dapurnya di rumah mengambil jus. Henry tidak menyerah. Ia berjalan menyusul Alexa ke dapur. Awalnya Henry biasa saja terhadap Alexa. Seiring dengan pubertasnya, Henry mulai menyukai Alexa. Ia sendiri secara terang-terangan mengatakan perasaannya. Sayangnya, Alexa selalu mengabaikannya. Alexa kini memakai celana sampai lutut dengan atasan berupa blouse berlengan pendek. Penampilan yang manis. s**l! Henry mengerang tanpa sadar. Ia sangat tidak tahan dengan pesona Alexa. "s**l, henry! Jangan mulai!" Ujar Alexa memperingati. "Aku memang tidak tahan dengan pesonamu" ujar Henry sambil menggerakkan alisnya naik turun. "Bagaimana kalau dibalas dengan kencan, sayang?" Rayu henry. Alexa mengangkat alisnya kemudian memandang Henry. Laki-laki ini tidak pernah menyerah. "Menyerahlah!" Ujar alexa pelan. Ia terlalu lelah menghadapi laki-laki itu. Lain halnya dengan Henry. Laki-laki itu justru bertambah semangat mendengar suara serak alexa. Salah satu kelebihan lainnya yang dimiliki Alexa. Alexa memiliki suara serak yang seksi. Salah satu hal yang cukup menarik perhatian lawan jenisnya. Alexa membawa jus tersebut ke halaman dimana daren dan karla masih sibuk menebar kemesraan. Melihat jus, Karla menghentikan aktivitasnya. Ia tau jus adalah tanda ambang batas emosi alexa. Hanya saja, Karla memang sengaja melakukannya. Ia ingin alexa juga menemukan cintanya, persis seperti dirinya. ***** Alexa sedang menonton acara televisi ketika rumahnya diketuk. Dengan enggan dirinya bergerak menuju pintu. Begitu ia membuka pintu, Alexa mengerutkan dahinya. Di ambang pintunya berdiri seorang laki-laki tinggi tidak dikenal bermata hazel. Laki-laki itu memakai celana santai dengan jaket yang menutupi tubuh atasnya. "Hai" sapanya dengan senyuman tipis. Terlampau tipis. Bahkan, Alexa tidak yakin laki-laki ini berniat untuk tersenyum. "Ada yang bisa dibantu?" Tanya Alexa to the point. Alexa selalu merasa tidak nyaman saat berada di dekat laki-laki asing terlebih laki-laki seumurannya. Terlebih, saat mereka berkunjung di waktu malam. Seperti sekarang. "Kami baru pindah di seberang rumahmu! Keane mohler. Call me ken" ujarnya dingin. What? Alexa mengangkat alisnya. Kenapa laki-laki ini begitu dingin? Ia menjabat tangan Ken sembari menyebutkan namanya. “Alexandra Grignard” " Ayah dan ibuku mengadakan pesta kecil. Hampir semua orang di lingkungan ini datang" ujar Ken dengan ekspresi datar. Alexa menggeleng pelan. Ia merasa mengantuk. Orang-orang di lingkungannya cukup mengenal Alexa dan rata-rata menyukai gadis itu. Tidak ada alasan untuk menolaknya namun ia sangat mengantuk. "Maaf aku sangat mengantuk!" Ujar Alexa sambil tersenyum enggan. Ken tertegun untuk sesaat menyadari kecantikan gadis di hadapannya. Hidung yang mancung, mata bulat dan bibir yang penuh. Namun, bukan itu saja yang membuat Ken tertegun. Lesung pipi gadis itu adalah daya tarik utamanya. Terlihat begitu manis dan sempurna di wajahnya yang cantik. Namun, Ken segera menguasai dirinya dan mengendalikan ekspresinya. "Baiklah! Maaf mengganggumu Miss" ujar Ken sambil mengangguk sopan. Alexa mengernyitkan dahinya. Tidak ada efek? Biasanya laki-laki segera memasang tampang seolah mereka orang tertampan di dunia begitu melihat Alexa. Setidaknya, biasanya mereka akan mengajak Alexa berkenalan. Laki-laki ini terlalu sopan dan formal. Jarang sekali Alexa bertemu dengan laki-laki seperti itu. Tapi, Alexa tidak peduli. Ia segera menutup pintu begitu laki-laki itu meninggalkan teras rumahnya. Tanpa Alexa ketahui, ia sangat mempengaruhi Ken. Bayangan gadis itu terputar terus menerus di kepalanya. Terlebih lagi suara gadis itu yang serak dan senyumnya yang manis. Ken menghempaskan tubuhnya ke kasur kemudian memejamkan matanya. Bayangan alexa yang sedang tersenyum terus berputar hingga ken terlelap dalam tidurnya. s**l! Itu hanya senyum enggan! Lalu, pikiran gila lainnya melesat di kepala Ken. Bukankah dia akan terlihat lebih cantik jika tersenyum bebas? Ken segera mengenyahkan pikiran tersebut. Oh, damn! Tidak! Ken harus belajar dari pengalaman. Dia tidak boleh tertarik dengan perempuan itu. Ken membuka matanya sambil menatap langit-langit. Perasaan bersalah itu kembali muncul ke permukaan. Sampai kapan dia akan terikat dengan masa lalunya? Ken tersenyum miris. Oh, s**l! Perempuan di seberang rumahnya kembali muncul di kepalanya. Detik itu juga Ken tau, Alexandra Grignard adalah perempuan yang harus ia jauhi. Ya! Dia harus belajar dari pengalaman. Tbc
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD