Part 3

958 Words
Sesampainya dikamar, Lina berpamitan untuk kembali kekamarnya juga. Kamar Ale yang dominan berwarna hitam. Membuanya Sang jiwa baru sangat sangat nyaman. Ia menghempaskan tubuhnya kekasur. Brukk "Hahhhhh. Empuknyaaaaaa~" Gumam Ale. Tak lama setelah itu, ia terlelap. Sampai tak sadar bahwa sudah malam. Ia masih tidur dengan nyenyak saking empuknya kasur itu. Tok Tok Tok "Ale, sayang. Ini bunda. Bangun yuk, kita makan malam." Ucap Lina. Lama tak mendengar balasan dari anaknya, Lina membuka pintu. Ceklek Pemandangan yang pertama kali ia lihat. Anak gadisnya yang masih terlelap, memeluk bantal gulingnya seperti takut kehilangan. Lina yang melihat itu terkekeh. "Sayang, bangun yuk. Kita makan malam dibawah." Ujar Lina sembari menepuk nepuk pipi anaknya lembut. "Eunghh.. Iya bunda, Ale cuci muka dulu. Bunda turun duluan aja." Ucap Ale berusaha mengumpulkan nyawanya yang masih ketinggalan dialam mimpi. Setelah kepergian Sang Bunda. Ale memasuki kamar mandi, untuk membilas wajahnya. "Anjim, ini gimana cuci mukanya?" Gumam Ale yang melihat tangan kirinya masih ter-gips. "Bodo ah, masih ada tangan satu kok ribet amat." Ucapnya lalu membasuh mukanya dengan tangan kanan. yee, situ yang ribet bahlul. "Siap memulai drama Lea? Welcome to the game, damn it." Gumam Ale tersenyum miring. Mereka yang berada dimeja makan, sudah sangat kesal. Bahkan, Diky perutnya sudah berdisko didalam sana. Sehingga bunyi tapak kaki dari arah tangga, mengalihkan atensi mereka. Disana ada Ale, yang turun dengan baju kaos hitam polos oversize dan hotpants. Mereka terus menatap Ale tak berkedip, bahkan Diky melupakan perutnya yang sedang berkasidah itu. Ale juga sudah memeriksa baju yang ingin dibuang dan tidak. Dan memesan baju baru yang tidak terlalu terbuka. Ale dengan wajah tanpa makeup, wajah cantik dan imut dalam waktu yang bersamaan itu jalan kearah mereka, lalu tersenyum kearah Bundanya saja. Lina berdehem, lalu tersenyum kearah putrinya. Membuat mereka tersadar dari lamunannya. "Pengen makan apa sayang? sini duduk disebelah Bunda." Ucap Lina masih dengan senyumnya. Ale berjalan kearah Lina tanpa menatap mereka semua. 'Kok sakit yah?' Batin mereka semua kecuali Ana dan Bunda. Ana yang melihat mereka masih memperhatikan Ale, menjadi geram. Ia dengan segala kelicikannya tersenyum miring. "Bunda.. Ana juga pengen diambilin." Ujar Ana mengucrutkan bibirnya, Mereka yang berada di meja makan terkekeh oleh tingkah Ana itu. Lina yang melihat itu memutar bola matanya malas. Tak urung ia tetap mengambilkan anak itu makanan. 'Jika bukan karna ibu mertua ku yang menyuruhku bersikap baik padanya, mungkin sudah sedari lama ku mutilasi anak monyet ini.' Batin Lina kesal. Ana tersenyum remeh kepada Ale. Ale yang melihat itu hanya mengedikkan bahu acuh. Setelah mendengar instrupsi dari Opa Ale. Mereka pun makan dengan Khidmat, sesekali ditimpali dengan cerita Ana yang membuat mereka tertawa kecuali Bunda dan Ale yang makan dengan tenang. "Bunda, Ale boleh gak besok sekolah? Ini gips nya dilepasin juga, ya,ya,ya?" Ujar Ale menggoyang goyangkan lengan Bundanya dengan puppy eyes nya. 'Mampus kalian, tahan gak liat gue yang imut lahir batin ini' Ucap Ale dalam hati. Membuat mereka yang ada dimeja makan, berusaha keras untuk tidak mengarungi anak ini. Lina tertawa melihat tingkah anaknya yang menurutnya sangat sangat imut. "Boleh, asal gak sakit lagi lengannya." Ujar Lina menoel hidung mancung Ale. Ale yang mendengar itu bersorak senang. "YEAAAAAYYYYYYYYYY!!" Teriak Ale sambil loncat loncat mengangkat kedua tangannya, melupakan tangan sakitnya. Mereka yang ada disana mengulum senyumnya. Ana menatap sinis Ale. Sadar ditatap semua orang, Ale menunduk malu. "Maaf, Ale gak sadar." Ujarnya masih dengan kepala yang menunduk. Mereka terkejut, ini pertama kalinya bagi mereka mendengar kata maaf dari seorang Alexia si keras kepala. Tanpa mereka sadari, Ale tersenyum miring dalam ketertundukannya. Mereka kembali melanjutkan makanannya. Setelah selesai Ale berdiri. "Bunda, Ale ke kamar dulu yah, selamat malam." Ujar Ale menciumi kedua pipi Bundanya. Lina yang diperlakukan seperti itu tersenyum sambil memejamkan matanya. 'Terimakasih tuhan, ini sudah lebih dari cukup. Jangan ubah sikap anakku lagi.' Batin Lina. "Selamat malam juga, sayang." Ujar Lina mengecup kening Ale lama. Ale berlari kecil ke arah tangga. Kejadian itupun tak luput dari pandangan semua orang. 'Kenapa dia tak mengecupku juga?' Batin Tara, Ayah Lea menatap sendu anaknya. Tetapi, mereka semua mengernyit heran. Saat tiba tiba Ale berhenti dan membalikkan badan. "Dadaahhhhhhh Bundaaa~" Ucap Ale melambaikan kedua tangannya. Hanya kearah Bundanya saja. Lina terkekeh melihat itu. Setelah kepergian Ale. Lina menghela nafas dan berucap membuat semua atensi mereka mengarah kepadanya. "Lihatlah putriku yang sangat cantik itu, dia benar benar menggemaskan" Ujar Lina berusaha memanas manasi keluarganya. Ana yang sudah muak pun berdiri dari kursinya. Membuat mereka beralih menatap Ana. Ckittt "Ana juga mau tidur, good night my Family." Ucap Ana mengecup Abang-abang Ale dan Ayah Ale. Keesokan harinya, Ale bangun lebih pagi dari biasanya. Jam di atas nakas masih menunjukkan pukul 05.30. Ale yang melihat itu berinisiatif untuk pergi berolahraga. Mengganti pakaian nya dengan celana Training, atasan tanktop dan jaket yang di kancing setengah yang masih memperlihatkan tanktop nya. Tak lupa membawa handuk kecil, ia keluar dari kamar. Lalu berlari mengelilingi kompleks ini. Saat tengah beristirahat, tiba tiba seseorang datang menyodorkan Air mineral yang masih tersegel pada Ale. Ale mendongak, mendapati lelaki tampan dengan wajah datar dan dinginnya. Ale mengambil Air itu. "Makasih." Ujar Ale lalu membuka tutup dan meminumnya. "Hm~" Ujar Ken sedikit lembut. "Sekolah mana?" Lanjut Ken tanpa menatap Ale. Ale menoleh, "Alexander High School. Tetangga baru?" Ale tau bahwa ada tetangga baru yang akan menempati rumah disebelahnya, yang diberitahu oleh Lina kemarin. "Hm~" Singkat Ken. Namun, kali ini ia menatap Ale. Tatapan mereka saling bertemu, hingga Ale yang memutuskan kontak mata tersebut. Ken tersenyum miring melihat itu. "Nama lo siapa?" Tanya Ale tanpa menatap Ken, dan kembali meminum air itu. "Kenan Wilson Smith, lo?" Tanya balik Ken sambil menatap Ale dari samping. 'Cantik' Batin Ken. "Alexia Amora. Kalau gitu, gue pamit. Sekali lagi makasih airnya." Ujar Ale tersenyum dan berlalu dari sana. Kenan yang melihat itu, tersenyum tipis. 'Gue... suka'
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD