Part 4

1099 Words
Setelah berolahraga, Ale pulang. Melewati ruang makan yang hanya ada Tara, Ana, Angga dan Diky. Lina berada didapur untuk memasak. Ale juga telah menerima paket baju, yang diantarkan kedepan kamar oleh satpam. "Darimana lo?!" Tanya Dika yang baru saja akan turun tapi terhenti ketika melihat Ale yang baru saja ingin naik. Ale mendongak, menatap manusia sebangsa monyet itu. "Siapa yah?" Tanya balik Ale dengan wajah polosnya. Kejadian itu tak luput dari pandangan mereka yang ada dimeja makan. Bunda Lina yang dari keluar dari arah dapur hanya geleng geleng kepala. 'Anakku memang sudah berubah.' Batin Lina tersenyum. 's**t! kok sakit yah' Batin Dika. Ale yang tak mendapatkan jawaban pun mengedikkan bahu acuh, lalu menaiki tangga. Belum sampai keatas, Ale berpapasan dengan Opa dan Oma. Ale hanya memasang wajah polos seperti tak mengenal mereka, lalu melenggang pergi. 'Kenapa seperti ada yang hilang' Batin Opa dan Oma, yang bersamaan menoleh kearah Ale. Ale hanya tersenyum miring, 'Makanya kalau punya keluarga cantik dan lucu kayak gue jangan disia siain. Berubah nyaho lo.' Batin Ale memasuki kamarnya. Setelah mandi, ia berjalan kearah Walk in closet. Matanya melotot, ia lupa membeli seragam sekolah. "Tenang, tenang Ale. Kita beli seragam sekolah dikoperasi aja." Ujarnya menyemangati diri sendiri. Ia langsung mengenakan baju ketatnya itu, yang dipadukan dengan sweater yang kebesaran dibadannya. Berjalan kearah meja rias, untuk memakai skincare dan bedak baby plus lipbalm. "Perfect." Gumamnya, lalu berjalan keluar tak lupa mengunci pintu kamarnya. Tas yang hanya bertengger dibahu sebelah kiri saja. Tap Tap Tap Mereka yang ada dimeja makan terpana oleh kecantikan alami Ale yang baru saja turun. Apalagi dengan sweater kebesaran dibadannya itu, menambah kesan imut sekaligus. "Pengen sarapan apa sayang?" Ujar Lina yang baru saja melihat anaknya duduk disampingnya. "Makan nasi goreng aja bun." Balas Ale. Lina tersenyum lalu mengambilkan putrinya itu sarapan. Ana yang melihat perubahan Ale pun, berdecih dalam hati. "Kak Ale.. kita kesekolah bareng, yah?" Ujar Ana memelas. Abang-abang Ale yang melihat itu menggelengkan kepalanya. Ale pun sama, ia menggelengkan kepalanya dengan mulut yang penuh dengan makanan. "Gwak bowleh." Ujar Ale dengan mulut penuh. Opa dan Oma menahan gemasnya, begitupun dengan Ayah. Abang abang Ale masih sibuk memperhatikan Ana. "Di telan dulu sayang, baru ngomong." Ujar Bunda Lina mengelus surai lembut anaknya. Ale hanya tersenyum kearah Lina. "Tapi, tapi.. Aku mau kesekolah bareng kak Ale." Lanjut Ana dengan wajah menunduk sedih. 'Nih monyet bekantan ngerencanain apa lagi sih?' Gerutu Ale dalam hati sambil memakan sarapannya. "Ana bareng abang aja yah? biar abang yang anterin" Ujar Dika dan Diky. Ia tak mau Ana kenapa napa karna ulah Ale. "Ana sama abang aja yah? gak usah sama nenek sihir itu, ya?" Ujar Angga melembut pada Ana lalu menatap sinis Ale. "Iya.. seorang Putri kerajaan gak pantes duduk sederajat bersama babu." Ucap Ale berdiri dari duduknya. Mereka molotot tak percaya, ini pertama kalinya seorang Alexia berani berkata seperti itu dengan cucu angkat kesayangan Seluruh keluarga Ayahnya. Melihat Ana yang menunduk dengan wajah sedih, Opa geram. "Jaga omongan kamu, Alexia." Ujar Opa berdiri dari duduknya juga. Ale yang melihat itu menatap balik kearah opanya. Mereka lagi lagi terkejut, pasalnya Ale akan takut jika Opa nya yang sudah berbicara. Oh ayolah, Dia Azalea bukan Alexia. Lea yang tak takut akan apapun dan Lea si pembangkang. "Anda.. siapa?" Ujar Ale dengan watadosnya. Opa merasa tercekat mendengar penuturan Ale. Braakkkk Kali ini Angga benar benar naik pitam karna ulah anak yang satu ini. "Dia itu Opa kita, Ale!!" Ujar Angga marah. Ana yang melihat itu tersenyum miring. "Opa yah? Halo Opa.. ini Ale cucu Opa yang merasa terasingkan dikeluarga sendiri." Ucap Ale dengan senyum yang merekah. Lina yang melihat keberanian anaknya tersenyum bangga. 'Haha.. skakmat. ' Batin Lina tertawa dalam hati. Mereka mematung mendengar perkataan Ale. Ale yang melihat keluarganya mematung kembali berucap. "Keluarga Ale cuman Bunda. Gak ada yang lain. Bunda Ale pamit kesekolah dulu." Ujar Ale menyalimi tangan Bundanya. Mereka menatap tak percaya kepada Ale yang baru saja keluar. Bahkan, Tara selaku Ayah Ale, tak bisa berkata kata. Ale yang selalu bergelayut manja pada Abangnya. Ale yang selalu mencari kasih sayang Ayahnya, Ale yang selalu mencari perhatian Opa dan Oma nya. Kini berubah. Berubah menjadi Ale yang hanya menganggap Lina sebagai keluarganya saja. Mereka merasa ada yang mengganjal dihati saat Ale mengatakan itu. Ana berdehem pelan, mengalihkan perhatian mereka yang tadinya mengarah ketempat kepergian Ale kini menatap Ana. "Abang ayoooo kita berangkat jugaa.. nanti Ana telatt." Ujar Ana bergelayut manja di lengan Angga. Angga hanya menganggukkan kepalanya. Mobil yang ditumpangi Ale, memasuki pekarangan sekolah. Siswa siswi yang berlalu lalang, mendelik tak suka. Bersamaan dengan itu, motor Abang abang Ale bersama Ana datang. Brumm Brumm Mereka turun dari motor, kecuali Angga. Kedatangan mereka menggundang perhatian para Siswi SMA Alexander. "Nanti kalau ada apa apa, bilang sama Abang. Apalagi kalau kamu lagi dibully sama Ale, tanya abang. Biar abang yang marahin. Abang berangkat ke kampus dulu." Ujar Angga mengelus rambut Ana. Lalu pergi dari sana Ana sekarang berada diantara Inti geng Lion. Yang diketuai oleh Zain Altair Pradipta. Lelaki yang dikejar kejar oleh Ale. Ia bergelayut di lengan Zain. Zain pun tak menolak. Ale yang sedari tadi didalam mobil, keluar dengan wajah polos seperti tak tau apa apa. Siswa dan siswi yang berlalu lalang berbisik bisik, ada yang menatap sinis, memuji, dan menghina. 'Cih dasar, gak tau diri' 'Iya, gak tau malu banget, masih dateng kesekolah ini' 'Padahal udah dibikin malu sama Abang abang Ale' 'Iya sama Zain juga' 'Haaaaaa~ cantik banget Ale' 'Kalau mak lampirnya kek gini sih, gue juga mau.' 'Cih, Jalang.' Ale yang mendengar penuturan perempuan terakhir, tersenyum miring dan melangkah maju menuju kearah perempuan itu berada. Perempuan bermakeup tebal, montok depan belakang, dan baju yang super ketat memperlihatkan kedua gunung kembarnya itu. Sedangkan Anggota inti geng Lion was was. Takut takut Ale mengamuk dan mempermalukan dirinya sendiri. Ana tersenyum senang melihat Ale yang akan mempermalukan dirinya sendiri. Ale maju sampai didepan perempuan yang bername tag Mia. Mia dengan tampang songongnya menatap Ale dengan tersenyum remeh. "Bilang apa tadi?" Ujar Ale tenang. "J a l a n g." Ucap Mia dengan menekankan kata 'Jalang'. "Monyetnya penurut." Ujar Ale tersenyum senang dan bertepuk tangan ria seperti anak kecil yang baru diberi lolipop saja. Mia mematung ditempat. Mereka yang menyaksikan kejadian itu, menahan tawanya. Bahkan Anggota inti geng Lion menganga dibuatnya kecuali Zain dan Arka. Manusia kutub tanpa ekpresi. "Itu beneran adik lo? ka,ky?" Ujar Fadil berbisik ke twins. Twins masih tak percaya dengan perubahan Ale ini. Ale maju dan berbisik ketelinga Mia, "Kalau mau katain gue, intropeksi dulu tante, hehe." Ujarnya lalu pergi dari sana. 'Dia.. berubah?' Batin salah satu anggota Lion. 'I like it' Batin seseorang.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD