Perang tanpa batas

510 Words
BAB 28 – PERANG TANPA BATAS Ancaman yang Nyata Exelina memandang Grayson dengan waspada. Wajah pria itu begitu tegang, rahangnya mengeras, dan sorot matanya berbahaya. Ia tidak pernah melihat Grayson sekesal ini sebelumnya. "What did he say?" suara Exelina bergetar sedikit, meskipun ia berusaha tetap tenang. Grayson mengembuskan napas kasar, lalu berjalan mendekatinya. Tangannya menggenggam pinggang Exelina dengan erat, seolah memastikan bahwa wanita itu masih ada di hadapannya. "Liam ingin menyentuhmu. He wants to take your dignity away from me," gumamnya, suaranya gelap dan dalam. Mata Exelina membulat. Jantungnya berdetak lebih cepat. "Dia gila..." bisiknya. "Dan dia tidak akan menyentuhmu. Not even close." Nada suara Grayson penuh keyakinan dan kemarahan yang berbahaya. Exelina bisa merasakan kehangatan tubuhnya, tetapi juga badai yang bergejolak di dalam diri pria itu. "Aku harus menyingkirkannya sebelum dia bertindak lebih jauh," gumam Grayson. Exelina menatapnya dengan cemas. "Bagaimana?" Pria itu menyeringai kecil, tetapi tatapan matanya dingin. "Dengan cara yang akan membuatnya menyesal pernah bernapas di dunia ini." --- Perang di Balik Bayangan Di tempat lain, Liam berjalan mondar-mandir di kantornya, kepalanya dipenuhi dengan kemarahan. "f*****g bastard!" Laporan yang ia terima semakin buruk. Bisnisnya sudah kehilangan 40% aset dalam waktu kurang dari 24 jam. Para investor meninggalkannya satu per satu. Grayson benar-benar sedang menghancurkannya secara perlahan. Liam menghempaskan dokumen ke lantai dengan kasar. Ia lalu mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang. "Kita lakukan dengan cara lama. Aku ingin Exelina ditangkap. Malam ini." Suara di ujung telepon menjawab dengan mantap. "Consider it done." Senyum jahat terukir di wajah Liam. Jika Grayson ingin perang, maka ia akan memberinya perang. --- Penyergapan di Tengah Malam Exelina berjalan di koridor hotel dengan tenang, pikirannya masih dipenuhi dengan percakapan terakhirnya dengan Grayson. Ia tidak tahu apa yang akan dilakukan pria itu terhadap Liam, tetapi satu hal yang pasti—ini akan menjadi pertarungan yang berbahaya. Namun, sebelum ia bisa mencapai kamarnya, suara langkah kaki terdengar di belakangnya. Exelina berhenti. Jantungnya berdetak lebih cepat. Ia bisa merasakan ada sesuatu yang tidak beres. Saat ia berbalik, tiga pria berbadan besar sudah berdiri di hadapannya. "Ikut dengan kami, Nona Exelina," salah satu dari mereka berkata dengan nada mengancam. Exelina menelan ludah. Ia mundur selangkah, tetapi pria lain sudah menghalangi jalannya. "Jangan melawan, atau kau akan menyesal." Namun, Exelina bukan tipe wanita yang menyerah begitu saja. Ia dengan cepat meraih tas kecilnya dan melemparkannya ke wajah salah satu pria, lalu berbalik untuk lari. Sayangnya, ia belum sempat bergerak jauh sebelum seseorang menangkap lengannya dengan kasar. "Lepaskan aku!" Exelina berteriak, mencoba meronta, tetapi genggaman mereka terlalu kuat. Salah satu pria menampar wajahnya dengan keras, membuat tubuhnya goyah. "Diam, b***h!" Exelina merasakan perih di pipinya, tetapi kemarahannya lebih besar dari rasa sakit itu. Namun, sebelum ia bisa bereaksi lagi, suara tembakan menggema di lorong. DOR! Salah satu pria yang memegangnya tiba-tiba terjatuh dengan darah mengalir dari kepalanya. Pria-pria lainnya langsung panik. Dan di ujung koridor, berdiri seseorang yang mereka takuti lebih dari siapa pun—Grayson Walker. Matanya penuh dengan kebencian, pistol di tangannya masih berasap. "Touch her, and I'll make sure you die screaming." --- TO BE CONTINUED…
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD