WAITING YOU RAMIL

1520 Words
Waiting you since time 21.00 Yeees.... Yah....kali ini aku nunggui Ramil.Oya pemirsah....sejak aku mengetahui nama Alex yang sebenarnya maka cerita ini aku ganti dengan namanya yang berbau kerusia rusiaan yaitu Ramil dan untuk selanjutnya aku akan memanggilnya dengan nama yang telah diberikan oleh mominya. Pulang kerja lagi...... Entahlah ada sesuatu yang membuatku merindukannya. Dihitung-hitung mungkin sudah lima harian tidak berkirim kabar dan melakukan video call dengan ngobrol bareng. Kebiasaan Ramil , jika aku dan dia sudah melakukan video call , maka untuk beberapa hari kemudian, dia tidak akan melakukannya lagi bahkan hampir seminggu, mungkin menunggu sampai weekend tiba dan aku menyadari itu. Jadi ketika pesanku tidak dibalas berhari-hari, iam It's Okee.... Aku tahu Ramil sibuk bekerja di kantor dan aku tahu juga bagaimana kesibukan orang-orang yang tinggal di belahan barat sana, begitu sangat disiplin dalam hal waktu. Aku tahu ini karena aku pernah bergaul dan berteman special juga dengan bule dari Amerika. Tetapi bedanya Bule Amerika teman specialku itu bukan pekerja kantoran, dia hanyalah seorang petani yang bekerja membantu-daddynya di perkebunan, pertanian , peternakan dan perikanan. Tapi cerita itu sudah usai, karena setelah dia ikut Millitary, dia tidak terlalu aktif di sosial media dan tidak pernah menghubungiku lagi. Jadi aku anggap sudah broken, Jess sudah mati !! dan kini aku telah menemukan gantinya.Dari bule Amerika aku mendapatkan ganti bule Rusia.Oh...thanks God ! Pengalaman dan pengetahuan tentang orang-orang bule, adat kebiasaan, cultur dan budaya, telah menambah wawasanku dan salah satunya adalah disiplin waktu yang sangat ketat untuk orang-orang yang tinggal di belahan benua sana yang jauh dari Indonesia. Seperti kali ini, aku menunggui Ramil sejak pukul sembilan malam. Aku ingin sekali melihat wajahnya dan biasanya aku akan kirim pesan pendahuluan terlebih dahulu sebelum kami berdua ngobrol. " Already in Apartemen Ramil ? ? " pesanku terkirim ke London hanya beberapa detik dari sekarang. Alamak...cepet banget yah. Waktu sudah menunjukan pukul sebelas malam dan aku pikir, Ramil sudah pulang dari kantornya. " Yeah.... " balas Ramil secepat kilat. ' And you ? " Ramil balik bertanya kepadaku. " Iam...waiting you. " aku menimpali lagi. " Washing your body and eat before yah... " pesanku pada Ramil. Aku menyuruhnya untuk dinner terlebih dahulu dan membersihkan badannya terlebih dahulu sebelum kita berdua ngobrol mesra. Aku menunggu Ramil lama, yah...dia mungkin sedang membersihkan badannya di kamar mandi dan membuat makanan hangat untuk dirinya sepulang kerja. Setelah keluar dari kamar mandi, Ramil merebahkan badannya di kasur dengan berselimutkan selimut tebal bulu warna coklat dan dia mulai membalas pesanku. " Alone ? " pesan dia lagi menanyaiku, apakah aku lagi sendirian di kamar ataukah bersama anak-anak. " Just came want you so much. " balas Ramil lagi kepadaku. Biasa.... Ramil sepulang kerja, mungkin jika aku saat ini berada di dekatnya,aku akan dipeluk dengan erat, diciumi bibirku sampai bibirku basah. Dia bawaannya sange muluuu.... " No, with my kids. " jawabku santai saja dan memang aku sedang menemani anakku yang bungsu yang sedang menggambar gambar teknik. Anak bungsuku baru semester pertama diterima di fakultas teknik sipil dan tugas menggambarnya sangat banyak.Saat ini ada tugas gambar dari dosennya yang mengharuskan anakku menggambar proyek sekolah, lengkap dengan gambar yang bisa dilihat dari depan , dari samping dan atapnya juga harus bisa dilihat dan digambar secara detail. Belum lagi lantai keramiknya ukurannya berapa sampai ke saluran airnya juga harus spesific.. Aku sebagai seorang ibu terkadang perlu juga mendampinginya , barangkali anakku haus butuh minum, akulah yang akan mengambilkannya bahkan terkadang makanpun masih aku suapin. Aku melihat anak bungsuku ini layaknya anak masih sekolah TK, padahal dia sudah dewasa, sudah berusia delapan belas tahun, tapi aku merasakannya dia anak kemarin sore yang masih kecil yang semuanya harus aku bantuin. Heee.... " Ok...wil not distrub you. " ujar Ramil lagi, Dia tidak ingin menganggu aku dan biasanya dia akan menutup obrolan. Dari nada bicaranya dia sepertinya sangat kesal kepadaku. Dia saat ini mungkin sangat menginginkan aku, dia ingin bersamaku tapi saat ini waktunya tidak tepat. tetapi aku masih bersama anak-anak. Aku segera mengalihkan pembicaraan, agar tidak terjebak dalam obrolan yang penuh kekesalan. " Your face look very tired. " ujarku pada Ramil sambil membuatkan s**u hangat untuk anak bungsuku yang aku sediakan di samping meja belajarnya. " Hope you not angry. " tambahku lagi, berharap Ramil tidak marah karena aku tidak fokus untuk chating malam ini. " No...its oke " jawan Ramil lagi. Aku tahu Ramil itu kesal dengan aku. Dia maunya vcall setiap hari dan selain yang berbau vulgar, dia tidak berminat. Bagiku melakukan vcall dengan handphone rasanya aku belum bisa dan aku tidak bisa. Aku lebih memilih untuk ngobrol-ngobrol yang ringan dengan Ramil tetapi kemauan kita berdua berbeda. Aku rasanya malu untuk melakukan video berbau vulgar dan aku juga tidak pernah melakukannya.Mungkin bagi orang barat sana, melakukan video berbau vulgar itu hal yang biasa dilakukan karena mereka menganut free serba free. . Tetapi bagaimana di Indonesia ? alamak...di Indonesia menganut adat ketimuran, berpacaran juga ada aturannya, yang sopan dan tidak melakukan free akan merugikan diri sendiri. Oke...aku mengenal Ramil hanya baru beberapa bulan lewat aplikasi Ome tV. Aku tidak berharap lebih, tidak berharap dia akan menikahiku atau melamarku dengan segera. Aku lebih memilih ingin mempunyai teman sebanyak-banyaknya apalagi dari luar negeri yang kultur budayanya sangat beda dengan di Indonesia dan aku sangat menyukainya untuk menambah wawasannku lebih luas. Kalaupun Ramil akan tertarik denganku, dan misalnya saja mengajak nikah dengan aku, Its oke...fine saja. Aku serahkan semuanya pada yang di Atas. Sebab jodoh itu yang mengatur Tuhan bukan manusia. Jadi jika Ramil ingin melakukan sesuatu yang lebih dan aku merasa tidak sesuai dengan jiwaku, dengan tegas aku menolak. Aku hanya berteman dan tidak berharap lebih pada hubunganku dengan Ramil, jadi ketika Ramil suatu saat akan meninggalkanku, aku tidak menangis, aku akan tersenyum dan bertepuk tangan untuk diriku sendiri . Sesuatu yang pengharapannya terlalu tinggi, jatuhnya akan sakit sekali. dan aku tahu itu. " Have problem in office ? " tanyaku pada Ramil lagi melihat Ramil hanya diam dan hanya menatapku saja. " No, just came late.Tired mentally. " jawabnya dengan mimik khas yang sudah aku hafal sekali, dengan perubahan wajah Ramil.. Seperti seorang pemain film, dia akan mengekspresikan segala sesuatu yang dirasakan di hatinya lewat mimik wajahnya dan itu jelas sekali ketahuan untukku. Jadi aku tahu bagaimana wajah dia saat mengelak pertanyaanku, saat dia tidak suka, saat dia marah, saat dia bahagia, saat dia lelah.....aku tahu karena mimik wajahnya menampaknya dan tidak disembunyikan dariku. " Your face looks annoyed. " jawabku nyerocos lagi menurut orang jawa, nyerocos menurut bahasa Indonesia. " Want massage. " jawab Ramil singkat. Sepertinya dia sangat letih pulang kerja dan butuh seorang wanita di sana yang akan memijiti seluruh tubuhnya agar kepenatan dan keletihan kerjanya hilang seketika. " Ok..get rest. Call person to massage and sleep ! " perintahku tegas pada Ramil. Panggil saja tukang pijat ke Apartemen Alex, terus setelah itu biarlah dia tidur dengan sempurna. " But i want you to massage. " jawab Ramil manja lagi menyangkal perintahku " Want bite your neck " Ramil masih saja menyangkal dengan perintahku. Akhirnya aku menjawab panjang lebar. " Of course...i will do what you want if i near you. " jawabku lagi dengan agak keras. Aku mau melakukannya apa saja untukmu Ramil, asal kita dekat. Dekat hal yang mudah untuk aku lakukan apa saja untukmu, tapi ini jauuuuuh...very far...ribuan milles dari tempatku duduk saat ini. Aku di Indonesia, kamu di London.Perbedaan waktu enam jam, itu sudah membuat perbedaan yang lumayan besar buatku. Kamu baru pulang kerja saat di sini tengah malam. Bagaimna aku menjelaskannya kepadamu ? laki-laki memang egoist !. " Smileeeee...i like if you smile. " ujarku menambahkan pada Ramil agar dia selalu tersenyum, agar wajahnya tidak kelihatan terlalu lelah. Dengan senyum akan membuat lawan bicara ikut bahagia, gembira menikmati obrolannya tetapi jika wajahnya cemberut dan lelah tentu saja malas untuk melanjutkan obrolan. Ups ! ternyata budaya tersenyum untuk orang rusia itu tidak ada ! Orang rusia kebanyakan tidak tersenyum. Kesan tidak bersahabat dan angkuh lekat dengan orang Rusia, dan itu milik Ramil, apalagi dibarengi dengan tampilan fisik rahangnya Ramil yang besar.Kebanyakan orang Rusia apalagi seorang pria seperti Ramil selalu cemberut, murung dan tidak suka tersenyum. Bagi orang Rusia senyum adalah sesuatu yang special dan berharga serta tidak mudah didapatkan. Keengganan tersenyum ini berlaku untuk orang yang tidak dikenal. Tersenyum kepada orang yang tidak dikenal di Rusia, ketika tidak sengaja bertatap mata adalah hal yang aneh di Rusia. Tidak seperti orang-orang yang ada di Indonesia. Siapapun kita, kenal atau tidak jika berpapasan dengan orang di jalan, di lif atau di pasar sekalipun, sebisanya tersenyum walaupun senyum tipis dan itu sudah menjadi kultur budaya orang Indonesia, beda sekali dengan di Rusia, tersenyum dengan orang yang belum dikenal adalah hal yang aneh, sehingga tidak jarang ketika di jalanan, banyak orang Rusia yang terlihat cemberut, diam dan itu hal yang tidak mengenakan untuk orang Indonesia. Reaksi orang Rusia bila ada orang yang tidak dikenal kepadanya tersenyum, itu adalah sinyal waspada.Mamun jika sudah merasa nyaman dan kenal lebih jauh dengan orang yang dikenalnya, jika sudah merasa nyaman saat berbicara, orang Rusia akan tersenyum dan aku salah penilaian kepada Ramil. Ramil terkesan memaksakan senyum untukku, dan itu terpaksa ! *** "
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD