BAB 30 – PERANG TANPA AMPUN
Markas Besar Walker Corporation – New York
Grayson duduk di ruang rapat dengan wajah tanpa ekspresi, tetapi auranya begitu menekan hingga semua eksekutif di ruangan itu menahan napas.
Di layar besar, laporan keuangan ditampilkan. Ada sesuatu yang salah.
Salah satu anak perusahaan mereka mengalami penurunan drastis.
Lucas Montgomery, sahabat sekaligus tangan kanan Grayson, berbicara dengan suara berat. "Liam telah menggerakkan orang-orangnya. Mereka mencoba merusak sistem keuangan kita dari dalam."
Grayson mengetukkan jarinya ke meja, pikirannya berputar cepat. "He’s getting desperate."
Lucas mengangguk. "Dan dia tidak berhenti di situ. Ada upaya untuk meretas server utama kita tadi malam. Hampir semua investor utama kita menerima tawaran baru dari pihak misterius—aku yakin itu ulah Liam."
Grayson menyeringai kecil, tetapi itu bukan senyuman menyenangkan. Itu adalah senyuman seorang pria yang siap menghancurkan musuhnya tanpa ampun.
"Jika dia ingin bermain kotor, maka aku akan memberinya neraka."
Matanya berkilat dingin. "Aku ingin semua pergerakan finansialnya dipantau. Setiap transaksi, setiap pertemuan, setiap gerakan kecil yang dia buat—aku ingin tahu."
Lucas tersenyum miring. "Consider it done, boss."
---
Exelina dalam Bahaya
Di sisi lain, Exelina sedang berada di butik eksklusifnya di Milan. Ia mencoba fokus pada desain terbaru yang sedang ia kerjakan, tetapi pikirannya terusik oleh kejadian beberapa hari terakhir.
Ia tahu Grayson tidak akan tinggal diam, tetapi ada sesuatu yang membuatnya gelisah.
Tiba-tiba, pintu butik terbuka dan seorang pria tinggi dengan jas hitam masuk.
Exelina mengenalnya. Liam.
Hatinya mencelos, tetapi ia menahan diri untuk tidak menunjukkan ketakutan.
Liam menyeringai sambil berjalan mendekat. "So this is your little empire? Not bad."
Exelina menegakkan punggungnya. "Apa maumu, Liam?"
Pria itu mengangkat alisnya. "Langsung ke poin utama, huh? Aku hanya ingin melihat wanita yang berhasil membuat Grayson gila."
Ia menatap Exelina dari atas ke bawah dengan mata licik. "Dan aku harus mengakui... kau lebih menarik dari yang kuduga."
Exelina mengepalkan tangannya di bawah meja. Ia ingin tetap tenang, tetapi kehadiran pria ini membuatnya muak.
"Keluar dari butikku."
Liam tertawa kecil, tetapi matanya tidak menunjukkan tanda-tanda pergi.
"Sayang sekali, aku belum selesai berbicara."
Ia lalu bersandar di meja kerja Exelina, suaranya merendah namun penuh ancaman. "Kau tahu, Grayson tidak bisa melindungimu selamanya. Cepat atau lambat, aku akan mengambil apa yang kumau."
Exelina merasakan hawa dingin merambat di punggungnya, tetapi ia tidak akan membiarkan pria ini melihat kelemahannya.
"Jika kau pikir aku akan takut padamu, maka kau salah besar."
Liam mendekat, nyaris menyentuh wajahnya, tetapi sebelum ia bisa melakukan sesuatu—
DOR!
Sebuah peluru menghantam dinding tepat di samping kepala Liam.
Pria itu tersentak dan berbalik dengan cepat, hanya untuk menemukan Grayson berdiri di pintu dengan pistol terangkat, wajahnya dipenuhi kemarahan murni.
"You just signed your death warrant, Liam."
---
TO BE CONTINUED…