Aku Lebih Pantas Jadi Asisten Bukan Rival

1044 Words
Tania sudah tampak berjalan menuju mobil Malvin, Tania menggunakan rok kembang bermotif polkadot sebetis dengan baju rajut hitam lengan panjang, rambutnya di gerai dengan make up tipis, terlihat sangat cantik berbanding terbalik dengan Nafa yang terlalu simpel. Nafa yang terlihat cuek keluar dari mobil bersama Malvin. "Nafa apa kabar?" Tania ber basa basi sedikit, dirinya sempat kaget melihat penampilan Nafa yang sangat simpel. "Aku baik kok, ya sudah kamu dan Malvin didepan aja, biar aku dibelakang," Nafa berusaha membuka pintu penumpang. "Jangan begitu Fa, biar aku dibelakang menemanimu," ucap Tania. "Gak apa Tania, Kalau kita berdua di belakang nanti Malvin akan terlihat seperti supir." Nafa sedikit tertawa yang diikuti oleh Tania. Malvin cukup terkejut dengan pernyataan Nafa, Kini Malvin yakin Nafa memang lah wanita yang memiliki hati yang besar. Malvin pun membukakan pintu untuk Tania, Sedangkan Nafa langsung masuk kedalam mobil. Diperjalanan mereka sedikit melakukan pembicaraan yang ringan, sesekali Nafa melihat kemesraan yang ditunjukkan oleh Malvin dan Tania, Ada rasa cemburu di hatinya namun dia tetap berusaha untuk terlihat cuek. "Sayang tangan kamu kenapa? Kok memar gini? " Tania langsung memegang tangan Malvin yang memang lebam. Nafa yang melihat juga cukup terkejut, kemarin malam dia tidak melihat kalau tangan Malvin terluka. Apakah itu terjadi setelah kejadian tadi malam, begitulah batin Nafa. "Ini bukan apa apa sayang, semalam aku hanya sedikit kesal itu sebabnya aku memukul dinding, kamu tidak perlu khawatir." Tania mengelus elus tangan Malvin yang tentu saja dilihat langsung oleh Nafa. "Kamu harus membuang kebiasaan buruk itu sayang, kenapa kamu selalu melukai diri mu kalau kamu kesal, aku tidak ingin kamu seperti ini lagi," ucap Tania. "Pasti Malvin kesal karena aku menciumnya tadi malam, Apa seburuk itu diriku." Batin Nafa. Tanpa terasa mereka pun sudah sampai ditempat tujuan, Mereka memilih taman bunga nusantara yang memang terlihat sangat indah, ternyata cuacanya juga tidak terlalu dingin, Nafa pun tidak memakai Jaket yang dibawa oleh Tania, Dia hanya memakai topinya lalu menggunakan kaca mata hitam, Begitu saja penampilan Nafa sudah sangat terlihat keren, Tania cukup takjub melihat kecantikan Nafa,Inner beauty nya begitu keluar sebagai wanita yang terpandang. Mereka Menikmati pemandangan yang memang sangat indah dipandang oleh mata, Malvin terus menggenggam tangan Tania, Sedangkan Nafa hanya mengikuti mereka dari belakang, Setelah menikmati pemandangan yang indah mereka pun berencana untuk pergi mencari tempat makan yang enak, Cuaca dingin membuat perut mereka menjadi cepat lapar. Akhirnya mereka sudah sampai di sebuah restoran yang cukup terkenal dipuncak. Mereka langsung duduk dimeja yang memperlihatkan pemandangan yang indah, Nafa membuka kaca matanya dan meletakkan di atas rambutnya, topi diletakkan atas meja, Nafa terlihat lebih cantik, Sesekali Malvin melirik kearah Nafa yang tanpa sengaja dilihat oleh Tania. "Nafa benar benar sangat cantik, penampilan seperti ini saja bisa memperlihatkan auranya yang begitu kuat, sebagai wanita aku sangat minder berada di dekatnya." batin Tania. Mereka pun menikmati makanan itu dengan sesekali bercanda, mereka hanya menceritakan kegiatan mereka sehari hari. "Hai Malvin, kamu disini juga? " Ternyata salah satu rekan bisnis Malvin yang semalam juga menghadiri pertunangan mereka berada di restoran ini. "Hai juga pak pranoto, senang bisa bertemu anda disini, dengan siapa anda kemari?" "Biasalah Vin, Saya dengan selingkuhan saya." Malvin tampak kaget melihat pranoto yang sudah berkepala empat itu dengan santai menyebutkan dirinya bersama selingkuhannya yang masih seperti anak sekolah. Nafa dan Tania juga kaget mendengar pernyataan pranoto yang begitu blak blakan. "Inikan Nafa Tunanganmu kan Vin?" "Senang bertemu dengan anda tuan," Nafa mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan. "Wah kamu beruntung banget Vin, anak pak khaidir sangat cantik sekali." Pranoto melirik Nafa sedikit genit membuat Nafa merasa risih. "Lalu wanita ini siapa? Pasti ini Asisten kamu ya nona Nafa? " Pranoto melirik Tania. Mendengar ucapan Pranoto membuat Nafa dan Malvin saling melirik, Sedangkan Tania hanya tertunduk dan terlihat wajahnya berubah sedih mendengar pernyataan Pranoto. "Kalian ini harusnya datang kemari berdua saja, Mana tau bisa sekalian menginap" Pranoto pun mengedipkan matanya ke arah Malvin dan meninggalkan mereka begitu saja. Malvin yang sudah sangat kesal hanya mampu menahan gejolak emosi yang sudah memuncak, dia berusaha menahan amarahnya karena Pranoto adalah salah satu klien nya yang masih bertahan di perusahaanya yang berada di ambang kehancuran. Nafa yang melihat suasana canggung hanya diam saja, dia pun bingung harus berbicara apa. Sedang kan Tania yang terlihat sudah menahan air matanya beranjak ingin pergi. "Aku ke toilet dulu," Ucap Tania. "Sayang aku temani," Malvin pun mengikuti Tania. Melihat itu semua membuat Nafa tidak enak hati, Wajar saja Tania sedih dengan pernyataan pria mata keranjang tadi, jujur Nafa juga sangat kesal mendengar pernyataan Pranoto tadi. Nafa pun yakin kalau Tania pasti sangat sedih, dia pun mengikuti mereka kearah belakang, dirinya juga ingin minta maaf kepada Tania, walaupun sebenarnya itu bukanlah kesalahannya. Ketika dia berjalan menuju belakang dia mendengar suara tangisan Tania yang memang sudah berada di pelukan Malvin. Nafa pun hanya mengintip dari balik tembok. "Malvin, Aku memang tidak pantas bersanding denganmu, Nafa jauh lebih pantas." Hiks hiks hiks. "Tidak sayang, Dimataku kau adalah wanita yang paling pantas bersanding denganku, Jangan dengarkan ucapan pria b******k tadi," "Tidak Vin, Aku merasa sangat minder berada disamping Nafa, Aku bahkan pantas menjadi asistennya bukan rivalnya." Tania makin menangis didalam pelukan Malvin. "Sudahlah, Jangan pernah kamu merendahkan diri di hadapanku apalagi membandingkan dirimu dengan Nafa, di mataku kamu dan Nafa sangat jauh berbeda, ibarat angka kamu sepuluh sedangkan Nafa hanya satu." Malvin pun melepaskan pelukannya lalu memegang dagu Tania dan mengecup bibir Tania dengan sangat lama. Melihat itu semua membuat hati Nafa terasa sakit, Dia memukul mukul dadanya yang terasa nyeri, Mendengar ucapan Malvin rasanya hati nya seperti di iris pisau. "Kenapa sesakit ini mendengar perkataan Malvin? Apa aku tidak ada sedikit pun di hatimu Vin. " ucapnya dalam hati. Nafa pun kembali ke kursinya, dia mengelap air matanya, Dia kembali menyantap makana nya, Dia tidak ingin Malvin dan Tania tau kalau dirinya mendengarkan ucapan mereka tadi. Kini Malvin dan Tania sudah kembali, Wajah Tania juga sudah terlihat lebih bahagia, Bahkan mereka saling ber gandengan tangan. Nafa yang hatinya masih sangat panas mencoba menahan rasa sakit itu mencoba tetap tersenyum dihadapan Tania, Namun dia tidak ingin mengungkit masalah tadi. "Malvin, aku rasa sebaiknya kita pulang! Aku sangat lelah," Ucap Nafa. "Aku juga capek vin, Besok harus kembali bekerja," Tania pun ikut menimpali. "Baiklah kalau begitu." Malvin memanggil server untuk membayar makanan yang sudah mereka makan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD