Jerat beracun

660 Words
BAB 26 – JERAT BERACUN Acara Eksklusif di Milan Malam itu, aula hotel bintang lima di pusat Milan dipenuhi oleh tamu-tamu istimewa dari kalangan bisnis dan aristokrasi. Kristal lampu gantung berkilauan, dentingan gelas sampanye terdengar di antara alunan musik klasik yang dimainkan secara live. Exelina melangkah memasuki ruangan dengan anggun di samping Grayson. Semua mata langsung tertuju pada mereka. Tidak hanya karena mereka pasangan yang mencolok—dengan Grayson yang memancarkan aura d******i dan Exelina yang terlihat seperti ratu dalam gaun hitamnya—tetapi juga karena skandal yang baru-baru ini mengguncang media. Bisikan-bisikan terdengar di antara para tamu. “Dia benar-benar datang… setelah berita itu?” “Berani sekali. Aku ingin tahu bagaimana dia akan menghadapi ini.” Exelina tetap tenang. Senyumnya tidak goyah, langkahnya tidak ragu. Namun, di dalam hatinya, ia tahu bahwa malam ini tidak akan berjalan dengan mudah. "You okay, Sayang?" bisik Grayson di telinganya, suaranya dalam dan hangat. Exelina mengangguk kecil. "Aku baik-baik saja." "Good. Because I won’t let anyone touch you." Grayson menariknya lebih dekat saat seorang pria tua dengan jas mahal menghampiri mereka. "Grayson! Lama tidak bertemu," pria itu menyapa dengan senyum ramah. "Dan ini pasti Exelina Gladhine. Kecantikan Anda benar-benar sesuai dengan reputasi Anda." Exelina tersenyum tipis. "Anda terlalu memuji, Tuan Moretti." Mereka berbasa-basi sebentar, tetapi Exelina bisa merasakan tatapan seseorang yang membakar dari kejauhan. Ia tidak perlu menoleh untuk tahu siapa pemiliknya. Liam ada di sini. Dan dia tidak akan diam saja. --- Jebakan dalam Gelas Dari sudut ruangan, Liam mengamati Exelina dengan ekspresi puas. Wanita itu terlihat cantik dan kuat, tetapi ia tahu cara untuk merobohkannya. "Waktunya bersenang-senang," gumamnya sambil mengangkat gelas sampanyenya. Seorang pelayan muda menghampirinya dengan nampan berisi minuman. Liam mengambil salah satu gelas dan menjatuhkan sesuatu ke dalamnya—pil kecil, hampir tak terlihat. Ia lalu memberi isyarat pada pelayan itu. "Antarkan ini ke wanita dengan gaun hitam di sana." Pelayan itu mengangguk tanpa curiga, lalu berjalan mendekati Exelina. Dari kejauhan, Liam menyeringai. Jika rencananya berjalan lancar, maka dalam waktu satu jam, Grayson akan melihat Exelina dalam kondisi yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Malam ini, kehormatan wanita itu akan menjadi miliknya. --- Bahaya yang Mengintai Exelina menerima gelas sampanye yang diberikan pelayan, tanpa curiga. Namun, sebelum sempat menyesapnya, tangan Grayson tiba-tiba meraih pergelangannya. Matanya tajam, menatap gelas di tangannya dengan ekspresi curiga. "Who gave you this?" tanyanya dingin pada pelayan. Pelayan itu tampak bingung. "Seorang tamu, Tuan. Saya hanya disuruh mengantarkannya." Mata Grayson menyipit. Dengan gerakan cepat, ia mengambil gelas itu dari tangan Exelina dan menyerahkannya pada salah satu pengawalnya yang berdiri tak jauh. "Check it," perintahnya. Exelina mengernyit. "Grayson, apa yang terjadi?" Grayson tidak menjawab, tetapi tangannya semakin erat menggenggam pinggangnya. Ia menoleh ke arah kerumunan, dan saat matanya bertemu dengan Liam yang sedang tersenyum sinis, ia tahu—ini bukan kebetulan. Beberapa menit kemudian, pengawalnya kembali dengan ekspresi tegang. "Tuan, minuman ini mengandung zat psikotropika." Dada Exelina terasa sesak. Ia menatap Grayson dengan ngeri. Lelaki itu menghela napas panjang, rahangnya mengeras. "That bastard." Tanpa membuang waktu, Grayson meraih tangan Exelina dan menariknya keluar dari ruangan. Langkahnya cepat, penuh kemarahan. Saat mereka melewati Liam, pria itu hanya mengangkat gelasnya dengan santai. "Leaving so soon, Walker?" Grayson berhenti, menatapnya dengan mata dingin. "You just made the biggest mistake of your life." Liam tertawa kecil. "Oh, come on. It's just a little fun." Grayson tidak membalas. Ia hanya menatapnya seolah sedang menilai apakah pria itu masih pantas untuk tetap hidup atau tidak. Lalu, tanpa peringatan, ia melayangkan pukulan ke wajah Liam. BUGH! Ruangan mendadak hening. Para tamu terkejut melihat CEO besar seperti Grayson Walker kehilangan kendali di acara sebesar ini. Liam jatuh terduduk, darah mengalir dari sudut bibirnya. Namun, alih-alih marah, ia malah tertawa pelan. "Now, this is getting interesting." Grayson tidak berkata apa-apa lagi. Ia hanya menggenggam tangan Exelina lebih erat dan menariknya pergi. Malam ini, ia telah membuat keputusan. Liam tidak akan dibiarkan lolos begitu saja. Dan perang ini baru saja dimulai. --- TO BE CONTINUED…
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD