Part 5

985 Words
Zain Altair Pradipta. Ketua geng Lion. Seperti ketua pada umumnya, ia memiliki wajah datar dan dingin. Namun, tak mengurangi kadar ketampanannya. Sikapnya akan berubah jika bersama Ana. Tidak menyukai Alexia. Arka Mahardika. Wakil ketua geng Lion. Ia sama seperti Zain, wajah datar, dingin, kaku, irit bicara. Bedanya ia tak suka dengan Ana bukan Alexia. Ia pun tak tau mengapa Samuel Lewis. Anggota inti. Tak suka dengan Alexia. Playboy kelas kakap, suka menggombali perempuan yang menurutnya cantik. Pacar Tania, teman Ana. Fadil Hernandez. Mempunyai sikap yang sama seperti samuel yang suka menggombali perempuan cantik. Ia juga tak menyukai Alexia. Andika & Andiky William. Anggota inti. Sama seperti yang lainnya, ia juga membenci alexia dan sangat sangat menyayangi Ana. Diky berpacaran dengan teman Ana, Fani. Geng Lion yang beranggotakan 500 orang. Tak hanya anak sekolah Alexander saja yang ada, tapi dari seluruh sekolah yang ada di Jakarta. Seperti geng pada umumnya, Geng Lion memiliki musuh dari geng sebelah. Bernama Geng Bandidos, diketuai Nicholas Brandon Sepupu dari Kenan. Yang sangat dibenci oleh Kenan. Setelah kejadian dipekarangan sekolah tadi, kini Ale sedang berada dikoperasi membeli seragam baru. Jika ditanya dari mana uangnya? Ia selalu diberi uang jajan oleh bunda nya. Namun, ia selalu menyimpannya dan memakai uang jajan yang diberi Ayah nya walaupun hanya sedikit. Bunda nya pun punya perusahaan yang tak diketahui keluarga. Yang akan di berikan kepada Ale nantinya. Bahkan uang di ATM nya yang dulu pun masih bisa ia ambil, karna ATM nya berada di markas Mafia Black Wolf. Bisa saja ia kesana dan mengambilnya. Selepas membeli seragam baru, ia menggantinya di toilet, lalu masuk kedalam kelas. Disana sudah ada guru yang mengajar. Karna bel sudah berbunyi pada saat Ale berada di dalam toilet. Ale berjalan dikoridor yang sudah sepi. Saat melihat kelas XI IPA 2, ia pun mengetuknya. Tok Tok Tok Ale membuka satu pintu, lalu menyembulkan kepalanya sedikit menatap seluruh kelasnya. Mereka yang ada didalam merasa gemas. 'Aaaa~ adek siapa itu woy?' 'Anjir. Ini kok anak SD kesasar disini.' 'Gemes' 'Itukan yang tadi di pekarangan sekolah? yang katain Mia kan?' 'Kayak gak asing yah mukanya.' Ale masuk lalu berjalan menuju meja guru yang sedang mengajar tapi terhenti karenanya. "Maaf bu, saya Alexia Amora. Maaf terlambat." Ujar Ale membuat kelas kembali ribut. 'Hah? Ale? yang suka bully Ana itu yah?' 'Iyaa, astaga dia cantik banget gak pakai makeup' 'Yahh.. si nenek lampir, gue kira murid baru.' Guru itu mengangguk lalu menyuruh Ale duduk dikursinya. Ale hanya tersenyum lalu berjalan kearah bangku kosong satu satunya. Mira dan Tisya menatap intens Ale. "Lo udah sembuh? Lo inget kita? Kata Bunda lo anemia." Ujar Tisya. "Amnesia! a m n e s i a. Gue gibeng juga lama lama pala lo." Ujar Mira menekankan kata 'Amnesia'. "Udah Bunda ceritain, kalian kenapa gak jenguk gue waktu dirumah sakit?" Ujar Ale. Sebenarnya ia tak kepo hanya saja sekarang ia hidup dalam raga Ale yang memiliki dua sahabat. Ia hanya ingin tau alasan sahabat Ale ini tak menjenguknya. "Dateng, seminggu malah, tapi lo koma jadi gak tau. Waktu lo sadar kita udah gak ada karna ada acara perusahaan bokap Tisya, jadinya gue ama dia sibuk. Tapi, besoknya kita dateng Lo nya udah gak ada." Ucap Mira panjang lebar. Ale menganggukkan kepalanya. "Terus, lo tau gak Le. Si Ananjing itu dateng kesana bareng Zain." Ujar Tisya yang langsung mendapat geplakan dari Mira. Tisya langsung membekap mulutnya, pasalnya jika ia bercerita tentang Zain dan Ana maka Ale akan sedih. Ale yang paham akan situasi tersenyum. "Gue udah berubah, gue juga udah gak bakalan ngejar ngejar si Zain zain itu lagi." Ucapnya tersenyum. Mira yang mendengar itu ikut senang begitupun dengan Tisya. Sampai suara bentakan seseorang membuat mereka menoleh. "MIRA, TISYA, DAN ALEXIA. KALIAN KENAPA BICARA SAAT PEMBELAJARAN SEDANG DIMULAI?!! DAN KAMU ALEXIA. KAMU INI BANYAK SEKALI KETINGGALAN DALAM PELAJARAN SAYA DAN NILAI KAMU SEMESTER LALU JUGA ANJLOK DAN KAMU TIDAK MEMPERHATIKAN SAYA?!. KESINI KAMU ALEXIA, KERJAKAN SOAL DIATAS!!!" Teriak Bu Tian marah. Sekelas mengusap telinga mereka karna teriakan Bu Tian. Ale berdiri dari duduknya membuat semua orang menatap was was kearahnya. Kedua sahabat Ale mencekal tangannya, namun Ale mengangguk pertanda bahwa ia akan baik baik saja. Ale maju kedepan. Bu Tian tersenyum remeh kearah Ale. "Kalau kamu tidak dapat mengerjakan soal diatas, sekelas tidak akan istirahat hari ini." Ujar Bu Tian. "Kalau saya benar semua? Hadiahnya apa?" Ujar Ale santai. Mereka semua melongo, biasanya Ale akan meminta hukuman lain daripada mengerjakan soal matematika. "Poin Lebih untuk XI IPA 2." Ujar Bu Tian tersenyum sinis. "Deal." Final Ale. Ale mengambil spidol dan berjalan kearah papan tulis membuat semua murid yang berada dikelas keringat dingin. 10 menit berlalu, Ale telah menyelesaikan semua soal. "Bagaimana?" Ujar Ale menaik turunkan alisnya. Bu Tian menegang, pasalnya ini adalah materi yang sangat sulit. Bahkan murid yang sering ikut olimpiade pun terkadang masih keliru. Dan, apa ini? Seorang Alexia mengerjakan dengan waktu 10 menit tanpa kesalahan apapun? Kringg kringg kringgg "Poin lebih untuk XI IPA 2." Ujar Bu Tian lalu mengemasi barang barangnya, dan berjalan keluar tanpa mengucapkan apapun. Murid murid bersorak senang. Untuk pertama kalinya ada yang membuat Bu Tian Si guru killer dan tak punya hati itu malu dan mati kutu. "Ekhm. Teman teman maaf, saya minta waktunya sebentar." Ucap Ale memukul papan tulis dengan spidol. Mereka yang awalnya ingin keluar kelas tidak jadi karna perkataan Ale. "Begini.. Saya Alexia Amora ingin meminta maaf atas sikap dan sifat saya selama ini. Jika saya pernah membully, mengatai, menghina, atau mencaci maki kalian saya minta maaf sebesar besarnya." Ujar Ale tersenyum kikuk. Mereka terdiam, namun beberapa saat Sang ketua kelas berucap mewakili semua. "Gak papa kok Ale. Semua orang berhak mendapatkan kesempatan kedua." Ujar Ketua kelas yang bername tag Radit. Mereka semua mengangguk membenarkan. "Aaaaaaaaaa~ makasihhh semuaaaa." Ujar Ale tersenyum haru. Sahabatnya yang melihat itu mendekat lalu memeluk Ale. Mereka bahagia karna Ale sudah berubah. Bahkan Ale meminta maaf pada mereka semua. Setidaknya, didalam kelas Ale sudah tak merasa canggung lagi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD