ONLY FRIEND

1086 Words
Bisa ditebak, aku diam-diam lagi dengan Ramil. Ramil selalu meminta sesuatu hal yang membuat aku pusing. Mungkin hal tersebut di negaranya sudah biasa dilakukan wanita-w************n di luar sana, tapi ini Indonesia bro...negara yang banyak wanita pintarnya, negara dengan wanita cantik-cantik yang bermartabat dan tidak mengumbar napsu saja. Lihatlah kejahatan digital yang jejaknya susah untuk dihapus. Jika tidak hati-hati, foto-foto yang dikirimkan kepada kekasih apalagi foto-foto vulgar akan membuat oknum dari pihak ketiga akan memanfaatkan situasi yang menguntungkan. Meskipun foto itu telah dihapus, tetapi yang namanya orang jahat terlalu banyak didunia ini. Mereka untuk mendapatkan uang, akan memanfaatkan segala cara, menjual foto-foto vulgar, foto-foto sexy yang berani berpose dan itu bisa dilakukan oleh orang lain yang memanfaatkan kelemahkan kita untuk mendapatkan keuntungan. Dan bisa ditebaklah, untung saja kali ini Ramil tidak memblokirku, dia hanya mengganti poto profilnya dengan kosong. Sepertinya kelakuan seperti ini modelnya anak kecil, yang selalu ngambek, minta ini dan itu dan jika tidak diberi, akan ngamuk, atau mendiamkan. Up to you Ramil!!!! " OK...only friend !!!! " ujar Ramil suatu malam kepadaku dengan emosi yang memuncak, mrlihst reaksiku yang biasa santai dan tidak menanggapi permintaan Ramil. Ramil benar-benar marah kepadaku karena aku tidak mau memperlihatkan bagian penting dari tubuhku untuk diperlihatkan kepadanya. " Because i did'nt seee yours. " lanjutnya lagi dengan marah. " That's way. " sambungnya lagi. Sekali chatingan aku dan Ramil berantem lagi.Baru membuka blokirnya, ini mau diblokir lagi.Laki laki macam apa ini ? saling memegang prinsip masing-masing benar masing-masing merasa baik. Dia merasa benar untuk melihat sesuatu yang pribadi dari seorang wanita karena dia berasal dari negara barat yang punya faham free dan untuk aku juga merasa benar untuk tidak memperlihatkan bagian penting dari tubuhku. No...aku wanita timur...malu rasanya bila melakukan hal tersebut. Hal itu hanya bisa dilakukan untuk pasangan yang sudah sah sebagai suami istri dan aku bukan wanita bodoh Ramil, yang mau menunjukkan sesuatu yang berharga dari tubuhku untukmu secara cuma-cuma tanpa pernikahan ! Hari-hariku aku merasakan tentu saja rasanya sangat sepi tanpa Ramil. Ramil telah jauh dariku dan memang dia berada sangat jauh dariku ribuan milles yang harus aku tempuh untuk bersamanya.Entah kenapa aku sebenarnmya tidak ingin berhubungan lagi dengan Ramil Sudah aku blokir tapi lagi-lagi aku buka lagi blokirannya. Demikian juga dengan Ramil, saat Ramil memblokirku aku diam diam merana dan Ramilpun akan merasakan kesepian juga, lalu blokiranku dibuka dia.Jejak chatingannya juga belum aku hapus, rasanya lumayan juga jika suntuk aku bisa membaca-baca lagi chatingan dengan Ramil dari awal sampai akhir dan jika aku melakukan seperti itu, biasanya kerinduanku untuk komunikasi dengan Ramil kambuh lagi.Dan aku mengira, Ramilpun sama dengan apa yang aku rasakan.Terkadang tiba tiba dia membuka blokirannya, tentu saja karena dia merasakan rindu yang teramat hebat kepadaku, lalu kami berdua akan baikan lagi, akan tertawa lagi, tersenyum dan menangis, tapi kemudian kita saling berantem dan ujung ujungnya siapa duluan yang memblokir, dia yang bertanggungjawab untuk membukanya Aneh memang. Cinta bikin bego !!!! Akhirnya aku melakukan kesalahan lagi...lagi..lagi salah, dan anehnya aku masih mengharapkan orang yang suka membuat hatiku marah untuk kembali lagi dalam pelukanku.Kembali hatinya untukku. " Don't block me again ! I will cry .... " harapku pada Ramil duatu malam yang aku pikir adalah saat yang tepat untuk mengutarakannya pada Ramil, sambil mataku mengambang dengan air mata. Bodohnya aku, menangis hanya untuk orang yang belum aku kenal sama sekali dan belum pernah bertemu sama sekali !!! " Let me feel your breath here, alone. " rengekku lagi pada Ramil.Aku merasakan ingin tumpah semua isi hatiku ini.Dadaku rasanya berat dan jantungku berdegup kencang . Airmataku, kekesalanku pada Ramil , kemarahanku pada Ramil. Aku...ya aku... ternyata merindukannnya ! Lama tidak komunikasi dengan Ramil, aku merasakan jiwaku sepi, hatiku kosong, seperti tak ada pergerakan dalam hidup dan seperti tidak ada orang lain lagi yang bisa membuatku tersenyum selain Ramil.Padahal Ramil jelas-jelas sering menyakiti aku, sering memblokir aku, tapi aku tetap bersikujuh untuk mempertahankan hubungan yang sudah terlanjur berjalan walaupun dengan putus nyambung dan putus nyambung lagi.. " Did you miss ? " tanya Ramil di sela-sela kerjanya di London sana. Aku mengangguk. " Yes. " jawabku datar sambil menahan gemuruh dadaku yang ingin tumpah karena menahan rasa rindu yang tidak berkesudahan. Aku segera mengalihkan perhatian, daripada rasanya aku hanya ingin menangis...menangis dan menangis. Airmataku sudah mengambang di sudut mataku, sedikit lagi hampir jatuh dan aku tidak ingin menangisi Ramil !!! aku harus stroooong !, " Have you come home from work Ramil ? don't forget to eat before to go bed, so your body doesn't get thinner. " pesanku pada Ramil sebab aku melihat x wajahnya tampak tirus, seperti sedang sakit atau malas makan sehingga terlihat tirus seperti itu, mungkin karena lama kita tidak komunikasi yah Ramilku sayang ? " You will make me warm, don' t worry! " balas Ramil kepadaku dengan ramah, seperti seorang hero yang sedang membawa gadisnya dengan menunggang kuda, setelah gadisnya hampir diterkam seekor harimau buas yang siap mencabik cabik tubuhnya. " Sleeping ? " balas Ramil lagi dengan manis. " Yah, iam sick... " jawabku lemah dan memang aku sedang merasakan sakit, kesakitan yang tak terkira, merindukan Ramil dan menyayangi Ramil yang jauh di sana, entah sampai kapan aku dan Ramil akan seperti ini. Kemungkinan bertemupun sangat sulit karena ada pandemi Covid yang menggila, harus karantina, harus pcr...ribet jika mau bepergian ke luar negeri. Aku kemudian mengirimkan foto aku dan Ramil ketika sama-sama melakukan Video call . Dia biasa memperlihatkan badannya yang penuh dengan bulu-bulu halus sampai ke dadanya., padahal ini sedang winner, tapi dia sering melakukannya dengan telanjang d**a jika mau video calll denganku. " Sweeet memories with you. I falling love in first sigh, and you leave me... " ujsrku dengan nafas pendek menahan kepedihan dan kerinduan yang dalam.pada Ramil. Setelah rasanya aku sudah menumpahkan segala kekesalanku, segala kerinduanku sudah aku curahkan semuanya, lalu aku pamit untuk tidur karena jika diladenin, chatingan dan video call dengan Ramil akan memakan waktu yang lama, sementara waktu di sini sudah semakin pagi, udara sudah terasa dingin. Jika diteruskan aku bisa tidur sampai subuh, maka aku harus mengakhirinya. Jika di London, waktu di sana baru menjelang malam dan baru pulang kerja, masih fresh untuk bisa chatingan dan video call dengan siapapun. " Good night my dear. I will sleep after drink medicine, feeling sleep. " ujarku mengakhiri chatingan " Ok... " jawabnya " Thank you for this day still rememmber me.. take care..... " sambungku lagi. Lalu semuanya terasa kaku. Ramil hanya menganggapku only friend. sampai aku harus marah dan benar-benar marah karena perlakuan Ramil kepadaku yang sering membuatku merana.***.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD