Malapetaka Pernikahan

1342 Words
“Pergi dari rumahku! Tidak tahu diri! Berani sekali kau menggunakan kamar pribadi kita untuk tidur dengan selingkuhanmu!” Suara seorang lelaki bernama Sean Brown Wilson menggema di depan sebuah kamar. Napasnya terengah saking emosinya kepada seorang wanita yang baru saja terjatuh ke lantai akibat dorongannya. Sean tidak peduli apa wanita itu terluka atau tidak, dia hanya ingin wanita itu pergi dari rumahnya. “Kau percaya aku selingkuh dengan lelaki lain?” tanya Ruth dengan tangis getirnya. “Apa kau pikir aku buta?! Aku melihatmu dengan mata kepalaku langsung! Kau tidur dengan lelaki asing di kamar ini saat kau merasa aku tidak akan kembali!” teriak Sean. Dia teringat sebelum kepergiannya ke luar kota pagi ini, ponselnya tertinggal di kamar. Untuk itu dia kembali ke rumah secepatnya, tetapi alhasil dia menemukan pemandangan mengejutkan. Ruth sudah setengah polos tidur di samping seorang lelaki yang memeluknya dari arah belakang. Itu membuatnya emosi setengah mati, bagaimana sakit dikhianati oleh istrinya sendiri. “Aku tidak pernah mengkhianatimu. Tidak pernah sekalipun, Sean. Kenapa kau langsung menuduh tanpa mencari tahu kebenarannya lebih dulu? Padahal kita sudah bersama selama 2 tahun, harusnya kau lebih mempercayaiku dan mendengarkanku dulu.” “Kau melimpahkan kesalahan padaku? Apa kau gila?!” Sean semakin emosi. Ditariknya lengan Ruth hingga wanita itu tertatih-tatih mengikuti langkah lebarnya menuju lantai bawah. Wanita itu merintih, tapi Sean tidak ingin dengar lagi. Dia pun melempar tubuh Ruth hingga terjatuh ke aspal depan rumah seperti membuang sampah tidak berguna. Sebuah koper besar ikut terlempar membuat Ruth tertunduk karena takut mengenai tubuhnya. Namun, ternyata tidak. Koper itu hanya berguling di sampingnya, mengisyaratkan bahwa dia sudah tidak diterima lagi di rumah ini. Wanita berusia 27 tahun bernama lengkap Ruth Rosaline Williams itu melihat orang-orang yang berdiri di sekitarnya. Sean, ibu dan ayah mertuanya, seluruh pelayan, mereka hanya menyaksikan, bahkan beberapa ada yang tersenyum seakan senang dengan kejadian ini. Hati Ruth sakit luar biasa. “Mulai detik ini kau bukan lagi istriku, pergi jauh dari rumah ini dan jangan sekali-kali berani menampakkan diri di depan wajahku!” bentak Sean lagi. Ruth hanya bisa menangis, tangannya sedikit gemetar ketika meraih koper dan berusaha bangkit dari aspal. Tidak ada satu pun orang yang membelanya, sebab Sean adalah yang paling berkuasa di rumah ini. Terlebih, fitnah yang datang kepada Ruth telah disaksikan langsung oleh mereka. Siapa yang akan percaya kejujuran Ruth sekarang? *** Ruth akhirnya memilih pergi dari rumah megah yang ditinggalinya selama 2 tahun itu. Kisah cinta yang dulu hangat dan harmonis, Sean yang selalu bersikap manis sekaligus romantis, kini semua hilang. Hanya tersisa amarah dan kebencian, lelaki itu berubah mengerikan, membuang Ruth dan tidak mau mendengarkan apa pun lagi. “Hai ... apa kau bisa dibayar sewa per jam?” Tiba-tiba sebuah suara menyapa Ruth. Seorang wanita telah membuka kaca pintu mobilnya dengan senyum lebar memandang rendah Ruth yang tengah berjalan di pinggir jalanan besar malam hari. “Shine?” Ruth sedikit mengernyit, sebab wanita itu adalah rekan bisnis suaminya bernama Shine Amanda. “Apa maksudmu berkata begitu?” “Bukannya kau wanita yang bisa dibayar sewa? Aku berminat membayarmu dengan harga tinggi untuk temanku. Kau mau?” “Jaga ucapanmu!” Ruth terpancing emosi, seenaknya saja Shine berkata begitu di depan wajahnya langsung! “Kenapa kau marah? Bukannya itu fakta? Sean tidak mungkin mengusirmu kalau kau bertingkah normal. Tapi lihatlah, sekarang kau sedang mendapat karma atas perbuatanmu.” Ruth semakin geram, dia tidak pernah semarah ini kepada seseorang. Apalagi hal yang dikatakan Shine semuanya menyakitkan. Dia pun mengambil segunduk tanah basah, lalu melemparkan itu ke arah mobil Shine hingga bertumpuk kotor di sana. “Sudah kubilang jaga ucapanmu. Aku bukan wanita serendah itu!” teriak Ruth keras. Shine tampak sangat kesal, tetapi dia tidak keliar dari mobilnya. “Kau akan membayar perbuatan hari ini padaku, Ruth.” Begitulah kalimat terakhir yang diucapkan Shine. Kemudian pergi meninggalkan Ruth seorang diri di hari yang sudah gelap itu. Ruth mengambil napas dalam-dalam, berusaha untuk tidak menangis. Dia sangat lelah, air matanya sudah kering, tetapi sakit di hatinya semakin menjadi-jadi. Hal yang tidak pernah dia bayangkan seumur hidup, terlunta-lunta di pinggir jalan seperti orang bodoh. Sebab ponselnya tertinggal di rumah Sean. Ruth tidak bisa kembali ke rumah kedua orang tuanya. Dia telah diusir semenjak memutuskan menikah dengan Sean. Dia berhenti dari pekerjaan sebagai sekretaris untuk Sean. Sekarang setelah semua itu, Sean berbuat semacam ini, semua orang meninggalkannya. Apa ini benar karma untuk Ruth karena telah tidak menurut kepada orang tua? Ruth bukan berasal dari keluarga miskin, ayahnya seorang pengusaha, ibunya seorang mantan model sekaligus artis papan atas. Mereka terlalu marah karena menganggap Sean sebagai lelaki yang tidak baik, tetapi Ruth tetap mempertahankannya. Sekarang pengorbanannya sia-sia. “Sekarang ke mana aku harus pergi? Astaga ... kenapa hidupku begini?” Ruth menggerutu sendiri seraya menarik kopernya dan meneruskan langkah tanpa tujuan. Dia belum menemukan taksi kosong lewat, jalanan Kota Jakarta begitu asing baginya sekarang. Andai saja dia menurut kepada kedua orang tuanya. Ruth pasti masih berada di California, hidup nyaman dengan kemewahan yang bisa dinikmatinya bersama mereka. “Ruth? Apa itu kau?” Ruth menoleh dengan wajah lesu saat akan berhenti di sebuah kursi panjang pinggir jalan. Ternyata itu adalah Sindy, teman arisan yang biasa diikutinya setiap minggu. “Sindy! Akhirnya ... kau penolongku! Apa aku bisa menumpang di mobilmu?” tanya Ruth kepada Sindy setelah mendekati mobilnya. Wanita itu mengernyit. “Ba—baiklah. Kau terlihat menyedihkan sekali.” Ruth tidak peduli dengan sebutan itu. Dia pun memasuki mobil milik Sindy dan menceritakan semua masalah kepada temannya itu. Sindy pun memutuskan membantu Ruth, mengajaknya pergi ke rumahnya. Namun, Ruth menolak sebab Sindy juga sudah menikah. Sudah cukup dia terkena masalah sekarang, apa jadinya jika dia menginap di rumah teman yang sudah bersuami? *** “Jadi ... kau diceraikan begitu saja?” tanya Sindy kepada Ruth ketika mereka telah sampai di sebuah apartemen miliknya. Di sini adalah tempat satu-satunya yang dia miliki dan Ruth bersedia datang. Wanita itu tampak begitu murung, tapi tidak menangis. Ruth yang dikenalnya memang seorang wanita yang selalu tegak dan tegas dalam menghadapi masalah, atau dalam hal apa pun. Baru sekarang Sindy melihatnya kacau semacam ini. “Iya, dia juga mengusirku dari rumah. Dia bahkan tidak bertanya sedikit pun padaku tentang kejadian sebenarnya. Apa kau percaya aku tidur dengan lelaki lain?” tanya Ruth. “Kalau kau bertanya padaku. Aku percaya ... percaya jika ada lelaki yang menginginkan tubuhmu. Kau sangat cantik, tubuhmu bagus dan berpendidikan. Siapa lelaki yang tidak tertarik? Tapi untuk kau menyelingkuhi Sean, rasanya itu tidak mungkin. Kau bahkan tidak berhenti bercerita tentangnya setiap kali kita bertemu,” jelas Sindy kepada Ruth. Ruth tidak berkata lagi, hanya meneguk segelas air yang disediakan untuk sedikit menenangkan diri. “Lalu sekarang apa? Kau akan pulang ke California?” “Tidak.” Ruth menjawab padat. “Momy dan Daddy hanya akan menertawakanku. Lagi pula, aku tidak bersalah. Tapi sikap Sean yang mengusirku dengan hinaan-hinaan tadi membuatku berpikir, ternyata aku sama sekali tidak berharga baginya. Astaga ... aku benar-benar bodoh telah bersamanya. Bukan begitu?” Ruth tersenyum, menertawakan dirinya sendiri yang begitu bodoh. Dia meninggalkan seluruh kemewahan, menentang kedua orang tuanya, tapi yang didapat sekarang hanya penghinaan luar biasa. Harga Ruth di mata Sean ternyata tidak sespesial itu. Sedetik kemudian, air mata itu akhirnya luruh lagi. Ruth nyatanya sangat mencintai Sean, lelaki pertama yang hadir dalam hidupnya, mengisi hari-hari Ruth dengan cinta dan kasih sayang. “Kau tidak bodoh, Ruth. Kau hanya mencintai Sean, itu saja. Kenapa kau tidak kembali saja? Jelaskan pada Sean, dia pasti akan percaya.” “Tidak! Harga diriku sudah diinjak-injak, sedikit pun aku tidak akan pernah sudi kembali padanya. Kalau kau memang temanku, tolonglah ... carikan aku tempat untuk tinggal. Tempat kecil pun bukan masalah, aku akan mencari pekerjaan lagi. Suatu saat nanti, aku akan membuktikan kepada Sean bahwa anggapannya kepadaku salah. Aku akan membuat dia menyesal telah bertindak sejauh ini ....” Ruth mengepalkan tangan. Dia bertekad tidak akan kembali kepada keluarganya di California sebelum rasa benci dan kecewa ini terlampiaskan kepada orang yang telah membuatnya terhina. Baik itu Sean atau siapa pun, Ruth akan kembali dengan sebuah rencana.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD