Mati Kutu

1182 Words
Hari ini Nafa dan Becca sudah berada di salah satu mall yang cukup terkenal di Jakarta, Mereka sudah membeli beberapa pakaian yang lebih tertutup, Karena selama ini Nafa selalu mengoleksi pakaian mahal nan sexy, Kali ini dia bertekad akan merubah dirinya demi sang calon suami. Saat ini Nafa dan Becca sudah berada didalam sebuah salon yang cukup terkenal, Nafa dan Becca sudah di tangani oleh hairstylist yang sudah berpengalaman, Nafa akan mengganti warna rambutnya agar lebih gelap. "Jadi loe sampe kapan di Jakarta Bec?" tanya Nafa, Mereka sedang duduk bersebelahan sambil membaca baca tabloid yang disediakan. "Gue juga belum tau nih Naf? Kata nyokap gue sampe grandma gue sembuh gue disuruh di sini dulu." "Syukur deh kalo loe lama di Jakarta, soalnya gue gak ada temen di Jakarta, gue aja kaget pas tahun lalu nyokap bilang bakal pindah lagi ke Jakarta, Udah 15 tahun gue dan keluarga ninggalin Jakarta, Terakhir gue disini tuh pas usia gue 10 tahun terus pindah ke Kalimantan karena perusahaan bokap gue berkembang pesat di Kalimantan, Eh sejak mau masuk SMA gue malah di usir ke London sampai sekarang gue selesai S2, Kejam banget orang tua gue." Nafa pun tertawa. "Mereka bukan usir loe kali, Tapi mempersiapkan diri loe supaya bisa jadi pebisnis yang handal, Loe kan tahu mereka cuma punya anak elo doang, Btw siapa sih calon suami elo?" "Jadi dulu tuh waktu gue masih kecil, Orang tua gue masih merintis bisnis kita tuh tinggal di salah satu komplek mewah di Jakarta, Jadi gue punya teman gitu semasa kecil, Iya dia itu yang dijodohkan orang tua gue. Kebetulan orang tua kita berteman baik sejak dulu." "Jadi loe mau gitu main dijodohin aja, Bukannya loe playgirl kelas kakap yang hobi gonta ganti pacar, gmGue tau paling elo terpaksa kan?" "Gak terpaksa juga sih, Keknya gue dijodohin karena dulu gue sering bilang sama nyokap pengen jadi istrinya dia." Nafa pun tertawa mengingat masa kecilnya. "Jadi ini ceritanya Cinta monyet gitu? Ish masih jaman percaya sama begituan, Entar pas ketemu dia berubah jadi jelek baru tau rasa loe!!" Becca pun tertawa meledek Nafa. "Gak deh, Gue yakin Malvin itu masih seperti dulu pangeran kecil impian gue." Mereka pun tertawa bersama sama. Tanpa terasa mereka telah menyelesaikan semua aktifitas ber salon mereka, Kini Nafa tampak sangat berubah, Dirinya terlihat lebih natural seperti wanita asia pada umumnya, Rambutnya bewarna coklat gelap dan sedikit lebih pendek. Merekapun kembali ke rumah masing masing. Sesampainya di rumah Nafa langsung mencari sang mami untuk menanyakan bagaimana penampilannya sekarang. "Mami gimana penampilan aku?" Nafa menyibakkan rambut dan berputar didepan sang mami. "Anak mami memang the best, Cantik sekali." " Makasih Mami, Papi mana?" "Biasalah papi mu kalo sore gini ya di taman belakang lihatin ikan ikannya." " Oh yauda Mi, Kalau gitu Nafa ke kamar dulu ya, Mau istirahat," "Ok sayang, Besok malam kita akan makan malam bersama keluarga Malvin, kamu ingatkan! " "Ingat dong mami." Nafa tertawa sambil berlarian di tangga menuju kamarnya. Hari yang ditunggu tunggu oleh keluarga Adinata dan Tanjung pun tiba, Mereka akan melaksanakan makan malam di kediaman keluarga Tanjung, Tentu saja untuk membicarakan masalah perjodohan Malvin dan Nafa. Hari ini juga adalah hari dimana Malvin dan Nafa akan bertemu setelah lima belas tahun berpisah. "Hallo Jeng Mieke, Pak Faisal silahkan masuk." Kini Mami Nafa sudah menyambut mereka dengan cipika cipiki dengan Mama nya Malvin. "Iya Jeng, Terima kasih loh uda menyambut kami dirumah kamu ini." "Iya jeng, Eh ini ya Malvin, Wah ganteng benget ya, Gak berubah dari kecil masih kharismatik sekali." Goda mami nya Nafa. "Iya Tante, Terima kasih." Ucap Malvin. Malvin pun melihat seluruh rumah milik keluarga Tanjung ini sangat besar dan mewah sekali. Dirinya yakin keluarga ini benar benar sukses dalam bisnisnya. Kini mereka sudah memasuki rumah mewah itu dan langsung menuju meja makan besar yang sudah disuguhkan berbagai macam makanan lezat. "Ayo silahkan duduk," kini Khaidir pun mempersilahkan tamu agung mereka itu untuk duduk. Mereka pun mulai berbincang bincang mengenang masa lalu, Dan akhirnya sang gadis yang ditunggu tunggu pun turun, Nafa menggunakan dress brukat bewarna putih berlengan pendek yang menutupi lututnya, Rambutnya di gerai dengan sedikit bergelombang, Dengan make up tipis, sungguh cantik, Feminim, dan elegan, Dia berjalan dengan begitu anggun. "Selamat malam Om, Tante, Malvin." Malvin pun mendongakkan kepalanya dan melihat asal suara, dia melihat gadis yang benar benar cantik, Dia tidak menyangka Nafa tetaplah menjadi gadis cantik, Dewasa dan sangat anggun sama seperti para gadis kalangan atas yang sering dilihatnya. "Malam Nafa sayang, Ya Tuhan kamu cantik sekali." Puji Mieke. "Wah ini Nafa yang dulu sering lari lari kan dirumah kita, Gak nyangka loh Om kamu benar benar sudah dewasa dan sangat cantik." Kini Faisal ikut menimpali memuji sang calon menantu. Sedangkan Malvin hanya tersenyum ke arah Nafa tanpa berkata apa pun. "Terima kasih Om dan Tante." Nafa melirik Malvin, Pria itu benar benar tampan dan masih sangat mengagumkan, Entah kenapa perasaannya masih sama seperti waktu kecil dulu, Sangat bahagia bila melihat Malvin. "Tapi kenapa Sikap Malvin biasa saja, Wajahnya seperti tidak bahagia." Batin Nafa. Nafa pun ikut duduk dan mereka pun mulai menyantap makanan dengan sesekali bercanda, Setelah menyelesaikan makan malam itu mereka semua berpindah ke ruang tamu untuk membicarakan masalah pertunangan Nafa dan Malvin. Nafa yang melihat Malvin lebih banyak diam menaruh rasa curiga dan sedih dihatinya, Dia melihat Malvin seperti orang yang tidak bersemangat, Tubuhnya memang disini tapi pikirannya entah dimana, Dia merasa Malvin tidak menginginkan ini semua. Bahkan Nafa jarang sekali melihat Malvin melihat dirinya apalagi mengajak dirinya berbicara. Rasa sedih mulai terlihat di wajah Nafa, Hingga tiba tiba ditengah pembicaraan keluarga itu Malvin meminta untuk berbicara berdua saja dengan Nafa. "Bolehkan Saya berbicara berdua dengan Nafa?" "Tentu Malvin, Pergilah ke taman belakang, Kalian memang harus lebih membiasakan diri untuk bersama." Ucap Khaidir. Nafa yang kaget langsung berdiri dan berjalan menuju Taman belakang yang terdapat sebuah gazebo. Merekapun langsung duduk dan diam menatap ke atas langit. "Apa kabar Fa?" Malvin mulai membuka pembicaraan. "Baik Vin, kamu gimana?" "Alhamdulillah aku juga baik Fa." "Syukurlah." Hanya itu yang dapat dikatakannya, Nafa terlihat gugup tidak seperti biasa dirinya seperti ini, Melihat Malvin yang sangat tampan dan gagah jantungnya benar benar ingin lepas, Padahal biasanya dia selalu lebih mendominasi ketika bersama pria, Berbagai macam pria sudah dipacarinya selama berada di London, Baik pria pribumi maupun pria bule lainnya, Entah kenapa sangat berbeda ketika dirinya menghadapi Malvin, Seperti mati kutu saja. "Besok aku ingin mengajak mu makan malam di restoran, Ada yang ingin aku katakan padamu." "Oh boleh, Dimana?" Tanya Nafa. "Restoran Pelangi." Jawab Malvin. Sungguh singkat pertanyaan dan jawaban mereka. "Baiklah, Apa itu saja yang ingin kamu katakan?" Nafa yang biasanya bar bar entah kenapa bisa se kikuk ini berhadapan dengan Malvin. "Iya, Bagaimana perasaanmu dengan perjodohan ini?" Tanya Malvin. "Aku bahagia kok, Lagipula kita sudah mengenal sejak kecil, Walaupun sebentar." "Oh begitu rupanya, Kalau begitu berikan nomer ponselmu, Agar kita mudah berkomunikasi." Jawab Malvin. Nafa pun memberikan nomer ponselnya. "Kenapa Malvin singkat singkat banget sih bicaranya, Aku jadi bingung mau bicara apa." Batin Nafa. Kini dua anak manusia itu kembali diam seribu bahasa entah apa yang mereka pikirkan, Tidak ada yang ingin memulai pembicaraan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD