BAB 3 – PERJANJIAN YANG BERBAHAYA
Mata Exelina membulat. Pernikahan? Grayson benar-benar gila.
Dia tertawa sinis, mencoba mengendalikan kekacauan di kepalanya. "Kau tidak bisa serius, Grayson. Kita bahkan tidak berada dalam hubungan apa pun."
"Yet." Grayson menyelipkan tangannya ke dalam saku celana, ekspresinya tetap tenang. "We’re not in a relationship yet. But we will be."
Exelina menggelengkan kepalanya dengan frustasi. "Kau berpikir bahwa aku akan begitu saja menerima pernikahan denganmu? Hanya karena kau memutuskan begitu?"
"Bukan sekadar keputusan," jawab Grayson, suaranya rendah dan dalam. "Ini keharusan."
"Ke-harusan?" Exelina mengulang dengan nada mengejek. "Jangan bilang kau ingin menikahiku karena alasan bisnis."
"Sebagian," Grayson mengakui tanpa ragu. "Pernikahan ini akan menguntungkan kita berdua."
Exelina terdiam sejenak, memproses kata-kata itu. "Dan bagian lainnya?"
Grayson melangkah lebih dekat, hingga jarak mereka hanya beberapa inci. Suaranya turun menjadi bisikan yang menghantui.
"Because I want you."
Exelina merasakan dadanya sesak, bukan karena takut, tetapi karena cara pria ini mengatakannya begitu meyakinkan—seakan-akan ia benar-benar akan melakukan apa pun untuk mendapatkannya.
"Kau gila," gumamnya.
Grayson menyeringai. "You already said that."
Exelina menatapnya dengan tajam. "Dan kau juga tahu aku tidak akan menikah dengan seseorang yang menganggapku sebagai objek untuk dimiliki."
"Aku tidak menganggapmu sebagai objek, Nonaku. Aku menganggapmu sebagai milikku."
Exelina mendengus, melangkah mundur untuk memberi dirinya ruang bernapas. "Kalau begitu, jawab ini. Apa untungnya untukku?"
Grayson tersenyum tipis, seakan sudah memperkirakan pertanyaan itu. "Kebebasan dari semua orang yang ingin menghancurkanmu."
Exelina membeku.
"Aku tahu ada orang-orang yang tidak ingin melihatmu sukses, Exelina," lanjut Grayson, tatapannya tajam. "Orang-orang yang diam-diam menunggu kesempatan untuk menjatuhkanmu. Dengan menikah denganku, kau tidak perlu lagi mengkhawatirkan itu."
Exelina menelan ludah. Dia tidak bisa menyangkal bahwa kata-kata Grayson ada benarnya. Dalam dunia bisnis fashion yang kejam, ada banyak yang mengincarnya—bukan hanya sebagai desainer berbakat, tetapi juga sebagai ancaman.
Namun, itu tidak berarti dia bisa begitu saja menyerahkan dirinya kepada Grayson Walker.
"Jadi, kau pikir aku butuh perlindunganmu?" tantangnya.
"Aku tahu kau bisa melindungi dirimu sendiri," Grayson mengangkat satu alis. "Tapi bukankah lebih mudah jika ada seseorang yang selalu memastikan tidak ada yang bisa menyentuhmu?"
Exelina menghela napas panjang. "Dan jika aku menolak?"
Ekspresi Grayson berubah lebih gelap, lebih intens. "Aku akan membuatmu tidak punya pilihan lain, Nonaku."
Sebelum Exelina bisa merespons, suara lain bergema dari belakang mereka.
"Well, well, well… Sepertinya aku melewatkan sesuatu yang menarik."
Exelina menoleh, menemukan Mason Carter berdiri di ambang pintu balkon dengan senyum miring khasnya.
"Pernikahan?" Mason menatap Grayson dengan penuh minat. "Kau ingin menikahi Exelina? That’s unexpected."
Grayson mengabaikan sahabatnya dan tetap fokus pada Exelina. "Aku memberimu waktu untuk berpikir. Tapi ingat, Nonaku… Waktu tidak selalu berpihak padamu."
Exelina menatap Grayson dengan tajam. Dia tahu satu hal pasti—ini bukan hanya sekadar pernikahan bisnis. Ini adalah perang kekuasaan, dan dia harus siap untuk permainan yang akan datang.
---
TO BE CONTINUED…