Pieces Of Sadness

1184 Words

“Kalau begitu saya pamit, Pak. Terimakasih informasinya.” Lelaki berbahu tegap ini pergi. Memutar kunci, menancap gas, melaju ke jalan raya dengan kecepatan tinggi. Entah mengapa nafasnya berubah tak beraturan, keringat mengucur di pelipisnya. Bibirnya mengering, memikirkan kondisi kekasihnya yang saat ini tengah menunggui sang ayah. Ia ingat benar betapa mereka terganggu dengan dering ponsel semalam. Chris lah yang menyuruh Risma menghiraukan telepon—mengaktifkan mode “Do not distrub” demi seks mereka yang gegabah itu. Demi Tuhan, ia pantas dihukum. Sayangnya, Jakarta juga tak berpihak siang ini. Mobil dan kontainer-kontainer besar yang memenuhi jam sibuk mirip arena balap. Mereka ngebut mengejar jam tayang, saling menyalip, terhenti oleh lampu merah yang tak terhitung banyaknya. I

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD