MMB - Part 7

3059 Words
Lucas menatap keheranan Arthur yang memegangi kepalanya sembari terus menggumamkan sesuatu. Pagi ini, Arthur terbangun di apartemen Rula dan tertidur di sofa apartemen wanita itu, hingga saat ini ia belum bertemu dengan Rula karena saat bangun tadi, Arthur sudah di tinggal sendirian dengan note yang Rula tulis sebelum pergi ke kantor. Dan saat ia pulang ke rumah, ia sudah mendapati sang nenek yang sudah pulang dari rumah sakit. Rasa bahagia Arthur rasakan ketika melihat Witna sudah pulih kembali, saat itu ia ingin memeluk wanita tua itu, namun ia urungkan karena tubuhnya bau alkohol. Jika pun tidak bau, Witna juga tidak akan mau dipeluk oleh Arthur, mengingat wanita itu sangat membenci dirinya. Dan pagi ini, kepala Arthur sangat sakit dan ia mencoba untuk mengingat kejadian apa saja yang sudah terjadi semalam. "Son? Bisa kau periksa ini untukku?" Lucas menyerahkan beberapa file kepada Arthur yang tidak fokus. Pria itu seperti tidak mendengar perkataan Lucas. "Son?" Lucas kembali bersuara, "Arthur," "Ya?" Arthur tersadar dari pikirannya ketika Lucas menyentuh lengannya. Lucas menghela nafas, "bisa fokus ke pekerjaan dulu?" tanya Lucas pelan. "Sorry, dad. Kepalaku sangat sakit," jawab Arthur menatap tak enak Lucas yang berdiri di depannya. "Kau ingin pulang?" Arthur menggeleng, "aku akan coba menahannya. Mana filenya," Lucas menyerahkan benda itu kepada Arthur dan menatap sejenak anaknya lalu melangkah keluar dari ruangan. Di tempatnya, Rula duduk termenung di ruangannya sembari menyentuh bibirnya. Ingatan tentang kejadian semalam kembali mampir di kepala Rula. Wanita itu tersenyum ketika mengingat tubuhnya menempel dengan tubuh Arthur, akhirnya apa yang ia inginkan terjadi!! Ingin rasanya Rula berteriak sekencang mungkin, melepaskan segala rasa senangnya karena bisa melakukan hal yang cukup intim bersama Arthur. Kedua pipi Rula merona ketika ia mengingat bagaimana cara Arthur menatapnya, ia menangkup wajahnya sendiri karena merasakan pipinya yang panas. "Kau sakit?" Kepala Rula reflek mendongak ketika mendengar suara Jane. Wanita itu berdiri di ambang pintu. "Pipimu merah sekali," tambah Jane sembari melangkah masuk. Rula gelagapan, "a-aku tidak sakit, Jane. Dan juga... kenapa kau tidak mengetuk pintu dulu?" ujar Rula, Jane tidak mendengarkannya. Wanita itu menempelkan telapak tangannya ke kening Rula. "Kau demam Rula, badanmu panas." ujar Jane dengan wajah yang sedikit panik. "Kita harus ke ruang kesehatan, kau harus istirahat," Jane menarik tangan Rula agar berdiri dari duduknya, kegaduhan sedikit tercipta ketika Rula menolak untuk keluar dari ruangannya. Dan Jane yang tidak mau mendengarkan terus memaksa wanita itu. "Jane, aku tidak sakit!" "Kau demam Rula. Ayo!!" Jane menarik tangan Rula agar berdiri dari tempatnya. "Ayo Rula," Rula menepis tangan Jane dan memeluk meja kerjanya sendiri. "Rula!" "Tidak mau Jane! I'm fine!!" teriak Rula tertahan. Jane yang tidak mau Rula memaksa diri untuk bekerja dengan tubuh yang kurang fit mencoba melepaskan tangan Rula yang memeluk meja kerjanya, "kau harus istirahat wanita keras kepala!" ujar Jane berpindah tempat dan berdiri di belakang Rula. Lalu tanpa Rula sadari temannya itu memeluknya dari belakang dan mencoba menarik tubuhnya. Kedua mata Rula membesar ketika Jane berusaha menarik tubuhnya. "Ya ampun, Jane!!" "Kau harus istirahat, Rula!!" "Permisi?" Adegan tarik menarik antara Rula dan Jane berhenti ketika seorang pria membuka pintu ruangan. Dengan pose yang sedikit absurd, kedua wanita itu menolehkan kepala ke belakang. Mereka bertiga saling pandang dengan pria itu yang menatap Jane dan Rula dengan heran. "J-Jay!!" teriak Jane melepaskan tangannya dari pinggang Rula lalu berlari kecil menuju pria yang bernama Jay itu. Jane memeluk Jay dengan erat. Dan Rula sendiri kembali merapikan penampilannya dan menatap Jay yang saat ini tersenyum ke arah nya. ^^^ "Kapan kau kembali? Bukannya kau seharusnya masih di Hongkong?" tanya Rula pada Jay. Saat ini mereka sedang duduk di ruang santai khusus untuk karyawan yang disediakan perusahaan. Setelah mendapatkan penjelasan tentang apa yang ia lihat sebelumnya dari Jane, Jay mengajak Rula untuk berbincang bersama dengannya. Apa yang dikatakan oleh Rula memang benar, seharusnya Jay masih di Hongkong sekarang untuk menyelesaikan pekerjaan kantor cabang yang ada di sana, namun kurang dari tiga bulan, Jay mampu menyelesaikan masalah yang ada di sana dan ia meminta untuk dipulangkan lebih awal dari jadwal yang sudah ditentukan. "Jika sudah menyangkut pekerjaan kau memang cekatan Jay. Aku salut kepadamu," ucap Rula setelah mendengar penjelasan Jay tentang pekerjaannya. "Kau mau membahas apa? Kalau tidak terlalu penting aku harus ke ruanganku sekarang. Pekerjaanku menumpuk," Jay yang mendengar itu mengulum bibirnya ke dalam, "setelah beberapa bulan tidak melihatmu, kau masih tetap sama." Jarak umur antara Jay dan Rula adalah lima tahun dan Rula yang lebih tua dari Jay meminta agar pria itu tidak terlalu formal kepadanya dan memanggil dirinya dengan sebutan nama saja. "Aku hanya ingin bilang, aku akan terus mendekatimu Rula dan tidak akan menyerah sampai kau bisa membuka hatimu untukku," Rula yang mendengar itu menatap lurus Jay yang duduk di depannya. "Seorang pria sejati harus memperjuangkan apa yang seharusnya menjadi miliknya bukan?" Dahi Rula berkerut, "maksudmu?" Jay mencondongkan tubuhnya ke arah Rula, lalu berbisik di depan wajah wanita itu. "Akan ku pastikan... kau akan menjadi milikku." ucap Jay dengan tersenyum nakal lalu pergi dari hadapan Rula begitu saja. Rula yang berusaha mencerna akan apa yang terjadi menatap punggung Jay yang perlahan menghilang dari pandangannya. "Dia memang tidak mudah menyerah. Sudah berapa kali aku menolaknya, ya?" *** Punggung tangan yang keriput dan kurus milik Witna dengan pelan bergerak membuka album foto miliknya yang ia simpan di dalam kamar. Tubuhnya sudah terasa lebih baik dari sebelumnya. Tangannya yang sudah gemetar ketika memegang apa pun yang ia sentuh membalik satu persatu album foto itu. Di sana kebanyakan foto Witna bersama sang suami. Entah lah, ia hanya merasa rindu kepada suaminya itu. Ia jarang melihat atau membuka album foto itu semenjak suaminya pergi meninggalkannya untuk selamanya. Witna terus membolak-balik album itu hingga ia berhenti di satu foto suaminya yang robek. Witna mengambil foto itu, "dia bersama siapa?" ucap Witna ketika melihat ada tangan yang di genggam oleh suaminya, foto itu tampak di robek dengan sengaja dan hanya meninggalkan foto suaminya saja. "Seingat ku, kita berdua tidak pernah foto seperti ini." ujar Witna lagi dan kemudian ingatan tentang ucapan Olivia beberapa hari yang lalu melintas di kepalanya. Walaupun sudah dijelaskan oleh menantunya jika semua yang ia ucapkan hanya omong kosong, namun Witna tidak semudah itu untuk melupakannya. Tidak mungkin Olivia sembarangan berbicara apa lagi ini tentang ayah mertuanya. "Apa foto ini ada kaitannya dengan wanita yang Olivia sebut waktu itu?" tanya Witna sendiri dan menatap lama foto suaminya yang tersenyum sangat lepas kala itu. ^^^ Langit perlahan berubah menjadi gelap, Arthur masih berkutat dengan semua benda yang ada di meja kerjanya. Lucas sudah pulang duluan, pria paruh baya itu sengaja meninggalkan Arthur agar anaknya itu bisa mengerjakan sendiri pekerjaan kantor tanpa bantuan darinya lagi. Arthur menggerak-gerakkan lehernya yang terasa kaku. Sakit kepalanya sudah hilang dan sekarang giliran lehernya yang terasa kaku. "Ah... kapan ini akan selesai?" ujar Arthur menatap langit-langit ruangannya. Selama beberapa saat ia bertahan dengan posisi seperti itu hingga getaran ponsel mengalihkan perhatiannya. Arthur mengangkat panggilan masuk dan itu dari Olivia. "Ya mom?" " ..... " "Okay, aku pulang sekarang." Arthur menutup panggilan itu lalu merapikan semua barang-barangnya, ia jangkau jas yang ia gantung lalu melangkah keluar dari ruangan itu. Sepuluh menit diperjalanan, akhirnya Arthur tiba di rumah. Ia turun dari mobil, membuka pintu rumah yang tidak di kunci, "mom, aku pu.... lang," ucapnya melihat suasana rumah yang ramai terlebih lagi matanya menangkap sosok paman Bentley dan.... Rula. Kenapa mereka ada di sini?!!! teriak Arthur dalam hati. Olivia yang sadar akan kedatangan anaknya mendekati Arthur dan menyuruh pria itu agar duduk di samping Rula. "Wah wah!! Calon pengantin kita tampak sudah siap untuk duduk berdua di pelaminan," celetuk paman Bentley tiba-tiba. Semua yang ada di sana tertawa kecuali Rula, Arthur dan Witna. Witna hanya menatap datar Rula dan Arthur. "Apa yang kau bicarakan paman? Siapa yang kau maksud calon pengantin?" "Arthur." Olivia memperingati Arthur dengan kepalanya yang menggeleng. "Tidak usah malu nak. Semalam saja kau begitu agresif kepada Rula," ujar paman Bentley yang mampu menarik semua perhatian yang ada di sana. Rula tidak bisa menyembunyikan ekspresi terkejutnya ketika mendengar ucapan paman Bentley. apa dia melihat semuanya?! "Maksudmu apa Ben? Arthur dan Rula..." "Arthur tidak memberitahumu soal semalam?" tanya Bentley pada Olivia yang menggelengkan kepala. Paman Bentley menutup mulutnya menggunakan tangan melihat reaksi yang diberikan oleh Olivia. "Really?!!" "Beritahu saja Ben! Senang sekali melihat orang penasaran," timpal Witna yang membuat paman Bentley langsung tidak berkutik. "Semalam-" "Semalam aku dan paman minum di apartemen Rula," Arthur memotong ucapan paman Bentley, ia berdiri dari sofa. "Dan menginap di sana," Rula ikut berdiri, "i-iya. Arthur menginap di tempatku semalam Aunty." "Kau dan Rula bertetangga?" Paman Bentley menganggukkan kepala ketika Olivia bertanya kepadanya. "Oh, karena itu kau sakit kepala tadi pagi?" sambung Lucas dan Arthur langsung mengiyakan ucapan daddy-nya. Mendengar fakta jika anaknya menginap di apartemen lawan jenis, membuat senyuman penuh arti milik Olivia terbit. "Rula, kau tidak perlu memanggilku seperti itu. Panggil saja mommy dan daddy ya. Aku senang jika di panggil seperti itu," Rula tersenyum ke arah Olivia dan mengiyakan kemauan wanita itu. "Bukannya memang harus seperti itu? Kau kan akan menjadi bagian dari keluarga Domarion, masa iya sudah mau menjadi istri Arthur kau masih saja memanggil orang tuanya seperti itu? Itu terdengar kau tidak akrab dengan keluarganya," celetuk paman Bentley sembari memakan biskuit yang tersedia di meja, setelah itu ia pergi dari sana guna mengejar anaknya yang berlari ke sana kemari. Sepeninggal paman Bentley, Arthur melirik Rula yang di sampingnya. "Kenapa kau bisa di sini?" Olivia yang masih di sana dapat mendengar ucapan Arthur. Lucas sedang bermain dengan anak-anak Bentley dan Witna sedang asik mengobrol dengan istrinya Bentley. Mereka mengundang keluarga Waverly karena permintaan Witna. "Itu... aku tidak sengaja bertemu dengan paman Ben," jawab Rula dengan ekspresi wajah tak enaknya pada Arthur. Arthur hanya memutar matanya, "lagi-lagi kau bertemu dengannya! Bisa tidak kau itu-" Arthur berhenti, sejenak ia baru sadar kalau mommy-nya masih berdiri di tempatnya. Arthur menoleh ke arah Olivia yang menarik alisnya sebelah. "Mommy mengganggu ya? Ya sudah, kalian bicaralah berdua," Olivia pergi dari hadapan mereka dengan senyuman penuh arti miliknya dan perhatian Arthur kembali lagi pada Rula. "Kau ikut aku." Rula menarik nafasnya dengan panjang, "ah, aku harap dia tidak akan marah kepadaku." bisik Rula dan mengikuti Arthur yang melangkah ke halaman belakang. Rula menatap Arthur yang berdiri di depannya, ia baru sadar kalau dilihat dari dekat wajah Arthur semakin tampan saja. Tanpa sadar ia tersenyum memperlihatkan giginya yang rapi. "Kau kenapa?" "Ha?" Rula tersadar dari pikirannya. "T-tidak kenapa-kenapa," ujarnya mengalihkan pandangannya. "Apa aku melakukan sesuatu kepadamu semalam?" tanya Arthur yang membuat kedua mata Rula langsung terarah kepadanya. "Aku tidak mengingat sepenuhnya kejadian semalam. Yang aku ingat, aku hanya minum-minum bersama paman, lalu..." "Lalu?" Rula harap-harap cemas akan kalimat apa yang ingin Arthur ucapkan. Ia sangat berharap Arthur dapat mengingat kejadian dimana mereka berciuman!! Dari arah dalam rumah, kehebohan terjadi dimana anak-anak paman Bentley berlari ke sana kemari dan salah satu anak laki-lakinya berlari menuju halaman belakang-tempat Rula dan Arthur sedang berbicara. Mereka berdua belum sadar akan kehadiran anak itu yang berlari kencang, hingga tubuhnya tidak sengaja menubruk tubuh Rula dan... Byur!!!!! Rula jatuh ke dalam kolam berenang yang ada di sampingnya, anak kecil yang berlari tadi jatuh terduduk di tempat Rula berdiri, sedangkan Arthur menatap syok apa yang telah ia saksikan. Rula mencoba naik ke permukaan, kolam renang itu ternyata cukup dalam. Ia menyibak rambutnya yang menutupi wajahnya ke belakang, dengan nafas yang memburu ia melihat Arthur yang saat ini menatapnya dengan kedua mata yang membulat. Rula mengikuti arah pandangan Arthur dan ternyata pria itu sedang menatap tubuhnya yang terlihat karena bajunya yang basah dan menyebabkan tembus pandang. Reflek, Rula menyilangkan tangannya guna menutupi tubuhnya yang terlihat lalu memutar tubuhnya ke belakang, karena rombongan yang ada di dalam rumah keluar untuk melihat apa yang telah terjadi. "Ya ampun," Olivia tidak bisa mengontrol ekspresi terkejutnya ketika melihat Rula tercebur ke dalam kolam berenang di rumahnya sendiri. Olivia memutar kepalanya guna melihat Arthur yang bergerak menuju lemari yang ada di sekitar sana, bisa ia lihat anaknya mengambil handuk. Seulas senyuman tipis terbit di wajah Olivia. Ia mengikuti gerak gerik Arthur, pria itu masuk ke dalam kolam berenang. Rula masih bertahan dengan posisinya. Hingga ia merasakan seseorang memeluknya dari belakang. Rula menolehkan kepala dan melihat Arthur yang berada di belakangnya. "Putar tubuhmu," ucap Arthur menutupi Rula dengan handuk yang ia bawa agar tubuh Rula tidak di lihat oleh mereka yang berdiri di pinggir kolam. Rula mengikuti arahan Arthur, handuk yang pria itu bawa dililitkan ke tubuh Rula. Pria itu memeluknya dari samping dan membawa tubuh mereka untuk keluar dari kolam itu. "Maafkan aku kak. Aku tidak sengaja," anak laki-laki yang menjadi penyebab Rula tercebur ke dalam kolam berenang meminta maaf pada Rula dengan kedua tangan yang memeluk kaki wanita itu. "Iya, tidak apa-apa sayang." jawab Rula menyentuh kepala anak kecil itu. "Arthur bawa Rula ke kamarmu, dia tampak sudah kedinginan," ucap Olivia cemas, Rula terlihat sudah menggigil. Arthur mengikuti arahan Olivia, ia menuntun Rula menuju kamarnya. Dan saat mereka berdua melangkah menuju tangga, ada Witna yang menyaksikan bagaimana Arthur memperlakukan Rula. "Bahkan perlakuannya kepada wanita sangat mirip denganmu, Ozzie." *** Bola mata warna hijau milik Rula bergerak memperhatikan setiap detail dari kamar milik Arthur. Ia berdiri di dekat pintu kamar pria itu dan melihat foto Arthur dan kedua orang tuanya yang ada di meja nakas, lalu perhatiannya pindah ke tempat tidur milik Arthur. Lalu mata itu bergerak ke arah si pemilik kamar yang saat ini sedang berdiri di depan lemari pakaiannya. Rula dengan penampilannya yang basah menatap dirinya dari bawah ke atas. "Bahkan sekarang kau tidak memakai sepatumu, Rula." "Sepatumu masih di dalam kolam, nanti akan ku ambilkan," sambung Arthur yang membuat Rula langsung mengangkat kepalanya ke arah pria itu. Ia juga menyerahkan pakaian untuk Rula. Rula menerima pakaian itu. "Semua peralatan mandi yang baru ada di lemari atas wastafel, kau gunakan itu." "Baik, pak." ujar Rula dengan kepala yang sedikit tertunduk. Arthur memperhatikan Rula dari atas ke bawah, di mulai dari melihat rambut panjangnya yang basah lalu tatapan itu turun ke bibir tipisnya dan pandangan itu terus turun ke kaki Rula. Sekelebat ingatan hitam putih muncul begitu saja di kepala Arthur, bisa ia lihat ada tangan, bunyi suara lalu ia yang tertidur. "Apa itu?" "Maaf pak?" Rula menyadarkan Arthur, pria itu mengangkat kepalanya. "Kau... kenapa?" Arthur menyentuh kepalanya, "sepertinya ini masih karena efek alkohol semalam." bisiknya. "Sekarang masuk lah ke kamar mandi, aku juga ingin mengganti celana ku." "Oh, baik pak." ujar Rula dan buru-buru masuk ke dalam kamar mandi milik Arthur. "Apa yang sudah aku lakukan semalam ya? Kenapa aku tidak bisa mengingat semua kejadian malam itu?!" kesal Arthur sendiri lalu melangkah keluar kamar. Di dalam kamar mandi, Rula memperhatikan penampilannya. "Tadi itu sungguh sangat memalukan Rula. Kau tercebur ke dalam kolam berenang dan dia sudah melihat bagaimana bentuk tubuhmu. Aa!!" Rula berteriak dengan tangannya yang menutupi wajahnya. "Bodoh bodoh bodoh. Aku malu!!" rengek Rula dan memukul kepalanya karena terus memikirkan kejadian memalukan tadi. "Bagaimana bisa aku berhadapan dengan mereka!! Aaa!! Aku mau pulang!!" Setengah jam pun berlalu dan akhirnya Rula keluar juga dari kamar mandi, dan tanpa ia sadari Arthur sedari tadi duduk di dalam kamarnya. Tatapan mereka bertemu dan Arthur yang duduk di atas ranjang memperhatikan Rula yang berdiri di depan kamar mandi. Rula memakai kaos miliknya dan celana pendek yang ia berikan tadi. Namun di mata Arthur wanita itu tampak tidak seperti memakai celana karena tertutup oleh kaosnya yang panjang. "Sudah selesai?" "Sudah, pak." "Kalau begitu, ayo turun. Semuanya sudah menunggu." Rula mengangguk. Mereka keluar dari kamar dan saat sudah di bawah semuanya sudah duduk di meja makan. Dan kepala mereka semua menoleh ke arah Rula. "Wah!! Kau memakai baju suamimu." Langkah Rula langsung terhenti ketika mendengar celetukan sembarangan yang lagi-lagi keluar dari bibir paman Bentley. Semua mata menatap sinis paman Bentley. "Kau persis seperti ibumu Ben." Witna bersuara dan paman Bentley langsung memasang wajah menyesalnya lalu meminta maaf kepada semua yang ada di sana. Olivia mendekati Rula, "kau tampak cantik nak." bisiknya di depan Rula. Pipi Rula langsung memerah karena pujian dari Olivia. "Ayo, kita makan malam bersama." sambungnya lagi menyuruh Rula untuk duduk di tempat yang sudah disediakan. Rula duduk tepat di depan Arthur. Makan malam pun disajikan. Mereka fokus menyantap makanan masing-masing hingga bunyi denting sendok bertemu piring yang cukup keras mengalihkan perhatian semuanya. "Kenapa, son?" tanya Lucas melihat Arthur yang menjatuhkan sendoknya ke atas piring. Ekspresi wajah pria itu tampak tegang. "Kau butuh sesuatu sayang?" kini giliran Olivia yang bertanya. Arthur yang masih diam, kini menatap Rula yang di depannya. Olivia yang sadar kemana arah pandangan Arthur juga menatap Rula yang tampak tegang. "Nak kau-" ucapan paman Bentley terhenti ketika Arthur mendorong kursi yang ia duduki. Pria itu berdiri dan menatap Rula dengan sorot mata yang tampak khawatir. "Jangan bilang kalau aku melakukan itu kepadamu?" ujar Arthur yang membuat semua menatap bingung ke arahnya. Rula yang berharap Arthur akan mengingat kejadian semalam sekarang merasa was-was. Ia takut jika pria di depannya ini akan mengatakan semua yang ia ingat di sini. Di depan kerabat keluarganya! Dan sialnya ada tiga anak kecil di sini!! "Memang kau melakukan apa kepada Rula, son?" "B-bisa tidak kita membahasnya nanti saja? Tidak baik-" "Sekarang saja, aku penasaran dengan apa yang ingin Arthur katakan." paman Bentley memotong ucapan Rula. "Memang apa yang sudah kau lakukan nak? Seingat ku, semalam kau hanya minum, lalu aku tinggalkan kau yang sudah tepar. Terus aku kembali lagi untuk mengambil dompetku yang tertinggal dan tidak sengaja melihat kalian berciuman-" "Paman Ben!!!" Rula berteriak begitu keras dan berdiri dari kursinya. Lucas dan Witna terkejut mendengar teriakan Rula begitu pula dengan paman Bentley beserta istrinya juga terkejut mendengar teriakan yang menggelegar dari Rula. Sedangkan Olivia membuka mulutnya mendengar penuturan paman Bentley. Ia tidak percaya akan apa yang ia dengar. Akhirnya anak semata wayangnya menunjukkan jika dirinya masih normal dan masih suka dengan lawan jenis!! Selama ini, ia pikir Arthur tidak menyukai wanita karena pria itu selalu menolak untuk diajak bertemu dengan wanita yang Olivia pilihkan untuknya. Syukurlah, akhirnya Arthur bertemu dengan wanita yang sangat pas dan Olivia juga menyukainya. Dengan raut wajah yang tampak bahagia, Olivia menatap Lucas dan Witna bergantian. Setelah itu ia berucap, "ayo, kita tetapkan tanggal pernikahan mereka," "Mommy!!!" kali ini Arthur yang berteriak sekeras mungkin. Ada apa dengan keluarga ini?!! Mengapa mereka selalu mengambil kesimpulan tanpa mau mendengarkan penjelasan orang lain terlebih dahulu?!!! teriak Rula dalam hati lalu terduduk dengan lemas di kursinya. Paman Ben! Aku benci kau!!!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD