Api dalam kegelapan

403 Words
BAB 13 – API DALAM KEGELAPAN Ruangan itu dipenuhi dengan ketegangan yang begitu pekat. Tatapan Grayson dan Liam saling beradu seperti dua pemangsa yang siap menerkam satu sama lain. Exelina menghela napas pelan sebelum melangkah ke sisi Grayson, menunjukkan di pihak mana ia berdiri. "Aku tidak punya waktu untuk permainan ini," katanya dingin. "Jika kalian ingin bertarung, lakukan di luar. Jangan libatkan aku dalam drama kalian." Liam tersenyum miring, tetapi matanya tidak menunjukkan tanda-tanda menyerah. "Baiklah, aku akan pergi. Tapi kita akan bertemu lagi, Exelina. Aku janji." Grayson menggeram pelan, tetapi sebelum ia bisa bertindak lebih jauh, Liam sudah melangkah pergi dengan santai, meninggalkan mereka dalam keheningan. Grayson menatap Exelina. "Aku tidak suka dia berada terlalu dekat denganmu." Exelina menatap balik. "Dan aku tidak suka kau bersikap seolah aku ini boneka yang tidak bisa melindungi dirinya sendiri." Grayson mendekat, tangannya melingkari pinggangnya, menariknya lebih dekat. "Kau bukan boneka, Nonaku. Tapi kau adalah milikku. Dan aku tidak akan membiarkan siapa pun mengambil apa yang menjadi hakku." Exelina mendesah, tetapi ia tidak bisa menyangkal bahwa sentuhan Grayson membuatnya merasa… aman. Terlalu aman. Dan itu berbahaya. "Kau terlalu posesif, Grayson." Grayson tersenyum tipis, jari-jarinya menyusuri pipinya dengan lembut. "Dan kau terlalu keras kepala. Kita adalah kombinasi yang berbahaya, sayang." Exelina menatap dalam mata pria itu, merasakan intensitas yang hanya dimiliki Grayson Walker. Dan ia sadar—ini bukan hanya perjodohan. Ini adalah perang. Dan hanya ada satu pemenang dalam permainan ini. --- Malam Itu – Hotel Mewah di Milan Exelina berjalan di koridor hotel dengan gaun malam hitam yang membalut tubuhnya dengan sempurna. Grayson mengajaknya ke acara gala bisnis, tempat para elite dunia berkumpul. Ketika ia memasuki ruangan megah itu, semua mata tertuju padanya. Beberapa pria menatapnya dengan kekaguman, beberapa wanita menatapnya dengan iri. Tapi hanya ada satu tatapan yang benar-benar membuatnya merinding. Liam. Ia berdiri di sisi lain ruangan, mengenakan jas hitam dengan senyum khasnya—penuh misteri dan bahaya. Exelina merasakan tangan Grayson melingkari pinggangnya, memperjelas siapa yang memiliki dirinya malam ini. "Jangan lepas dariku, Nonaku," bisik Grayson di telinganya. "Aku tidak ingin ada yang berpikir mereka bisa menyentuh apa yang sudah menjadi milikku." Exelina tersenyum tipis. "Kau terlalu yakin, Tuan Walker." Grayson mengecup pelipisnya dengan lembut, tetapi ada ketegangan dalam genggamannya. "Aku tidak pernah terlalu yakin. Aku hanya tidak pernah kalah." Namun, di seberang ruangan, Liam menatapnya dengan ekspresi yang mengatakan satu hal— Permainan ini baru saja dimulai. --- TO BE CONTINUED…
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD