|| Chapter-08 ||

1245 Words
Sepanjang malam, Tiffany menghabiskan waktu bersama dengan Bara. Banyak yang laki-laki itu ceritakan pada Tiffany tentang kehidupannya di Amerika. Tentang apa yang dia lakukan, dimana dia tinggal dan juga beberapa perempuan yang selalu menjadi skandal dalam karir Bara. Itu memang sering terjadi menurut Bara, dan hal itu sangat wajar. Bara bilang tidak hanya Bara saja yang terkena skandal ini. Tapi juga dengan yang lainnya entah itu Arkana, Gavin dan juga Elang. Walaupun Bara yang paling banyak dan parah dalam hal ini. Dia juga bilang jika gosip miring itu tidaklah benar. Dalam agensi, dilarang keras untuk memiliki kekasih. Dan Jason managernya pun juga melarang anggota 4-Pack untuk berkencan dengan perempuan luar negeri. Entah untuk pemotretan atau hal kerja sama saja, mereka memiliki batasan untuk berbicara berdua. Mungkin saja waktu diskusi dan apa, hingga beberapa orang iseng mengambil foto mereka dan mengunggahnya ke akun sosial media. Hingga akhirnya menjadi berita panas. Karena merasa ada getaran ponsel di samping bantal Tiffany. Perempuan itu akhirnya membuka kedua bola matanya. Padahal dia baru saja tidur tepat jam tiga subuh, dan jam empat subuh dia harus terbangun hanya karena getaran ponsel milik Bara. Menolehkan kepalanya sedikit, Tiffany bahkan langsung disuguhi pemandangan yang luar biasa. Masa depannya benar-benar cerah saat melihat Bara tidur terlelap di sampingnya layaknya bayi. Tangannya terulur mengusap pipi Bara dengan lembut, dan membangunkannya dengan suara yang sangat kecil. "Bara bangun..," katanya dengan nada rendah, serendah-rendahnya. Bara hanya bergumam sebagai jawaban, dengan kedua bola mata yang masih tertutup. Bahkan bukannya bangun, dia malah lebih asyik memeluk Tiffany dari arah belakang dan kembali tidur. "Bara bangun. Sudah jam empat." kata Tiffany kembali. Dan ya!! Laki-laki itu hanya bergumam sebagai jawaban. Dia memang tidak ada niatan untuk membuka matanya. Sedangkan Tiffany sendiri juga takut jika Leon datang dan mengetahui hal ini. Kadang-kadang Leon juga ngeselin, suka keluar masuk kamar Tiffany tanpa permisi. Hanya ingin melihat putri semata wayangnya ini masih tidur atau sudah bangun. "Bara ayo bangun. Ini sudah jam empat, nanti kalau Papa tau. Leher kamu bisa hilang." kata Tiffany untuk ketiga kalinya. Mendengar kata papa, seketika itu juga Bara langsung membuka kedua bola matanya. Dia pun langsung menatap Tiffany dengan tatapan tidak sukanya. Tapi kemudian dia menatap pintu kamar ini dengan was-was. Bisa saja papa Tiffany masuk tiba-tiba dan melihat anak perempuannya, tidur satu ranjang dengan laki-laki yang bukan suaminya. Auto bunuh diri tapi nggak jadi. Bara bangkit dari tidurnya dan mengucek kedua bola matanya. "Besok-besok beli rumah sendiri di tengah hutan. Biar nggak ada yang ganggu." gerutunya cukup jelas. Tiffany cekikikan. Dia pun memberikan minum dan juga jaket milik Bara. "Jangan gerutu terus. Cepat pakai, terus pergi." Bara menoleh tidak suka. "Ngusir?" Bukannya ngusir, demi kesejahteraan bersama Tiffany juga harus cari aman dong. Dia harus aman dari amukan papanya, dan Bara aman dari gosip-gosip yang bisa menyeret nama Tiffany. Mendengar hal itu Bara tersenyum kecil, tangannya terulur untuk mengusap pipi Tiffany dengan lembut. "Maaf ya aku harus sembunyikan kamu dengan cara kayak gini. Bukannya aku nggak mau publish kamu, tapi kan kamu tau kontrak aku kayak apa? Aku cuma bisa kayak gini sama kamu." Tiffany tersenyum kecil dan mengangguk. "Nggak papa kok, aku maklumi kerjaan kamu." "Terima kasih udah mau ngertiin aku." Bara mengecup kecil kening Tiffany beberapa kali. Lalu memeluknya untuk salam perpisahan. Barulah Bara keluar dari pintu samping, setelah menuruni anak tangga balkon kamar Tiffany. **** Sudah hampir pagi dan Bara belum juga sampai di dorm mereka. Bukannya tidak mau pulang, tapi Bara malah duduk santai di gedung cakrawala yang paling tinggi di Ibukota. Menatap banyak lampu yang masih menyala, dan setengahnya sudah padam. Helaan nafas kasar keluar dari bibir Bara. Rasanya Bara merasa bersalah, jika harus berbohong terus menerus pada Tiffany. Tapi mau bagaimana lagi tuntutan pekerjaan dia juga harus profesional bukan? Yang membuat Bara tidak suka adalah, jika dia harus di partner kan dengan perempuan saat foto model, atau iklan apapun yang berhubungan dengan perempuan. Itu yang membuat Bara tidak suka. Bukannya apa, dia ini juga pria normal dia juga bisa lepas kendali jika dia mau. Tapi sampai saat ini Bara malah lebih parah dibanding Bara yang dulu. Jika dulu ketika Bara pacaran dengan Tiffany, dan masih bisa menyembunyikan kekasihnya yang lain. Lah sekarang, yang ada malah saat menjalin hubungan cukup lama dengan Tiffany. Tapi Bara malah bisa tidur dengan perempuan lainnya di Amerika. Tidak hanya satu, bahkan hampir setiap model bisa tidur dengannya. Itu cuma hasrat sesaat yang Bara tidak bisa dapat dari Tiffany. "Hidup gue emang ya, penuh dengan perempuan." dumelnya. Melihat lampu kota sudah mulai padam, dan matahari sudah terbit. Bara langsung bangkit dari duduknya dan menuruni anak tangga yang banyak. Lagian ini sudah pagi, dimana Jason akan datang pagi-pagi buta untuk melihat apakah anggota 4-pack itu masih ada atau tidak. Sudah dipastikan jika dia melihat kamar Bara, dan pemiliknya tidak ada. Tau sendiri kan apa yang terjadi? Dan sekarang Bara bingung jika harus pulang. Jika dia memesan taksi online, yang ada semua orang akan tahu siapa Bara. Tapi jika dia jalan kaki, tentu saja tempat dimana dia berdiri itu cukup jauh dari dorm. "Aish…, susah sendiri gue." dengus Bara. Lebih baik dia jalan kaki, nanti kalau ada orang atau salah satu staf bisa saja Bara menumpang pada mereka. Nanti setelah ini dia akan membeli satu apartemen, mobil untuk dirinya bepergian. Biar tidak susah juga kalau pergi kemana-mana seperti ini. Sedang menggerutu kesal sambil berjalan. Tiba-tiba saja ada sebuah mobil berhenti di depan Bara. Kaca mobil itu turun secara perlahan dan menampilkan sosok di balik kaca. Baru juga diomongin udah nongol duluan. "Masuk!!" perintahnya. Bara mendengus dan langsung masuk ke dalam mobil mewah, dengan melewati jendela mobil. Tentu saja pemilik mobil langsung mengumpat dengan jelas di telinga Bara. "s**t!!" Bara tertawa kecil, "Kalau ada yang sulit kenapa harus cari yang mudah?" Jason mengumpat dengan keras dan menutup jendela dengan cepat. Melajukan mobilnya dengan cepat pula, agar tidak ada paparazi yang bisa mengambil foto atau video tentang Bara. "Kebiasaan banget sih lo bikin ulang!! Diem di dorm nggak bisa apa?" omel Jason. "Bawel lo!! Gue juga bosan di dorm terus. Butuh udara segar, lagian ini kota gue. Gue juga pengen jalan-jalan di kota kelahiran gue." Jason tak menjawab. Dia membelokkan mobil mewahnya ke sebuah rumah yang memiliki empat lantai. Lalu meminta Bara untuk segera turun, kali ini laki-laki itu turun melewati pintu tidak seperti tadi. Semua orang terlihat terkejut apalagi pada staf. Mereka masih ingat saat menghitung personil 4-Pack, yang masuk satu persatu ke kamar mereka masing-masing, dan katanya memilih untuk tidur. Dan sekarang mereka harus melihat Jason datang bersama dengan Bara. "Ini kenapa bocah ini bisa keluar dari dorm? Kalian nggak kunci pintu apa?" seru Jason. Tidak mungkin jika tidak mengunci pintu. Bahkan sebelum tidur saja, mereka masih memeriksa satu persatu pintu dan menguncinya dengan benar. Dan keesokan paginya semua pintu dan gerbang juga masih dalam keadaan terkunci. Tidak ada satu gerbang atau pintu yang terbuka sedikitpun. Jason menjadi curiga, dia pun menatap Bara yang mulai memainkan rubik. Laki-laki itu bahkan terlihat sangat santai, dan tidak merasa bersalah. Padahal bukan hanya Jason saja yang melihatnya, tapi dengan personil 4-Pack dan juga para staf. "Udah nggak perlu dibahas. Tikus selalu punya jalan, untuk bisa menemukan jalan keluar." itu sebuah sindiran keras dari Jason. Bara tahu itu, tapi laki-laki itu hanya mampu tersenyum dan melangkah pergi. Tanpa memperdulikan teriakan Jason yang menggema di ruangan ini. Jangan panggil Bara jika dia tidak bisa keluar dari dorm ini. Apalagi ini kita kelahirannya, dimana Bara juga membutuhkan banyak waktu untuk bersama dengan kekasihnya. To Be Continued
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD