Part 2

1075 Words
Dipagi hari, Ale a.k.a Lea baru terbangun setelah di bius kemarin. (Kita panggil Lea jadi Ale aja, supaya ga ribet. hihi) Setelah bermimpi bertemu Ale dan permintaan Sang Putri Raja Anjayy~ becanda. Permintaan jiwa asli dari tubuh ini. Ale baru berencana untuk membalaskan dendamnya. Ceklek Pintu terbuka, menampilkan seorang wanita paruh baya yang tersenyum ke arah Ale. Dari ingatan yang Ale baru dapat, ternyata ia adalah Bunda Ale bukan Maid. Ale meringis, mengingat ia berfikir bahwa wanita paruh baya yang menjaga nya adalah Maid. "Mau sesuatu sayang?" Ujar Lina yang sedang mengelupas buah buahan. Ale tersadar dari lamunannya mendengar suara Lina yang sekarang menjadi Bunda-nya. "Gak ada kok bun." Ujar Ale tersenyum kearah Bunda Lina. Lina yang melihat itu mematung, pertama kalinya ia dipanggil bunda oleh Putri satu satunya. Dan pertama kalinya juga Ale tersenyum hangat kepadanya. Lina berkaca kaca melihat itu. "Eh eh bun, bunda kenapa? Ada yang sakit yah? bunda kena pisaunya? Aduh ga--" Ucapan Ale terpotong, karna detik selanjutnya Lina memeluknya. "Bunda kangen banget kamu panggil, kangen banget kamu senyum ke Bunda. Jangan berubah lagi yah sayang." Ujar Lina menahan isak tangisnya. Ale yang mendengar itu hanya mengangguk samar. Hatinya menghangat mendapatkan pelukan seorang Bunda. 'Kenapa lo sia sia in bunda lo demi kasih sayang mereka. Gue aja yang dapet kasih sayang Ayah dan Abang masih pengen tuh ngerasain kasih sayang seorang Ibu.' Batin Ale. "Iya bunda. Bunda jangan nangis yah. Tapi, tapi kok gak ada yang jenguk aku selain bunda sih?!" Kesal Ale. Tapi, itu hanya drama nya semata. Ingat hanya drama. Lina yang mendengar itu menghela nafas. "Mereka sibuk." Ucapan singkat Lina, ia tak mau anaknya ini kembali mengemis perhatian dan kasih sayang mereka lagi. "Yahh... kok gitu sih?! Tapi, gapapa deh yang penting ada Bunda itu udah lebih dari cukup." Ucapan Ale mampu membuat Lina yang tadinya tunduk lesu mendongak menatap Putrinya. Lina tersenyum mendengar itu. "Bunda, nama aku siapa? terus nama ayah? nama bunda? aku punya Abang atau adik gak? kehidupan aku gimana bunda? sekolah? temen?" Pertanyaan beruntun Ale. Lina terkekeh mendengar penuturan anak gadisnya ini. "Nama kamu Alexia Amora William, Ayah kamu Tara William. Nama bunda Anjelina William. Kamu punya 3 Abang, yang pertama Angga, kedua Dika, yang ketiga Diky. Dika dan diky kembar, tunggu bunda minum dulu, hehe" Ucap Lina cengegesan. "Terus.. Kamu sekolah di Alexander High School (AHS), kamu punya dua sahabat yang tak lain adalah sepupu kamu sendiri. Namanya Mira dan Tisya. Mereka keluarga dari bunda." Lanjutnya. Ale hangat manggut manggut saja. "Kalau gitu kapan Ale pulang? boleh sekarang? boleh?" Ujar Ale menatap binar kearah Lina. "Kata dokter sih besok, itupun kalau kamu udah kuat. Kalau ga---" Ucapan Lina terpotong oleh Ale yang turun lalu mengangkat gelas kosong. "Ale kuat kok bun.. nih liat nihhh, kuatkan" Ujar Ale masih dengan mengangkat gelas seperti mengangkat alat berat saja. Lina terkekeh melihat itu, ia hanya menganggukkan kepalanya saja. "Bunnnn.... boleh gak gips ini dibuka aja? Ale pengen mandiii~" Rengek Ale pada lengan Lina. Lina lagi lagi terharu, untuk pertama kalinya Ale bermanja manja padanya. "Yaudah mandi, nanti gipsnya diganti. Gak boleh di buka." Ujar Lina. "Yaudah deh gak papa yang penting bisa mandi, hehe" Ucap Ale cengegesan. Lalu mencabut infusnya yang ada ditangan membuat Lina meringis melihatnya. Ale dengan santainya pergi meninggalkan Lina yang masih meringis ditempat menatap anaknya itu. Setelah selesai, ia keluar dengan wajah yang lebih cerah. Suster pun sudah ada disana untuk mengganti gipsnya. Lina yang melihat anaknya tanpa makeup berbinar. 'Lihat, anakku yang kalian hina sebagai Tante, kini sudah terganti menjadi baby besar' Batin Lina. Setelah mengganti gips, Lina menyuapi Ale untuk memakan bubur. Walaupun ada perdebatan antara anak dan ibu. Namun, Lina dengan cerdiknya mengancam bahwa ia tak akan memulangkan Ale jika tak makan. Ale pun menurut walau dengan ekpresi kesal. Hari minggu pagi, hari angkat kaki Ale dari rumah sakit yang membuatnya suntuk itu. Ale menggandeng tangan Bundanya seperti anak ayam kepada Induknya saja. Lina yang melihat itu hanya bisa tersenyum. Di perjalanan, hanya di isi dengan celotehan Ale. Lina juga sudah memberitahu anaknya itu, bahwa dulu ia sering mengemis perhatian dan kasih sayang. Ale hanya mengatakan bahwa ia ingin berubah. Dan Lina hanya menganggukkan kepala saja. Saat sampai di Mansion, ternyata mereka semua berkumpul dan bercanda tawa, Keluarga dari Ayah pun ikut berkumpul. Sesekali terdengar membanggakan Nama Ana. Ale dan Lina masuk sambil mengucapkan salam. Mereka yang berada di ruang keluarga diam. 'Siapa gadis imut itu?' Batin mereka semua. "Bunda, bunda. Mereka siapa?" Ujar Ale memiringkan kepalanya dan mengerjap polos. Mereka yang ada diruang keluarga pun ikut gemas oleh tingkah Ale. "Mereka keluarga Ayahmu." Ujar Lina datar. Ale yang mendengar itu hanya menganggukkan kepala. "Halo semua.. Saya Alexia Amora anak Bunda Lina." Ujar Ale. Mereka semua terkejut bahkan Lina. Ale tak menyebutkan nama belakangnya. Namun, tak lama senyum miring terpantri di wajah Lina. "Ohh.. ternyata jalang kecil ini menjelma menjadi malaikat. Walaupun wajah berubah, tapi Jalang yah tetap Jalang. b***h" Ujar Diky yang diangguki Dika. Ale yang mendengar dirinya di katai Jalang pun, menatap tajam Diky. Membuat Sang empu, kaget dan sedikit takut. Bahkan seluruh keluarga pun sama. Aura yang dikeluarkan Ale tak main main. Perlahan tapi pasti, Ale maju membuat Diky sontak mundur. Bahkan Dika yang berada di samping Diky pun menghindar. Ale mencengkram dagu Diky, membuatnya meringis kesakitan. "Jangan coba sebut gue Jalang! Sekali lagi gue denger, tamat hidup lo ditangan gue!!" Ujar Ale dingin dan tajam.Mereka yang ada disana terkejut. Diky bergetar melupakan sakit di dagunya. Ale yang melihat itu berjalan kearah Lina. "Bunda anterin Ale dong ke kamar, hehe." Ujar Ale dengan cengegesan, Aura yang dikeluarkan Ale pun perlahan menghilang. Mereka yang melihat perubahan Ale yang sangat cepat itu, menatap bingung Ale. Ale yang merasa banyak pasang mata yang melihatnya, menoleh dengan wajah datar. Mereka terkejut, Ale tak pernah menampilkan raut wajah seperti itu. Biasanya juga ia akan bergelayut manja pada mereka bukan pada Bundanya. Lina yang melihat kebingungan keluarganya hanya tersenyum meremehkan. Ana yang sedari tadi diam karna takut, menoleh kearah Ale. Tatapan mereka bertemu, tak cukup 2 menit. Ana sudah memutuskan kontak mata mereka. Ana tak tahan, ia sangat takut melihat tatapan tajam dari Ale. Ale hanya tersenyum miring. Lina segera menggandeng tangan Putrinya itu untuk ke kamarnya. Ale tak menolak, ia bahkan membalas memeluk tangan Lina. Sebelum pergi, ia menoleh kearah keluarganya. "Bye bye, b***h" Tersenyum remeh lalu pergi ke kamarnya bersama sang bunda. 'Dia berubah' Batin Tara, Abang Lea, dan keluarga Tara 's**t. Awas aja lo Aleanjing.' Batin Ana mengepalkan tangan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD