HOW WE MEET

1692 Words
Marlina seorang wanita cantik dan seorang karyawati pada sebuah perusahaan swasta. Jika pada jam luang, misalnya setengah jam lagi akan tutup kantor, ia suka berselancar mengarungi samudra dunia, lewat dunia maya. Di sini, Marlina akan menceritakan, bagaimana dia pertama kali berkenalan dan bertemu dengan Ramil, meskipun masih di internet, tetapi, sejak pertemuan pertama di internet, seperti love at first sight, merasa telah menemukan hatinya, jiwanya, pria bule dari Rusia, namun wanita itu belum menemukan raganya, raganya masih tertinggal jauh di belahan dunia sana. One day, di beranda Youtube, wanita itu melihat beberapa tayangan dari aplikasi ome tv dan pemilik akun bisa berkenalan langsung dengan bule dengan begitu mudahnya. Bisa melihat kehidupan real, di belahan dunia sana dengan melihat langsung obyek secara nyata dan rutinitas mereka. Bisa mengobrol, say hello, bisa meihat apa yang bule-bule lakukan di seberang benua sana. Bisa tertawa, bercanda, bahkan bisa menangis, dan jika ada yang tidak suka bisa langsung di skipe. Semudah itu! Marlina juga melakukan hal yang sama seperti mereka. Masuk ke aplikasi Ome Tv, dan melakukan hal yang sama seperti mereka. Dia begitu bahagia sekali, bisa bertemu dengan bule-bule yang dia suka, sesuai dengan negara yang dia inginkan. Marlina termasuk wanita yang suka bikin ulah keterlaluan. Ia sangat menyukai pria-pria bodoh dari benua yang nun jauh di sana, bikin geram dan gemas dengan tingkah lakunya. Pria-pria bodoh yang mengagumi kecantikannya, dibuat kagum, lalu dia akan menekan tombol skipe. Padahal pria-pria itu, sudah say hello, sudah senyam-senyum sendiri, tetapi Marlina akan meninggalkannya karena wanita itu tidak menyukainya. Banyak pria yang kecewa karena ulahnya, tetapi wanita itu menganggapnya hanya lelucon biasa saja, tidak lebih. Marlina hanya mencari hiburan, untuk menghibur dirinya yang rasanya letih dan lelah seharian bekerja, dengan suami yang sudah hidup sendiri-sendiri. Wanita itu butuh hiburan, butuh melihat bule-bule tampan, incarannya. Jika wanita itu menemukan pria-pria yang jelek, langsung saja Marlina skipe, tanpa memberi kesempatan pada mereka untuk say helo kepadanya. "You know, kalau aku bule hunter? jadi aku suka melihat-lihat pria bule yang tampan terutama dari Eropa, dan dari benua Amerika. Tapi jika dari India , Pakistan, Afrika, aku sudah tahu, mereka kebanyakan jelek dan berkulit hitam dan tidak ada sopan santunnya, nyelonong saja video call tanpa pamit terlebih dahulu, tidak seperti kebanyakan bule Eropa. So ... aku get Ome Tv, dan pada pencarian hari pertama aku langsung menemukan bule, yaitu Ramil." begitu sombongnya wanita itu memproklamirkan dirinya. seorang pria yang mengaku pertama kali berkenalan dengan wanita itu, dengan nama Alex yang aslinya bernama Ramil. Ramil, juga, pertama kali menggunakan Ome Tv, katanya ... dan langsung menemukan seorang wanita Indonesia yang berkulit exotis yaitu Marlina. Pada pencarian di hari pertama, Ramil mencari wanita yang berasal dari Indonesia, dan langsung menemukan Marlina, sedangkan wanita itu, juga dalam pencarian hari pertama, juga pencarian pria dari Eropa. Kebetulan Marlina menemukan dari British London, yaitu Ramil. Kedua insan yang masih dalam taraf pencarian itu, langsung merasa klik dan berada pada frekuensi yang sama, mereka berdua ngobrol sedikit di Ome Tv, yang penting, wanita berkulit sawo matang itu sudah mengetahui pria yang menjadi targetnya, berwajah tampan sesuai typenya. Hidungnya mancung, itu adalah ciri khas bule Eropa, berewokan dan berkumis, mata berbinar-binar penuh cinta, dan bibir yang sexy. Pokoknya, Ramil pria yang perfeck menurutnya, dan wanita itu langsung benar-benar merasakan jatuh cinta. Love at first sight ... Marlina sangat menghargainya. Dia meminta nomor whatsaapnya dan wanita itu langsung menuliskannya di kolom pesan dengan senang hati. Andaikan Ramil tidak meminta pun, dia akan tetap memberikan nomor whatsaapnya, supaya wanita beranak dua itu, bisa lebih mengenalnya. Setelah Marlina memastikan, pria itu sudah menyimpan nomor ponselnya, lalu dia skipe. Move on ke tempat lain. Sepanjang dia searching other, ke ruangan yang lain, tidak ada satu pun pria yang menarik hatinya. Kebanyakan pria-pria itu, Marlina skipe, dan tidak ada obrolan atau perbincangan sedikitpun. Wanita itu sepertinya sudah terhipnotis oleh wajah Ramil yang tampan, dan dia seperti menemukan pria yang dia impikan di alam mimpi. Marlina dan Ramil, komunikasi berlanjut di Whatsaap. Pertama kali, pria berwarganegara Rusia itu, menyapa Marlina, di suatu malam sepulang kerja. "Hi ... " sapa pria yang baru dikenalnya itu, di suatu malam, ketika wanita itu sedang bersantai di depan rumah, sendirian bersama malam yang mulsi turun. Suaminya sejak selepas isya, sudah tertidur pulas dan wanita itu tidak bisa memejamkan matanya. Marlina sudah menyangka, pria-pria yang meminta nomor whatsaapku di Ome Tv, pasti ada ketertarikan dengannyac dan mereka pasti akan memberi salam atau menghubunginya terlebih dahulu. Sebenarnya memberikan nomor whatsaap kepada pria yang belum dikenal, jujur sangat beresiko, karena menurutnya, whatsaap adalah nomor yang paling dekat dan paling privacy untuk diri sendiri. Dalam dunia medsos, siapa saja boleh inbox atau mengirim pesan di media yang lain selain whatsaap, tetapi untuk masuk ke nomor whatsaap itu, menurut Marlinac hanya benar-benar orang pilihan dan special, yang boleh mengetahui nomor whatsaapnya. Ada beberapa pria yang ketika dia meminta nomor whatsaap, wanita itu memberikannya di Ome Tv, dan itu masuk dalam kriteria yang dia suka. Wanita beranak dua itu, mencoba untuk mengenalinya lebih lanjut, untuk kemungkinan hubungan yang lebih dekat. Ada pria Bangladesh yang mengaku tinggal di Perancis. Ada juga pria dari Arab saudi yang juga ingin mengenal lebih dekat. Ketiga pria itu masuk kriteria, dan Ramil adalah pria yang terakhir. Marlina sempat chating dengan pria dari Perancis. Wajah dia tampan juga. Sayangnya pria dari Perancis itu berperawakan pendek. Alis tebal hitam menjadi ciri khasnya. Marlina tidak terlalu suka dengan pria ini, karena dia masih sangat muda, beda usianya, jauh sekali dengannya. Pria dari Perancis itu, sering video call dengannya, dan ini membuat Marlina menjadi malas. Setiap kali ada kesempatan, pasti pria Perancis menelpon Marlina, tidak siang tidak malam, tidak mengenal waktu. Dia brondong yang terlihat masih sangat muda, kira-kira berumur dua puluhan tahun, tapi wanita itu merasakan matanya sangat nakal dan sama sekali tidak interest. Setiap video call, pria Perancis itu selalu senyum-senyum dan menatap wajahnya lekat-lekat, lama ... lama ... seperti mata elang yang sedang melihat mangsanya. Hal ini membuat wanita itu sangat risih. Setelah satu hari saling berkenalan, saling video call, wanita itu langsung merasakan rasa muak, langsung saja, pria dari Perancis itu, Marlina hapus nama dan nomor dari ponselnya. Selesai sudah dengan pria ini! Pria yang membuatnya terganggu, lebih baik hempaskan saja! Kemudian datang lagi, say helo pria dari Arab Saudi, tetapi pria itu, kemampuan bahasa inggrisnya parah, jadi Marlina tidak bisa berkomunikasi dengan baik. . Meskipun bahasa Inggris wanita itu, tidak terlalu bagus, tetapi setidaknya, di taraf perkenalan, dia bisa bicara ini dan itu, say hello ... how are you ... and bla ... bla ... Dengan pria Arab ini, Marlina sudah berbicara banyak, nyerocos nggak karuan, tapi pria Arab ini tidak nyambung sama sekali! "Where your work?" tanya Marlina berulang kali, tetapi pria arab itu hanya memberikan tanda dengan bahasa isyarat. Kedua tangannya mengepal di d**a, membentuk tanda love, sambil senyum-senyum. Matanya yang bulat dan hampir jatuh, kulit yang hitam dan hidung yang sangat mancung, pria Arab itu hanya bisa senyum-senyum sendiri. Ini sudah membuat Marlina muak! Wanita itu menanyakan banyak pertanyaan yang remeh-temeh, tetapi pria Arab itu membalasnya hanya dengan senyum-senyum saja! mengangguk-anggukkan kepalanya, mengepalkan kedua tangannya di d**a, membentuk tanda cinta, dan bolak-balik duduk, berdiri, duduk berdiri, terlihat grogi. Marlina melihat pria Arab itu bolak-balik berdiri dan duduk di kursi putar kerjanya karena apa? Memandang Marlina! lalu, barang berharganya, jadi naik! Mungkin dia sangat kesusahan duduk dengan benda berharganya yang menjadi keras dan tegang. Kemudian dari duduk terus berdiri lagi, begitu seterusnya. Ketika berdiri, seringkali dia menggaruk-garuk barang berharganya yang menonjol dan hampir muncul keluar dari retsleting celananya. Marlina melihat kejadian itu lewat video call, jadi tertawa sendiri. Begitulah jika seorang pria merasa grogi melihat wanita yang dikaguminya, yang ada di depannya. Salah tingkah! berkepanjangan. Hal ini juga yang membuat Marlinac muak! Marlina bertambah muak, ketika dari nomor dan kode negara yang sama, dia menelponnya berulang kali. Ponsel yang pertama, sudah Marlina abaikan, karena dia sudah merasa muak. Pria Arab itu juga menelpon dari nomor yang berbeda, itu adalah pria Arab yang sama! Marlina merasa, hanya buang-buang waktu saja, chatingan dengan orang Arab yang tidak bisa berbahasa Inggris, tidak berguna! So tidak bisa komunikasi dua arah, dan akhirnya, wanita itu memblokirnya! Tibalah saatnya, Marlinac mendapatkan salam dari pria London, yaitu Ramil. Begitu dia video call, tangan wanita itu langsung gemetaran, keringat dingin memenuhi tengkuknya dan perutnya langsung merasa mulas. Ketika wanita itu menekan tombol video call, tampaklah wajah Ramil yang tampan, sama seperti ketika dia pertama kali melihatnya di Ome Tv. Marlina bisa melihat wajahnya kembali untuk kedua kalinya. Pertama, Ramiln dan Marlina senyum-senyum di Ome TV, dan saat itu, percikan api cinta mulai tumbuh di hati keduanya, terutama untuk Marlina, sebagai bule hunter. Pertemuan kedua berada di whatsaap, setelah Marlina dan Ramil tukar menukar nomor whatshaap dan tentu saja, pria Rusia itu, yang menghubungi duluan. Marlina suka, Marlina cinta, Marlina sayang, tapi sorry ... Marlina tidak akan say hello duluan. Meskipun dia jatuh cinta pada pandangan pertama sekalipun, pantang baginya, memulai percakapan duluan dengan seorang pria. Mungkin karena adab ketimuran yang masih melekat dalam kultur wanita Indonesia, maka dia pun tidak melakukannya. Baginya, pria adalah seorang pemburu dan selamanya akan menjadi pemburu, dan wanita itu tidak akan menjadi pemburu duluan untuk pria yang belum dia kenal, meskipun dia adalah bule hunter. Maka perkenalan pun dimulai di sini, di whatshaap. Marlina dan Ramil, sudah saling memiliki nomor masing-masing. Pertama kali dia melihat wajah Ramil, darah mudanya berdesir hebat, . Wanita itu juga merasa heran dengan bule ini, begitu melihat wajahnya, pria Rusia itu langsung meminta nomor whatshaapnya. Apa yang membuatnya tertarik? Marlina merasa sudah berumur, tetapi jiwa mudanya, masih meronta-ronta dan bergejolak untuk menemukan bule impiannya sejak remaja. Semula, wanita itu hanya iseng, hanya ingin mempunyai banyak teman dari pria-pria dari luar negeri. Jika nanti dia jatuh cinta dengan bule Rusia ini, maka, dia akan membiarkan air itu tetap mengalir, udara tetap berhembus, api tetap menyala, tanah akan tetap menjadi tanah. Wanita itu akan membiarkan, api tetap membara, untuk bisa merasakan kehangatannya. Dia ingin mengikuti alam dan merasakannya. " Sesungguhnya, pria tampan ini, bule Rusia ini, hanya untuk aku. Dream come true." bisiknya di dalam hati, membesarkan hatinya dengan harapan yang tinggi, untuk mewujudkan impiannya sebagai bule hunter!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD